Hari Itu
Kita masih juga menanti ketika angin membawa derai
ombak; kita bayangkan kuntum-kuntum karang
terbuka menyambut ujung ombak, perciknya
menutupi cakrawala.
"Ia belum tiba juga," katamu; kembali suara itu
membentur dinding dan susut dalam dingin.
Kita masih mendengarkan juga ketika di luar terdengar
langkah-langkah kaki; kita bayangkan pembawa
berita itu berhasil menyeberang samudra, segera
akan mengumumkan pembebasan kita.
Tetapi waktu selalu cepat lewat sebelum kata pertama
dikumandangkan, entah apa yang akan meredakan
dingin yang hampir mengkristal dalam pembuluh
darah kita.
Analisis Puisi:
Puisi "Hari Itu" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan suatu keadaan menunggu yang penuh dengan harapan, antisipasi, dan ketidakpastian. Melalui penggunaan gambaran alam dan perasaan subjektif, Sapardi menciptakan sebuah suasana yang mendalam dan memikat.
Tema dan Makna
- Antisipasi dan Ketidakpastian: Puisi ini menggambarkan perasaan menunggu yang panjang, di mana harapan dan kekhawatiran saling berbenturan. Setiap harapan untuk kedatangan sesuatu yang diinginkan (seperti derai ombak atau berita pembawa pembebasan) disertai dengan ketidakpastian akan kapan dan apakah hal itu akan terjadi.
- Alam dan Manusia: Gambaran alam seperti derai ombak dan langkah-langkah kaki pembawa berita menggambarkan hubungan yang erat antara alam dan manusia. Alam di sini berperan sebagai penjaga waktu dan saksi dari peristiwa yang sedang dinantikan.
- Waktu yang Tak Terduga: Penggunaan waktu dalam puisi ini menyoroti bagaimana waktu bisa berlalu begitu cepat tanpa memberikan jawaban atau solusi atas kegelisahan dan ketidakpastian yang dirasakan.
Struktur dan Gaya Bahasa
- Imaji Alam yang Kuat: Gambaran seperti "derai ombak" dan "kuntum-kuntum karang" menambahkan dimensi visual yang kuat pada puisi. Ini membantu pembaca merasakan keindahan alam sekaligus kegelisahan yang dirasakan oleh penyair.
- Penggunaan Dialog Internal: Dialog internal yang digunakan, seperti "Ia belum tiba juga," menunjukkan interaksi penyair dengan keadaan sekitarnya. Ini juga menggambarkan bagaimana harapan dan kecewa terus berputar dalam pikiran penyair.
- Kehangatan dan Kedinginan: Perasaan "dingin yang hampir mengkristal dalam pembuluh darah kita" menggambarkan ketegangan emosional dan fisik yang dirasakan penyair dalam menunggu. Ini menciptakan kontras yang kuat antara harapan dan realitas yang keras.
Puisi "Hari Itu" karya Sapardi Djoko Damono adalah refleksi tentang perasaan menunggu yang penuh harapan namun juga ketidakpastian. Dengan penggunaan gambaran alam yang indah dan dialog internal yang kuat, Sapardi berhasil mengeksplorasi tema-tema universal seperti harapan, waktu, dan realitas dengan cara yang mendalam dan bermakna. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang hubungan antara manusia dengan alam dan bagaimana waktu mempengaruhi perasaan dan harapan manusia dalam menghadapi ketidakpastian hidup.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
