Puisi: Bacalah (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Bacalah" karya Abdul Wachid B. S. memberikan pelajaran tentang pentingnya memberi, menjaga harmoni, dan menyadari kehadiran Tuhan dalam ...
Bacalah

ketika hujan memberi basah kepada
tanah, rerumputan, pohon, daun-daun
ketika tanah memberi pijakan kepada
setiap langkah, setiap resap kehidupan yang
di tubuhnya menjadi megah
ketika rerumputan memberi warna hijau kepada
jiwa kau aku yang galau
ketika pohon-pohon memberi permohonan kepada
sang empunya kebun abadi untuk
daun-daun yang memberi nafas kepada
jiwa-jiwa yang senantiasa
lahir, tumbuh, bercinta
lalu mati yang tidak pernah benar-benar mati

ketika kau aku, cinta sungguh
tidak pernah cuma menerima
kecuali memberi dan selalu memberi
dan yang menerima abadi hanyalah
sang empunya kebun.

Yogyakarta, 6 Juli 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Bacalah" karya Abdul Wachid B. S. adalah sebuah karya sastra yang mengajak pembaca untuk merenungkan siklus kehidupan, hubungan manusia dengan alam, dan makna keberadaan. Dengan bahasa yang puitis dan penuh filosofi, puisi ini menciptakan harmoni antara elemen-elemen alam, manusia, dan Sang Pencipta.

Harmoni Antara Alam dan Kehidupan

Puisi ini menggambarkan bagaimana alam memberi kehidupan kepada manusia. Hujan, tanah, rerumputan, pohon, dan daun-daun berfungsi sebagai simbol-simbol pemberian alam kepada manusia:

"ketika hujan memberi basah kepada tanah, rerumputan, pohon, daun-daun"

Hujan, sebagai simbol berkah, memberi kehidupan pada alam yang kemudian menopang keberadaan manusia.

"ketika tanah memberi pijakan kepada setiap langkah"

Tanah melambangkan fondasi kehidupan, tempat manusia berpijak dan beraktivitas.

Kesalingan dalam Kehidupan

Tema utama puisi ini adalah tentang memberi dan menerima. Alam tidak hanya memberi kehidupan, tetapi juga memberikan inspirasi, ketenangan, dan makna:

"ketika rerumputan memberi warna hijau kepada jiwa kau aku yang galau"

Warna hijau, yang identik dengan harapan dan ketenangan, menjadi penghibur jiwa manusia yang dilanda kegalauan.

Filosofi Kehidupan dan Kematian

"jiwa-jiwa yang senantiasa lahir, tumbuh, bercinta, lalu mati yang tidak pernah benar-benar mati"

Siklus kehidupan digambarkan dengan indah. Kematian bukanlah akhir, melainkan bagian dari keberlanjutan siklus alam.

Ketulusan dalam Memberi

"ketika kau aku, cinta sungguh tidak pernah cuma menerima kecuali memberi dan selalu memberi"

Manusia dan cinta digambarkan sebagai entitas yang tidak hanya menerima tetapi juga harus terus memberi. Ini menunjukkan pentingnya kontribusi manusia kepada sesama dan alam.
Keabadian Sang Pencipta

"dan yang menerima abadi hanyalah sang empunya kebun."

Di akhir, puisi menegaskan bahwa semua pemberian dan keberadaan pada akhirnya ditujukan kepada Sang Pencipta. Kebun abadi adalah metafora untuk kehidupan dan alam semesta yang dikuasai oleh Tuhan.

Simbolisme dalam Puisi

  1. Hujan: Melambangkan berkah dan keberlanjutan kehidupan. Hujan menghidupkan tanah dan seluruh elemen alam.
  2. Tanah: Simbol stabilitas dan tempat manusia berpijak, menggambarkan koneksi manusia dengan bumi.
  3. Rerumputan dan Pohon: Representasi harapan, kedamaian, dan pertumbuhan dalam kehidupan manusia.
  4. Kebun Abadi: Simbol alam semesta atau surga, tempat segala pemberian kembali kepada Sang Pencipta.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

  1. Repetisi: Frasa “ketika” diulang pada awal banyak baris, memberikan ritme yang menenangkan sekaligus menekankan kesinambungan siklus kehidupan.
  2. Personifikasi: Alam diberi sifat manusia, seperti hujan yang “memberi basah,” tanah yang “memberi pijakan,” dan pohon-pohon yang “memberi permohonan.” Ini menciptakan hubungan emosional antara pembaca dan alam.
  3. Diksi yang Puitis: Kata-kata seperti “resap kehidupan,” “warna hijau,” dan “kebun abadi” memperkuat nuansa estetis dan spiritual dari puisi.
  4. Metafora: Kehidupan manusia diibaratkan sebagai bagian dari kebun, tempat segala sesuatu lahir, tumbuh, dan kembali kepada Penciptanya.

Pesan Moral dari Puisi

  1. Keseimbangan dalam Memberi dan Menerima: Puisi ini mengajarkan bahwa kehidupan adalah tentang saling memberi, baik antara manusia dan alam maupun antara manusia dan Tuhan.
  2. Kesadaran akan Keberadaan Tuhan: Melalui siklus kehidupan, puisi mengingatkan bahwa segalanya bermula dan berakhir pada Sang Pencipta.
  3. Penghargaan terhadap Alam: Alam adalah pemberi kehidupan, dan manusia harus menjaga hubungan harmonis dengannya.

Relevansi Puisi di Masa Kini

Puisi ini sangat relevan dalam konteks modern, terutama di era di mana manusia sering lupa akan pentingnya menjaga hubungan dengan alam dan memberi kontribusi positif kepada kehidupan. Sikap menerima tanpa memberi dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan moral.

Puisi "Bacalah" karya Abdul Wachid B. S. adalah puisi yang kaya akan makna dan pesan spiritual. Melalui metafora alam, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan kehidupan, alam, dan Sang Pencipta. Dengan gaya bahasa yang puitis dan penuh makna, puisi ini memberikan pelajaran tentang pentingnya memberi, menjaga harmoni, dan menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

Puisi ini bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah refleksi mendalam yang mengajak kita untuk menghargai siklus kehidupan dan peran manusia di dalamnya.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Bacalah
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.