Langit 60 Juta
Langit 60 juta
Yang diam-diam kausebut dalam doa
Kelak dengan anggun menemuimu
Dan kau kehilangan kata-kata selain syukur
Seketika gelisahmu tersungkur
Junglorong, 12 Desember 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Langit 60 Juta" karya Moh. Ghufron Cholid adalah karya sastra pendek yang sarat makna dan metafora, mengundang pembaca untuk merenungkan relasi antara harapan, doa, dan ketenangan batin. Meski terdiri dari hanya lima baris, puisi ini berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang perjalanan batin manusia dalam mencari makna hidup dan rasa syukur.
Simbolisme “Langit 60 Juta”
Frasa “Langit 60 Juta” menjadi inti dari puisi ini, mengandung makna metaforis yang bisa ditafsirkan dalam berbagai cara. Angka “60 juta” mungkin mengacu pada sesuatu yang bernilai besar, baik secara material maupun spiritual. Sementara itu, “langit” sering digunakan sebagai simbol keagungan, kedamaian, dan harapan yang melampaui duniawi.
Dalam konteks ini, “Langit 60 Juta” dapat dipahami sebagai gambaran cita-cita atau tujuan besar yang diam-diam diimpikan seseorang dan diungkapkan dalam doa-doa yang tulus. Doa tersebut adalah ungkapan harapan yang melibatkan keyakinan bahwa apa yang diinginkan akan tercapai pada waktu yang tepat.
Doa sebagai Kekuatan Utama
Baris: "Yang diam-diam kausebut dalam doa" menggambarkan kekuatan doa sebagai media komunikasi antara manusia dan Sang Pencipta. Doa sering kali menjadi cara untuk menyampaikan harapan terdalam, sesuatu yang mungkin tidak diungkapkan secara langsung kepada orang lain. Dalam puisi ini, penekanan pada “diam-diam” menunjukkan ketulusan dan keintiman doa tersebut.
Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa doa tidak membutuhkan pengakuan atau pengungkapan kepada dunia; kekuatannya terletak pada hubungan personal dan tulus dengan Tuhan.
Kepastian dalam Waktu yang Tepat
Baris berikutnya: "Kelak dengan anggun menemuimu" mengisyaratkan keyakinan bahwa harapan yang didoakan akan terwujud, meskipun waktunya tidak selalu dapat dipastikan. Kata “anggun” menunjukkan bahwa pemenuhan doa tidak hanya terjadi, tetapi juga membawa keindahan dan keagungan tersendiri.
Pesan ini mengajarkan kesabaran kepada pembaca, bahwa apa yang diinginkan mungkin belum datang sekarang, tetapi akan hadir di waktu yang tepat dengan cara yang terbaik.
Syukur sebagai Respons Utama
Baris: "Dan kau kehilangan kata-kata selain syukur" menggambarkan betapa luar biasanya perasaan seseorang ketika doanya terjawab. Respons alami yang muncul adalah rasa syukur, sebuah emosi yang mengalahkan segala kegelisahan atau ketidakpastian sebelumnya.
Ungkapan ini memperkuat tema puisi tentang pentingnya menghargai anugerah dan menjadikan syukur sebagai inti dari respons manusia terhadap segala hal yang diberikan Tuhan.
Gelisah yang Tersungkur
Baris penutup: "Seketika gelisahmu tersungkur" menyiratkan bahwa kegelisahan dan ketakutan yang mungkin dirasakan sebelumnya akan lenyap begitu doa terkabul. Ini menggambarkan bahwa keyakinan pada Tuhan dan kekuatan doa mampu mengatasi semua kecemasan yang dirasakan manusia.
Gambaran “tersungkur” menunjukkan transformasi total dari gelisah menjadi ketenangan, seolah-olah semua beban hilang dalam sekejap ketika harapan menjadi kenyataan.
Pesan Spiritual dalam Puisi
Puisi Langit 60 Juta membawa pesan spiritual yang kuat:
- Doa adalah media penghubung yang sakral antara manusia dan Tuhan, yang tidak membutuhkan publikasi tetapi hanya ketulusan.
- Harapan dan kesabaran adalah kunci utama untuk mencapai apa yang diinginkan, karena segala sesuatu akan datang pada waktunya.
- Rasa syukur adalah respons tertinggi yang menunjukkan keimanan dan penghargaan terhadap segala nikmat yang diberikan Tuhan.
- Keteguhan hati menghadapi gelisah akan menemukan jalan keluar ketika manusia percaya pada kekuatan doa.
Relevansi dengan Kehidupan
Puisi ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang sedang berjuang menghadapi tantangan atau menunggu terwujudnya harapan. Melalui karya ini, Moh. Ghufron Cholid mengingatkan pembaca bahwa kegelisahan adalah bagian alami dari hidup, tetapi keimanan dan doa yang tulus dapat menjadi obat untuk mengatasinya.
Puisi ini juga mengajarkan bahwa terkadang, apa yang kita harapkan datang dengan cara yang tidak terduga dan indah, menghapus semua kecemasan yang pernah kita rasakan.
Puisi "Langit 60 Juta" adalah karya yang padat dan bermakna, menggambarkan perjalanan batin manusia dalam meraih harapan melalui doa, kesabaran, dan rasa syukur. Moh. Ghufron Cholid dengan piawai menggunakan metafora untuk menyampaikan pesan spiritual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Puisi ini menginspirasi pembaca untuk merenungkan pentingnya doa yang tulus, keyakinan pada waktu Tuhan, dan rasa syukur sebagai bentuk penghormatan atas anugerah yang diterima. Melalui karya ini, pembaca diajak untuk tidak hanya berharap, tetapi juga percaya bahwa setiap harapan akan menemukan jalannya menuju kenyataan.
Karya: Moh. Ghufron Cholid
Biodata Moh. Ghufron Cholid:
- Moh. Ghufron Cholid, nama pena dari Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir pada tanggal 7 Januari 1986 di Bangkalan.
- Karya-karyanya tersiar di Mingguan Malaysia, Mingguan Wanita Malaysia, New Sabah Time, Utusan Borneo, Tunas Cipta Malaysia dan lain sebagainya, juga terkumpul dalam berbagai antologi bersama terbit di dalam dan luar negeri seperti Menyirat Cinta Haqiqi, Sinar Siddiq, Unggun Kebahagiaan, Ketika Gaza Penyair Membantah, Anjung Serindai (terbit di Malaysia), Epitaf Arau, Poetry-Poetry Indonesian Poets dan lain sebagainya.