Doa Antibiotik
Melihatmu bersepatu, berseragam
putih berdiri di garda depan
menyambut ambulans lelah
menginstal wajah yakin menenangkan
sir pasien
Stetoskopmu berkeringat
mendengar keluhan paru-paru sesak
meminta nebulizer meluaskan napas.
Virus yang terus berkembang adalah
partus kecemasan tubuh
doa antibiotik mengikat
kekuatan badan tangguh
suplemen elektrik pendukung
semangat untuk sembuh.
Bendungan, 29 November 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Doa Antibiotik" karya A. Satya adalah penghormatan puitis kepada mereka yang berada di garis depan pertempuran melawan penyakit, khususnya para tenaga medis. Melalui simbolisme yang kaya dan bahasa yang mendalam, puisi ini mencerminkan perjuangan, pengabdian, dan harapan dalam dunia medis.
Gambaran Tenaga Medis sebagai Garda Depan
Baris pertama puisi, "Melihatmu bersepatu, berseragam / putih berdiri di garda depan," langsung membawa pembaca ke suasana rumah sakit atau pusat kesehatan. Frasa garda depan mengingatkan kita bahwa tenaga medis adalah pelindung pertama yang menghadapi ancaman kesehatan, baik pandemi global maupun penyakit sehari-hari.
Mereka menyambut pasien yang datang dengan berbagai kondisi, sebagaimana digambarkan dalam baris, "menyambut ambulans lelah / menginstal wajah yakin menenangkan sir pasien." Ungkapan ini mencerminkan keahlian profesional dan empati para tenaga medis yang, meskipun mungkin kelelahan, selalu berusaha memberikan ketenangan kepada pasien mereka. "Sir pasien" mungkin melambangkan penderitaan atau kecemasan pasien yang berhasil ditenangkan oleh kehadiran mereka.
Simbolisme Stetoskop dan Keluhan Paru-Paru
Stetoskopmu berkeringat adalah metafora yang kuat, menggambarkan kerja keras dan fokus seorang tenaga medis. Alat medis seperti stetoskop, yang menjadi simbol dokter atau perawat, tidak hanya bekerja secara teknis tetapi juga menjadi saksi keluhan para pasien. Frasa ini memberikan kesan bahwa alat tersebut hampir “hidup” karena intensitas penggunaannya.
Baris berikutnya, "mendengar keluhan paru-paru sesak / meminta nebulizer meluaskan napas," mengingatkan pembaca pada isu-isu kesehatan yang sering kali mengancam kehidupan, seperti penyakit pernapasan. Nebulizer, alat yang membantu pasien bernapas lebih lega, menjadi simbol harapan dan usaha medis untuk memulihkan kesehatan pasien.
Virus dan Kecemasan yang Meluas
Puisi ini juga mencatat realitas dunia medis, terutama tantangan yang terus berkembang. "Virus yang terus berkembang adalah / partus kecemasan tubuh," menyoroti bagaimana penyakit baru terus muncul, menciptakan tantangan yang tak ada habisnya. Frasa partus kecemasan tubuh menggambarkan virus sebagai “kelahiran” dari kecemasan baru yang menghantui tubuh manusia.
Dengan pendekatan metaforis ini, A. Satya tidak hanya berbicara tentang aspek biologis dari penyakit, tetapi juga dampak psikologis yang menyertainya. Kecemasan pasien sering kali sama beratnya dengan penyakit fisik yang mereka alami, dan di sinilah peran tenaga medis menjadi sangat penting.
Doa Antibiotik: Simbol Harapan dan Ketangguhan
Judul puisi dan frasa "doa antibiotik mengikat kekuatan badan tangguh" adalah inti dari pesan karya ini. Antibiotik, yang secara harfiah merupakan obat melawan infeksi bakteri, dijadikan simbol kekuatan, perlindungan, dan harapan untuk sembuh. Namun, doa antibiotik melampaui makna medis dan masuk ke ranah spiritual. Doa, sebagai bentuk harapan dan usaha batin, dipadukan dengan antibiotik untuk menunjukkan bahwa perjuangan melawan penyakit melibatkan harmoni antara usaha manusia dan kekuatan ilahi.
Frasa ini juga menunjukkan bahwa dalam proses penyembuhan, keyakinan dan doa memiliki peran penting. Ini menggambarkan keseimbangan antara sains (antibiotik) dan spiritualitas (doa) dalam dunia medis.
Suplemen Elektrik Pendukung Semangat
Puisi ini ditutup dengan gambaran "suplemen elektrik pendukung / semangat untuk sembuh." Suplemen elektrik bisa merujuk pada peralatan medis modern seperti ventilator atau alat bantu pernapasan lainnya, yang menjadi penopang utama dalam proses penyembuhan. Namun, lebih dari itu, frasa ini juga menyiratkan semangat dan energi yang diberikan oleh tenaga medis kepada pasien mereka.
Di tengah teknologi canggih, puisi ini mengingatkan bahwa manusia di balik peralatan medis itulah yang memberikan sentuhan empati dan dorongan semangat. Mereka bukan hanya menyembuhkan fisik, tetapi juga memulihkan semangat pasien untuk melawan penyakit.
Puisi "Doa Antibiotik" karya A. Satya adalah penghormatan kepada tenaga medis, yang bekerja tanpa lelah untuk menyembuhkan dan melindungi manusia dari berbagai penyakit. Melalui simbolisme alat-alat medis, virus, dan antibiotik, puisi ini menggambarkan keseimbangan antara sains dan spiritualitas dalam dunia penyembuhan.
Pesan utama dari puisi ini adalah pengakuan atas perjuangan tenaga medis sebagai garda depan yang tidak hanya memberikan perawatan fisik, tetapi juga harapan, semangat, dan ketenangan kepada pasien mereka. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, mereka adalah pilar harapan yang terus berdiri kokoh.
Dengan menyelami puisi ini, kita diingatkan akan pentingnya menghormati dan mendukung para tenaga medis yang menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat. Mereka adalah pahlawan dalam kehidupan nyata yang, melalui kerja keras dan doa, membantu menciptakan dunia yang lebih sehat dan penuh harapan.
Karya: A. Satya
Biodata A. Satya:
- A. Satya lahir di Trenggalek pada tanggal 7 Agustus, bisa disapa di Instagram @aguse.tiaw.
- Buku yang pernah ditulis adalah: Antologi bersama cerpen “Serpihan-Serpihan Imaji” (2018) dan “Menjemput Takdir” (2020); Antologi bersama puisi “Pelipur Kecil” (2019), “Puisi dan Kisah yang Tak Terhapus” (2021), dan “Dalam Perjalanan” (2021); Antologi bersama pantun “Menggolek Tual Sagu”(2024).
- Ia pernah belajar di Kelas Puisi Online: WR, AIS, Hero di Embus Nafasku.
- A. Satya pernah menjadi Juara 3 Lomba Cipta dan Baca Puisi tahun 2021 yang diadakan PGRI Kabupaten Trenggalek, 5 Besar Lomba Cipta Puisi Kelahiran-Kematian AIS 2024.
- Saat ini termasuk 30 Besar Anugerah COMPETER Indonesia (ACI) 2025 yang pemenangnya akan diumumkan pada 1 Januari 2025.