Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Hujan (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Hujan" karya Sutardji Calzoum Bachri mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan makna keberadaan dalam perjalanan ..
Hujan

coba
        hujan
    kau dengar
            bercakapcakap
                sama daunan
                    sama pohon
                        sama batu batu

sama badan
    sama jam
        sama rindu rindu

di kerongkong sungai
    di ketiak laut
        di peluk pantai
            di teluk tunggu

mengucap sungai
    mengucap laut
        mengucap pantai
            dalam tungkai
                dalam badai rusukku

lalu
    di dalamnya
        kulayarkan kubur kubur
                        kayuh
                            demi
                                kayuhku

1977

Sumber: Horison (Januari, 1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan" karya Sutardji Calzoum Bachri menghadirkan gambaran yang kuat dan puitis tentang hujan serta interaksi alam dengan manusia.

Interaksi Alam: Puisi ini mengekspresikan interaksi yang mendalam antara hujan dan alam lainnya. Hujan tidak hanya jatuh ke tanah, tetapi juga berinteraksi dengan berbagai unsur alam seperti daun, pohon, batu, sungai, laut, pantai, dan teluk. Ini menciptakan citra alam yang hidup dan terhubung satu sama lain melalui hujan.

Kesatuan dengan Alam: Penyair mengekspresikan kesatuan manusia dengan alam melalui hujan. Manusia merasakan hubungan yang erat dengan alam saat hujan turun. Hujan menjadi bagian dari pengalaman manusia, menyatu dengan rasa, waktu, dan perasaan. Bahkan rindu-rindu manusia juga diungkapkan dalam kesatuan dengan hujan.

Perenungan Mendalam: Puisi ini memperdalam perenungan tentang keberadaan dan perjalanan manusia. Hujan dipersonifikasikan sebagai entitas yang berbicara dan berkomunikasi dengan alam lainnya. Ada rasa reflektif dan introspektif tentang kehidupan dan kematian, yang tercermin dalam kata-kata tentang mengarungi kubur-kubur, kayuh demi kayuh.

Suara dan Gerak Hujan: Melalui penggunaan repetisi kata "sama" dan penempatan kata-kata secara berurutan, penyair menciptakan ritme dan suara hujan yang berbicara dengan segala elemen alam. Ini memberikan kesan bahwa hujan tidak hanya sebuah fenomena fisik, tetapi juga memiliki kehidupan dan kehadiran yang kuat.

Metafora Kehidupan: Puisi ini dapat dianggap sebagai metafora kehidupan manusia yang penuh dengan perjalanan, interaksi, dan perenungan. Hujan menjadi simbol perjalanan hidup yang penuh dengan rintangan dan keindahan. Melalui hujan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti keberadaan dan perjalanan manusia di dunia ini.

Puisi "Hujan" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang memukau dengan gambaran yang hidup tentang hujan dan interaksi alam dengan manusia. Melalui ritme yang indah dan kata-kata yang puitis, penyair berhasil menciptakan gambaran yang mendalam tentang kehidupan, alam, dan perenungan manusia. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan makna keberadaan dalam perjalanan hidup ini.

Sutardji Calzoum Bachri
Puisi: Hujan
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.