Terbenam di Lautan Maaf
di atas liang kubaringkan tubuhku
dari amarah, sedih, kecewa
pada kutuk dan kultus
yang melipat mantra di jiwa
maafku masih terbenam di lautan
gelombang itu tenggelamkan sabar
kutarik napas, seiring angin malam
namun duka tetap mengunci lidah
tapi di antara gelap pekat
ada bisikan berani rambat
maafku tersangkut di dasar hati
pelan-pelan mendaki cahaya pagi
pada setiap luka, kutebarkan damai
dalam doa yang tulus, kusebut namamu
biarlah maaf ini menjadi jembatan
sambung jiwa yang sempat terputus
Sukabumi, 23 Oktober 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Terbenam di Lautan Maaf" karya Novita Dina adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang perjalanan emosi menuju pemberian maaf. Dalam karya ini, Novita menghadirkan konflik batin, pencarian ketenangan, dan perjuangan untuk melepaskan amarah serta luka demi mencapai kedamaian.
Tema Utama: Perjalanan Menuju Maaf
Tema utama puisi ini adalah perjalanan emosional seseorang yang berusaha menemukan kedamaian melalui pemberian maaf. Dalam larik “maafku masih terbenam di lautan,” Novita menggambarkan bagaimana proses memberi maaf tidaklah instan. Luka dan emosi seperti amarah, sedih, serta kecewa menjadi penghalang untuk mencapai keikhlasan.
Namun, puisi ini juga menunjukkan harapan. Dengan menggambarkan "pelan-pelan mendaki cahaya pagi," Novita menekankan bahwa memaafkan adalah perjalanan bertahap yang membutuhkan waktu dan keberanian.
Simbolisme dalam Puisi
Puisi ini sarat dengan simbolisme yang memperkuat pesan utamanya:
- Lautan: Melambangkan kedalaman emosi, di mana maaf terbenam bersama gelombang kesedihan dan amarah. Lautan juga mengisyaratkan kesulitan, karena seseorang harus menyelami rasa sakit untuk menemukan maaf.
- Gelap Pekat: Menjadi simbol dari kebingungan, luka, dan rasa putus asa. Namun, dari gelap ini muncul “bisikan berani rambat,” yang melambangkan harapan dan awal dari penyembuhan.
- Cahaya Pagi: Sebuah simbolisasi kebangkitan dan kedamaian yang muncul setelah proses panjang memaafkan. Cahaya ini menggambarkan penerimaan dan keikhlasan.
- Jembatan: Pada akhir puisi, maaf diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan kembali hubungan yang terputus. Ini menegaskan peran maaf sebagai alat untuk menyatukan kembali jiwa-jiwa yang sebelumnya terpisah oleh luka.
Konflik Batin dalam Memberi Maaf
Novita mengilustrasikan bahwa memberi maaf adalah proses yang penuh perjuangan batin. Dalam larik “gelombang itu tenggelamkan sabar,” tergambar betapa sulitnya menjaga kesabaran ketika menghadapi luka yang mendalam.
Konflik batin ini diperkuat oleh larik “namun duka tetap mengunci lidah,” yang menunjukkan bahwa meski ada niat untuk memaafkan, rasa sakit sering kali menghalangi seseorang untuk benar-benar melakukannya.
Namun, puisi ini juga menunjukkan bahwa keberanian untuk memulai proses tersebut dapat membawa pada pencerahan. Bisikan di antara gelap menjadi metafora keberanian kecil yang perlahan tumbuh menjadi kekuatan besar.
Proses Penyembuhan melalui Maaf
Puisi ini juga menggambarkan proses penyembuhan yang bertahap. Novita menyiratkan bahwa memaafkan tidak hanya bermanfaat bagi orang yang dimaafkan, tetapi juga untuk pemberi maaf. Dalam larik “pada setiap luka, kutebarkan damai,” tergambar bahwa memaafkan adalah cara untuk melepaskan beban emosi dan menciptakan kedamaian bagi diri sendiri.
Dengan menyebut “namamu” dalam doa yang tulus, Novita menggambarkan kekuatan spiritual dan ketulusan dalam memaafkan. Doa menjadi alat untuk menyembuhkan jiwa dan memutus lingkaran dendam.
Pesan Universal: Maaf sebagai Jembatan Kedamaian
Pesan utama puisi ini adalah pentingnya memaafkan sebagai jalan menuju kedamaian. Dalam hubungan antar manusia, luka dan konflik adalah hal yang tak terhindarkan. Namun, melalui maaf, hubungan yang sempat terputus dapat diperbaiki.
Larik “biarlah maaf ini menjadi jembatan” menegaskan bahwa memaafkan adalah langkah penting untuk menyatukan kembali yang terpisah. Maaf tidak hanya menghubungkan dua individu, tetapi juga membantu seseorang mencapai kedamaian batin.
Gaya Bahasa dan Kekuatan Puisi
Gaya bahasa Novita Dina dalam puisi ini sederhana namun penuh makna. Pemilihan diksi seperti “gelombang,” “angin malam,” dan “cahaya pagi” memberikan nuansa emosional yang mendalam. Metafora yang digunakan memperkuat visualisasi perasaan dan proses yang dialami tokoh dalam puisi ini.
Selain itu, struktur puisi yang tersegmentasi dengan jelas mencerminkan tahapan perjalanan emosional: dari keterpurukan, perjuangan, hingga penerimaan dan kedamaian.
Puisi "Terbenam di Lautan Maaf" adalah sebuah karya yang menggambarkan kompleksitas emosi dalam proses memaafkan. Novita Dina menyampaikan bahwa meskipun memaafkan adalah perjalanan yang sulit, itu adalah langkah yang penting untuk mencapai kedamaian batin dan memperbaiki hubungan.
Puisi ini mengajarkan kita bahwa memaafkan tidak hanya tentang orang lain, tetapi juga tentang diri kita sendiri. Dengan keikhlasan dan ketulusan, maaf dapat menjadi jembatan untuk menyembuhkan luka dan menciptakan harmoni dalam kehidupan.
Karya: Novita Dina
Biodata Novita Dina:
- Novita Dina adalah nama pena dari Novita Sari. Perempuan pecinta buku dan puisi. Alumnus pendidikan Manajemen Keuangan ITB AD Jakarta. Pernah belajar di Asqa Imagination School (AIS). Buku kumpulan puisinya, Dear Rena terbit pada 2021. Buku keduanya kumpulan quote, Stop Being Perfect terbit pada 2024. Karyanya juga terhimpun di berbagai buku antologi bersama penulis lainnya. Karyanya juga tersebar di berbagai media online. Juara 2 dalam ajang Asqa Book Award ke-XXIV tahun 2024. Beberapa kali memenangkan lomba menulis quote dan penulis terpilih dalam lomba puisi.