Puisi: Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu" karya Raudal Tanjung Banua mengundang pembaca untuk merasakan kedalaman emosi yang sama dan ....
Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu

Banyak pelabuhan telah aku datangi
Tapi tak ada yang sesedih ini
Muar ayang sempit dan gemetar
Beting-beting karang, menara suar
Menggurat wajahku di air dangkal.

Aku tersedu di bawah langit biru, entah mengapa
Padahal aku tak hendak berpisah
dengan siapa dan apa pun
yang mencintaiku dan kucinta
Aku tersedu di tepi laut biru
Padahal aku juga tak mencari apa dan siapa
yang tak mengenalku dan tak kukenal.

Kapal-kapal kayu tua saling merapatkan badan
Enggan berpisah dengan daratan
karena usia. Tapi balok-balok es
yang berjatuhan dari truk dan becak-becak berkarat
di tepi dermaga, meminta semuanya pergi
melewati muara yang sempit dan gemetar, 
beting-beting karang dan air dangkal.

Aku berjalan di antara keranjang-keranjang besar
yang menganga ke langit pengharapan
menumpuk kosong di sisi gudang. Sekosong bayang-ba
yangku
memanjang diitmpa matahari yang kini miring dari lautan.

Bayang-bayangku lalu memanjati dinding demi dinding,
atap gudang-gudang, rumah-rumah nelayan dan kan
tor syahbandar
keropos, berlubang. Seamsal liang peluru
di sebuah pantai yang jauh. Membuatku terkenang
seekor keledai yang terguling
di jalanan, dekat rumah jagal. Dua buntalan di punggungnya
menjelma jadi seonggok jala tua, menggantungi pundak 
sepiku
Sia-sia kulepas, susah-payah kutanggalkan.

Di bawah langit biru
Aku tersedu
Di hadapan laut biru
Aku tersedu.
Entah mengapa, aku tak tahu.

2016

Analisis Puisi:

Puisi "Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu" karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya yang memadukan tema kesedihan, perpisahan, dan refleksi pribadi dengan latar pelabuhan yang melankolis. Melalui puisi ini, Banua menyampaikan perasaan yang dalam dan kompleks tentang kehilangan dan kerinduan yang sulit diungkapkan.

Struktur dan Tema

Puisi ini dibagi menjadi beberapa bait yang membahas perasaan sedih yang dialami oleh penyair saat berada di pelabuhan Karangantu. Struktur puisi mengikuti alur perjalanan emosional penyair, dimulai dari pengalaman fisik di pelabuhan hingga refleksi mendalam tentang perasaannya.

Makna dan Refleksi

Puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang kesedihan dan perpisahan yang tidak selalu memiliki alasan yang jelas. Raudal Tanjung Banua menggunakan simbolisme pelabuhan, kapal-kapal tua, dan elemen fisik lainnya untuk menggambarkan perasaan kehilangan dan ketidakmampuan untuk bergerak maju.

Pelabuhan Karangantu di sini menjadi metafora untuk perasaan yang mendalam dan kompleks yang dialami penyair. Kesedihan yang dirasakannya tidak terkait dengan situasi tertentu, melainkan merupakan refleksi dari kekosongan dan kerinduan yang mendalam.

Banua mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana perasaan bisa mengikat kita pada tempat atau waktu tertentu, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya memahami sumber dari perasaan tersebut. Ini adalah sebuah eksplorasi tentang bagaimana kenangan dan emosi dapat menciptakan ikatan yang kuat dengan lokasi dan waktu tertentu dalam hidup kita.

Puisi "Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu" karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya yang mendalam dan emosional, menggambarkan perasaan kesedihan dan perpisahan yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah. Melalui deskripsi yang mendetail tentang pelabuhan dan simbolisme yang kuat, Banua menyajikan sebuah refleksi tentang bagaimana kita bisa merasa terikat dan terpengaruh oleh tempat dan waktu dalam hidup kita. Puisi ini mengundang pembaca untuk merasakan kedalaman emosi yang sama dan merenungkan hubungan antara tempat, memori, dan perasaan.

"Puisi: Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu"
Puisi: Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.