Sederhana Bukan?
: kepada yang tercinta RD Aleksius Saridin Hiro
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Sederhana Bukan?" karya Ehfrem Vyzty adalah sebuah persembahan yang penuh cinta dan penghormatan untuk RD Aleksius Saridin Hiro, seorang imam yang telah meninggalkan dunia ini pada 9 Desember 2022. Dengan kata-kata yang sederhana namun sarat makna, puisi ini menggambarkan kefanaan hidup, kenangan yang abadi, dan hubungan mendalam antara sang penulis dengan tokoh yang ia kenang.
Menggali Makna Puisi
Pada dasarnya, puisi ini adalah refleksi mendalam tentang hidup dan kematian. Frasa pembuka "Betapa sederhananya hidup" menjadi dasar dari seluruh narasi, mengajak pembaca untuk merenungkan betapa kehidupan, meskipun penuh dengan kompleksitas, sebenarnya sangat sederhana jika dipandang dari sudut pandang spiritualitas.
- Kefanaan Raga: Baris "Ketika raga sudah akrab dengan kefanaan" mengingatkan bahwa tubuh manusia hanyalah wadah yang sementara. Dalam kefanaan ini, tingkah yang paling bijak adalah menerima kenyataan tersebut dengan penuh ketenangan, seperti digambarkan melalui "menutup mata rapat-rapat".
- Keabadian Jiwa: "Ketika jiwa sudah tidak disekati lagi dengan keabadian" merujuk pada transisi dari kehidupan duniawi menuju kehidupan kekal. Dalam konteks ini, membiarkan nyawa "terbang bebas tanpa luka-luka" menggambarkan pelepasan dengan penuh kedamaian dan penerimaan terhadap keabadian.
- Kenangan dan Dialog Spiritual: Bagian terakhir puisi ini, yang berupa dialog, menunjukkan bahwa meskipun seseorang telah tiada, tawa, cinta, dan kenangan mereka tetap hidup di hati orang-orang yang mencintainya. Dialog antara "kataku" dan "jawabmu" mencerminkan keabadian hubungan batin antara penulis dan sosok yang ia kenang.
Hubungan dengan RD Aleksius Saridin Hiro
Puisi ini dipersembahkan kepada RD Aleksius Saridin Hiro, seorang imam yang dikenal karena dedikasinya dalam pelayanan dan kehidupannya yang sederhana namun penuh makna. Kehidupan RD Saridin yang telah menyentuh banyak jiwa tercermin dalam puisi ini, di mana kesederhanaan hidup, penerimaan terhadap kefanaan, dan kenangan akan tawa menjadi tema utama.
Melalui puisi ini, Ehfrem Vyzty tidak hanya mengenang sosok RD Saridin sebagai individu, tetapi juga sebagai simbol dari hidup yang bermakna meskipun sederhana.
Simbolisme dalam Puisi
- Sederhana: Kata "sederhana" diulang dalam puisi ini untuk menekankan bahwa inti dari hidup bukanlah pada hal-hal yang rumit, tetapi pada penerimaan dan penghargaan terhadap hal-hal kecil yang bermakna.
- Tawa: Tawa menjadi simbol kenangan yang abadi. Meskipun seseorang telah pergi, kebahagiaan dan cinta yang mereka sebarkan tetap ada dalam ingatan dan hati mereka yang ditinggalkan.
- Menutup Mata dan Terbang Bebas: Frasa ini melambangkan transisi dari hidup menuju kematian, yang diinterpretasikan bukan sebagai akhir, melainkan sebagai awal dari kehidupan baru yang kekal.
Gaya Bahasa: Kesederhanaan yang Menyentuh Hati
Dengan gaya bahasa yang lugas namun penuh kedalaman, Ehfrem Vyzty berhasil menyampaikan pesan yang menyentuh hati. Struktur puisi yang terkesan sederhana justru menggambarkan esensi dari pesan yang ingin disampaikan: hidup itu sederhana jika diterima dengan lapang dada.
Penggunaan dialog di bagian akhir menciptakan efek emosional yang kuat, menjadikan puisi ini terasa lebih personal dan penuh cinta.
Pesan yang Disampaikan
Puisi "Sederhana Bukan?" mengajarkan kita untuk menghargai kesederhanaan hidup, menerima kefanaan, dan menjadikan kenangan sebagai penghibur jiwa. Dalam konteks mengenang RD Aleksius Saridin Hiro, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana hidup yang sederhana namun penuh kasih dapat meninggalkan jejak yang tak terlupakan di hati banyak orang.
Relevansi dengan Kehidupan
Puisi ini relevan bagi siapa saja yang sedang berduka atas kehilangan seseorang yang dicintai. Dengan membaca puisi ini, kita diingatkan bahwa meskipun kehilangan adalah hal yang menyakitkan, kenangan dan cinta yang ditinggalkan oleh orang tercinta tetap hidup dan menjadi penghiburan dalam hati.
Puisi "Sederhana Bukan?" karya Ehfrem Vyzty adalah lebih dari sekadar puisi; ia adalah monumen kenangan, sebuah penghormatan, dan perayaan hidup RD Aleksius Saridin Hiro. Dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajarkan kita untuk merenungkan hidup, menerima kematian, dan menghargai kenangan.
Melalui puisi ini, RD Saridin tidak hanya dikenang sebagai seorang imam, tetapi juga sebagai simbol cinta, tawa, dan kehidupan yang sederhana namun bermakna. Puisi ini menjadi pengingat bahwa meskipun tubuh fana, cinta dan kenangan akan tetap abadi.
Biodata Ehfrem Vyzty:
- Ehfrem Vyzty lahir pada tanggal 9 Juni 2003 di Manggarai, Flores, NTT.
- Ehfrem Vyzty pernah mengikuti lomba cipta puisi di berbagai media dan telah mendapatkan sertifikat sebagai penulis terbaik. Beberapa puisi maupun cerpennya telah dibukukan.
- Ehfrem Vyzty merupakan siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.
- Buku perdananya bertajuk “Melukismu dalam Aksara” telah diterbitkan beberapa waktu yang lalu oleh penerbit JSI. Buku berikutnya akan diterbitkan dalam waktu dekat.