Cermin
kau mesti menatap
dunia dengan hatimu persis
seperti kau menatap cermin
setiap kali waktu bersisir
dalam kamarmu
Analisis Puisi:
Puisi "Cermin" karya Damiri Mahmud mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara diri kita dengan dunia luar. Dalam puisi ini, Mahmud menggunakan simbolisme cermin sebagai alat untuk menggambarkan cara kita harus memandang dunia. Dengan cara yang sangat halus dan puitis, ia menunjukkan bahwa dunia, seperti cermin, memantulkan apa yang ada di dalam diri kita.
Menatap Dunia dengan Hati
Damiri Mahmud menulis: “kau mesti menatap dunia dengan hatimu persis seperti kau menatap cermin”. Kalimat ini menjadi kunci utama pemahaman puisi ini. Mahmud seolah mengingatkan kita untuk melihat dunia tidak hanya dengan mata fisik kita, tetapi dengan hati. Cermin di sini bukan sekadar objek yang memantulkan wajah, tetapi juga menggambarkan cara kita memandang dunia dengan lebih dalam, penuh perasaan, dan kesadaran.
Sering kali kita menatap dunia hanya dengan persepsi yang dangkal, mengikuti arus dan norma yang ada tanpa benar-benar memahami atau merasakannya. Namun, Mahmud mengajak pembaca untuk meluangkan waktu, merasakan kehadiran dunia ini, dan menatapnya dengan kepekaan hati, bukan hanya sekadar melihat apa yang tampak di permukaan.
Waktu yang Bersisir dalam Kamarmu
Bagian selanjutnya berbicara tentang waktu yang bersisir dalam kamar: “setiap kali waktu bersisir dalam kamarmu”. Waktu yang bersisir menggambarkan aliran waktu yang tak bisa dihentikan, yang terus berlanjut tanpa henti. Menggunakan "kamarmu" sebagai simbol, Mahmud menunjukkan bahwa kita terperangkap dalam ruang pribadi kita, dunia internal yang terbatas, dan waktu yang terus berjalan dalam ruang itu.
Dalam konteks ini, kamar bisa dilihat sebagai simbol dari ruang pribadi kita yang penuh dengan pikiran dan perasaan. Kita sering terjebak dalam rutinitas dan kesibukan pribadi tanpa memperhatikan dunia luar secara mendalam. Dengan menggunakan kata "bersisir", Mahmud menekankan betapa waktu juga memiliki kekuatan untuk merapikan dan mengubah segala sesuatu, bahkan dalam ruang yang kita anggap stabil dan familiar.
Cermin sebagai Refleksi Diri dan Dunia
Cermin dalam puisi ini bukan hanya metafora tentang bagaimana kita melihat diri kita sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita merespons dunia di sekitar kita. Setiap kali kita menatap cermin, kita bukan hanya melihat wajah kita, tetapi kita juga melihat cerminan dari perjalanan hidup kita, pengalaman, dan cara kita berinteraksi dengan dunia. Cermin tersebut menjadi medium refleksi antara dunia luar dan dunia batin kita.
Melalui puisi ini, Mahmud mengajak kita untuk lebih berhati-hati dalam menilai dunia, dengan penuh empati dan pengertian. Seperti halnya cermin yang memantulkan apa yang ada di depannya, dunia pun akan memantulkan apa yang kita bawa dalam diri kita. Jika kita melihat dunia dengan hati, maka dunia akan terasa lebih dekat, lebih hidup, dan lebih bermakna.
Puisi "Cermin" karya Damiri Mahmud adalah sebuah karya yang penuh dengan pesan mendalam tentang cara kita memandang dunia. Dengan menggunakan simbol cermin dan waktu yang bersisir, Mahmud mengajak kita untuk menatap dunia tidak hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati. Puisi ini mengingatkan kita bahwa dunia adalah cerminan dari bagaimana kita menjalani hidup, dan bahwa kita harus memperlakukan dunia dengan lebih penuh pengertian dan kepekaan.
Puisi ini juga mengajarkan kita bahwa waktu terus berjalan, dan kita harus mampu melihat dan merasakan dunia dengan penuh kesadaran dalam setiap langkah yang kita ambil. Sebuah renungan yang menyentuh jiwa dan mengajak kita untuk lebih introspektif dalam menjalani kehidupan.
Puisi: Cermin
Karya: Damiri Mahmud
Biodata Damiri Mahmud:
- Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
- Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.