Puisi: Batuk (Karya Ook Nugroho)

Puisi "Batuk" mengingatkan kita tentang pentingnya mencari jalan keluar untuk menyuarakan diri, meskipun ada banyak hambatan yang menghadang.
Batuk

Jauh di bawah rongga
Ada suara bertalu-talu
Seorang yang lama menunggu
Terus menggedor mencari pintu keluar

Kalau saja aku bisa menolongnya -- 
Tapi hanya kupunya sedikit kata
Itu pun terhalang dahak waktu
Mengental jadi jarak yang kekal

Seorang yang lama mencari
Gemanya tertahan di bawah rongga
Seperti tak asing bagiku ia siapa
Seperti padaku parau ia memanggil

Analisis Puisi:

Puisi "Batuk" karya Ook Nugroho menghadirkan gambaran yang kuat tentang pergulatan batin seseorang yang terjebak dalam keterasingan, serta pencarian akan sesuatu yang tak kunjung ditemukan. Melalui metafora batuk yang menjadi inti dari puisi ini, Nugroho mengekspresikan kondisi batin yang seakan terperangkap dalam rongga dada, penuh dengan suara yang ingin keluar namun terhalang oleh berbagai rintangan. Dalam puisi ini, batuk bukan hanya sekedar tindakan fisik, melainkan simbol dari pencarian, kesulitan, dan perasaan yang tak terungkapkan.

Struktur Puisi dan Bahasa yang Digunakan

Puisi ini terdiri dari tiga bait yang menggunakan bahasa yang sangat puitis dan simbolik. Setiap baitnya menyampaikan perasaan yang dalam, dengan perasaan keterasingan yang membara dalam setiap kata yang digunakan.

Bait pertama memberikan gambaran tentang suatu suara yang terperangkap di bawah rongga dada, seakan-akan ada sesuatu yang terus menggedor, namun tidak dapat keluar.

Jauh di bawah rongga
Ada suara bertalu-talu
Seorang yang lama menunggu
Terus menggedor mencari pintu keluar

Kata "rongga" di sini menjadi simbol dari tubuh, tempat dimana suara—yang bisa saja merupakan keinginan, perasaan, atau pikiran—terperangkap. "Suara bertalu-talu" menggambarkan perasaan yang terus-menerus berusaha untuk keluar, namun terkendala. Meskipun ada usaha untuk mengungkapkan atau menemukan jalan keluar, suara itu tetap terhalang.

Pencarian yang Terhalang oleh Keterbatasan

Pada bait kedua, penyair mengungkapkan keputusasaan terhadap usaha untuk menolong suara yang terperangkap itu. Meskipun ada niat untuk membantu, keterbatasan kata-kata dan waktu menjadi penghalang.

Kalau saja aku bisa menolongnya --
Tapi hanya kupunya sedikit kata
Itu pun terhalang dahak waktu
Mengental jadi jarak yang kekal

Frase "hanya kupunya sedikit kata" menunjukkan betapa terbatasnya kemampuan penyair untuk mengungkapkan atau menolong perasaan atau suara yang terperangkap itu. Dahak waktu, yang mengental menjadi jarak kekal, menggambarkan betapa sulitnya mengatasi perasaan yang tertahan atau tidak bisa diekspresikan—terhalang oleh waktu dan keterbatasan diri.

Pencarian yang Tak Terungkapkan

Bait ketiga dan keempat mengungkapkan perasaan keterasingan dan kesamaan yang dirasakan penyair terhadap suara tersebut.

Seorang yang lama mencari
Gemanya tertahan di bawah rongga
Seperti tak asing bagiku ia siapa
Seperti padaku parau ia memanggil

Penyair merasakan bahwa suara yang terperangkap itu "seperti tak asing bagiku ia siapa," yang menunjukkan bahwa suara tersebut seolah berasal dari dalam diri penyair sendiri. Parau dan tertahan, suara itu memanggil, menggambarkan perasaan yang terpendam dan tidak bisa disampaikan.

Makna Puisi: Pencarian yang Tertahan dan Keterbatasan Diri

Puisi "Batuk" mengangkat tema besar tentang keterbatasan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan. Suara yang terperangkap di bawah rongga dada adalah simbol dari perasaan atau pikiran yang terus-menerus berusaha keluar namun selalu terhalang oleh berbagai faktor—baik itu keterbatasan kata-kata, waktu, atau bahkan rasa takut untuk mengungkapkan perasaan yang dalam. Batuk di sini bukan hanya tindakan fisik, tetapi sebuah metafora untuk kesulitan dalam mengungkapkan diri dan mencari makna dalam hidup.

Sang penyair, meskipun memiliki sedikit kata untuk menolong, tetap merasa terhubung dengan suara itu. Namun, keterbatasan dalam kata-kata dan waktu membuatnya merasa seolah-olah suara tersebut tidak pernah bisa keluar dengan sempurna, tetap terperangkap dalam rongga dada, menunggu untuk dibebaskan.

Puisi "Batuk" karya Ook Nugroho menyentuh perasaan pembaca dengan menggambarkan pencarian dan pergulatan batin yang terhambat oleh keterbatasan diri. Melalui simbolisme batuk, Nugroho menyampaikan bahwa sering kali kita terperangkap dalam perasaan dan pemikiran yang tak dapat kita ungkapkan, seolah-olah ada suara dalam diri kita yang berusaha keluar namun selalu terhalang. Puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya mencari jalan keluar untuk menyuarakan diri, meskipun ada banyak hambatan yang menghadang.
Ook Nugroho
Puisi: Batuk
Karya: Ook Nugroho

Biodata Ook Nugroho:
  • Ook Nugroho lahir pada tanggal 7 April 1960 di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.