Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Cahaya (Karya L.K. Ara)

Puisi "Cahaya" karya L.K. Ara mengingatkan pembaca untuk selalu membawa cahaya harapan dan tekad, baik dalam perjalanan pribadi maupun dalam upaya ...
Cahaya

Cahaya di depan Bumi Asih
Pagi ini gemetar
Bagai tak sabar
Menyaksikanmu melintas
Menuju bandara

Angin di depan Bumi Asih
Pagi ini mewangi
Melepasmu pergi
Ia tahu sang putri
Kelak akan kembali
Membangun negeri

Pangkalpinang, 27 Desember 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Cahaya" karya L.K. Ara adalah salah satu karya yang penuh dengan emosi dan simbolisme. Dalam puisinya, L.K. Ara berhasil menyampaikan perpaduan antara perpisahan, harapan, dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Dengan latar pagi yang tenang namun bermakna, puisi ini menyoroti momen keberangkatan seseorang yang penuh harapan dan tanggung jawab besar terhadap masa depan.

Tema Utama dalam Puisi

Puisi ini mengangkat tema perpisahan yang tidak melulu bersifat sedih, melainkan diwarnai oleh optimisme dan rasa bangga. Tema-tema utama yang terlihat dalam puisi ini adalah:
Keberangkatan yang Penuh Harapan: Keberangkatan sang tokoh digambarkan dengan elemen cahaya dan angin, menunjukkan perjalanan yang dipenuhi doa dan keyakinan akan kesuksesan.
Cinta Tanah Air dan Pengabdian: Baris terakhir pada bait kedua, "Kelak akan kembali / Membangun negeri", menegaskan misi besar yang diemban sang tokoh. Puisi ini menggambarkan harapan agar perjalanan yang dilalui tidak hanya membawa kebaikan bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa.
Kehangatan Alam sebagai Simbol Kehidupan: Elemen cahaya dan angin yang muncul dalam puisi bukan hanya sekadar latar, melainkan turut menjadi simbol kehidupan dan harapan yang mengiringi perjalanan tokoh utama.

"Cahaya di depan Bumi Asih
Pagi ini gemetar
Bagai tak sabar
Menyaksikanmu melintas
Menuju bandara"

Bait ini menggambarkan suasana pagi di depan Bumi Asih, sebuah tempat yang menjadi saksi keberangkatan sang tokoh. Cahaya yang gemetar melambangkan antisipasi, harapan, dan emosi yang campur aduk. Kata gemetar menunjukkan bahwa keberangkatan ini adalah momen besar yang tidak biasa.

Penggambaran menuju bandara membawa kesan bahwa perjalanan ini bersifat signifikan, mungkin untuk melanjutkan pendidikan, bekerja, atau memenuhi panggilan tugas mulia.

"Angin di depan Bumi Asih
Pagi ini mewangi
Melepasmu pergi
Ia tahu sang putri
Kelak akan kembali
Membangun negeri"

Pada bait kedua, angin menjadi simbol alam yang seakan turut memberikan restu. Dengan suasana pagi yang mewangi, penyair menciptakan nuansa optimisme dan keindahan.

Frasa "Kelak akan kembali / Membangun negeri" memberikan pesan utama dari puisi ini: keberangkatan ini bukan sekadar untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi kontribusi yang lebih besar untuk bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan visi penyair terhadap pentingnya pengabdian kepada tanah air.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

  1. Personifikasi: Penyair mempersonifikasi cahaya dan angin, membuat elemen-elemen ini seakan hidup dan ikut merasakan emosi dalam cerita. Misalnya, "Cahaya di depan Bumi Asih / Pagi ini gemetar" dan "Angin di depan Bumi Asih / Pagi ini mewangi".
  2. Simbolisme Cahaya dan Angin: Cahaya melambangkan harapan, panduan, dan keberanian. Cahaya yang gemetar mencerminkan emosi besar yang menyelimuti momen perpisahan. Angin melambangkan perubahan dan perjalanan. Kehadirannya yang mewangi menunjukkan restu dan keindahan yang menyertai kepergian tokoh utama.
  3. Latar Tempat: Sebutan Bumi Asih sebagai latar memberikan kesan lokal dan personal. Tempat ini mungkin melambangkan rumah atau tanah air yang ditinggalkan sementara untuk tujuan yang lebih besar.

Pesan dan Relevansi Puisi

Puisi ini menyampaikan beberapa pesan yang relevan dengan kehidupan modern:
  1. Pentingnya Perjalanan untuk Berkembang: Keberangkatan sering kali menjadi simbol transformasi, baik secara pribadi maupun sosial. Puisi ini mengajarkan bahwa perjalanan yang penuh tujuan adalah bagian dari proses menuju kedewasaan dan pengabdian yang lebih besar.
  2. Kontribusi kepada Negeri: Dalam konteks nasionalisme, puisi ini mengingatkan pembaca akan pentingnya menggunakan kesempatan untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa setelah mencapai keberhasilan pribadi.
  3. Harapan di Tengah Perpisahan: Meski perpisahan bisa terasa berat, puisi ini menunjukkan bahwa ia juga bisa menjadi momen yang penuh makna dan harapan, terutama jika didasari oleh visi yang lebih besar.
Puisi Cahaya karya L.K. Ara adalah refleksi mendalam tentang perjalanan hidup, perpisahan, dan harapan. Dengan gaya bahasa yang indah dan penuh simbol, puisi ini menggambarkan bahwa setiap keberangkatan memiliki arti penting jika dilandasi dengan niat untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan tanah air.

Melalui karya ini, L.K. Ara mengingatkan pembaca untuk selalu membawa cahaya harapan dan tekad, baik dalam perjalanan pribadi maupun dalam upaya membangun dunia yang lebih baik. Puisi ini menjadi pengingat bahwa meskipun kita harus pergi sejenak, tujuan akhirnya adalah kembali dengan membawa perubahan yang berarti.

L.K. Ara
Puisi: Cahaya
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.