Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kekuatan Biadab (Karya Hasbi Burman)

Puisi "Kekuatan Biadab" karya Hasbi Burman menyajikan gambaran yang kuat tentang perasaan cinta yang terjalin dalam konteks kekuasaan dan ...
Kekuatan Biadab

Dalam spesifik senja kulayangkan surat cinta
dengan segumpal angan-angan
tersangkut pada senja yang basah
di atas lembar hatinya rinduku menjadi laut
kupukul kekuatan itu

Aku belum jera menuai kepedihan
oleh spesifik senjakala
dalam senjakala itulah kau menusukku
karena surat cinta itulah setelah tersangkut
lalu jatuh dalam iklim
yang tidak sempat kau baca
karena dikepung kekuatan yang biadab itu
maka malamlah dengan seribuan kunang-kunang
bersilangan dengan kelelawar-kelelawar
surat cinta telah lusuh menjadi sejarah
tirani melingkari ilusi
kekuatan dan kebenaran terus menerus berseteru.

Banda Aceh, 28 Oktober 2013

Analisis Puisi:

Puisi "Kekuatan Biadab" karya Hasbi Burman menyajikan gambaran yang kuat tentang perasaan cinta yang terjalin dalam konteks kekuasaan dan perlawanan terhadap nasib yang tak terelakkan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan penuh simbolisme, puisi ini mengungkapkan rasa sakit, perjuangan, dan kekuatan yang melibatkan emosi dan sosial. Tema besar puisi ini adalah ketegangan antara cinta yang tulus dan kekuatan yang tak berperasaan, serta perlawanan terhadap ketidakadilan yang terbungkus dalam sebuah narasi cinta yang penuh dengan penderitaan.

Senja sebagai Latar Kehidupan Cinta yang Penuh Angan

Puisi ini dibuka dengan gambaran senja yang sangat kuat, "Dalam spesifik senja kulayangkan surat cinta / dengan segumpal angan-angan." Senja, sebagai waktu yang mengisyaratkan peralihan dari terang ke gelap, sering kali menjadi simbol dari harapan yang menipis, pergolakan batin, atau ketidakpastian dalam hidup. Dalam hal ini, senja menjadi metafora dari waktu yang penuh dengan harapan namun juga menyimpan kerapuhan.

"Segumpal angan-angan" yang disertakan dalam surat cinta menggambarkan cita-cita dan harapan yang penuh romantisme, namun sekaligus rapuh dan mudah terguncang. Penulis mencoba mengirimkan surat cinta, namun surat ini "tersangkut pada senja yang basah," sebuah imaji yang mengisyaratkan bahwa harapan itu terhambat oleh kenyataan yang penuh dengan kesedihan dan kekuatan yang tak terhindarkan.

Cinta yang Terkoyak oleh Kekuatan yang Biadab

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan kesulitan yang timbul akibat perasaan yang tak terbalas atau cinta yang disalahgunakan: "kupukul kekuatan itu / Aku belum jera menuai kepedihan." Kalimat ini menggambarkan penulis yang berusaha menentang keadaan yang tidak adil. "Kekuatan itu" di sini merujuk pada kekuasaan atau kekuatan sosial yang menindas atau merusak perasaan dan harapan penulis. Meskipun penulis sudah merasakan penderitaan, ia tetap berusaha untuk melawan.

Namun, perlawanan ini tampaknya tidak membuahkan hasil yang baik. Penulis tetap terjebak dalam putaran penderitaan yang terus berulang, menggarisbawahi ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya.

Kekuasaan sebagai Musuh Cinta dan Harapan

Puisi ini menggambarkan bahwa "karena surat cinta itulah setelah tersangkut / lalu jatuh dalam iklim / yang tidak sempat kau baca / karena dikepung kekuatan yang biadab itu." Di sini, surat cinta yang seharusnya menjadi simbol dari komunikasi, harapan, dan hubungan, malah tersangkut dan jatuh. Surat yang penuh dengan cinta dan harapan itu tidak sempat dibaca oleh orang yang dituju, terhalang oleh "kekuatan yang biadab."

"Kekuatan yang biadab" ini bisa dipahami sebagai simbol dari berbagai bentuk kekuasaan yang menindas, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam konteks sosial yang lebih luas. Ini adalah bentuk kekuatan yang tanpa belas kasihan, yang merusak segala bentuk keindahan, termasuk cinta dan harapan.

Malam yang Datang: Gambaran Penderitaan dan Ilusi

Selanjutnya, penulis menggambarkan malam yang datang dengan "seribuan kunang-kunang / bersilangan dengan kelelawar-kelelawar." Kunang-kunang sering kali digunakan sebagai simbol cahaya harapan, sedangkan kelelawar sering diasosiasikan dengan kegelapan dan ketakutan. Keduanya yang "bersilangan" menandakan pertemuan antara harapan dan kenyataan yang suram. Kegelapan malam di sini melambangkan perasaan putus asa dan kehilangan, ketika harapan yang bersinar sedikit demi sedikit menghilang dalam kegelapan.

"Surat cinta telah lusuh menjadi sejarah," mencerminkan bahwa harapan dan usaha yang telah dilakukan menjadi sia-sia, seperti sesuatu yang telah dimakan waktu dan kini hanya menjadi kenangan yang memudar. Ini adalah gambaran dari ilusi yang hancur, di mana apa yang awalnya tampak penuh harapan berakhir dengan kehampaan.

Tirani dan Pertentangan antara Kekuatan dan Kebenaran

Puisi ini berakhir dengan frasa "tirani melingkari ilusi / kekuatan dan kebenaran terus menerus berseteru." Tirani, sebagai simbol dari kekuasaan yang menindas, mengelilingi ilusi atau harapan yang semula ada. Di sini, ada pertentangan yang tak berkesudahan antara kekuatan dan kebenaran. Kekuatan yang biadab ini terus berusaha menghancurkan kebenaran dan harapan yang lahir dari cinta dan keadilan.

Bagian ini menggarisbawahi tema besar puisi ini—perlawanan antara kekuatan yang menindas dan pencarian akan kebenaran. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan, bahkan surat cinta dan harapan pun bisa dipatahkan oleh kekuasaan yang tidak manusiawi.

Puisi "Kekuatan Biadab" karya Hasbi Burman adalah karya yang penuh dengan simbolisme yang menggambarkan perjuangan antara cinta dan kekuasaan, antara harapan dan kenyataan yang pahit. Dengan gaya yang penuh emosi, puisi ini menyentuh tema-tema seperti penderitaan, ketidakadilan, dan ketegangan antara kekuatan yang menindas dengan kebenaran yang ingin ditegakkan. Cinta yang tulus dan penuh harapan sering kali terhimpit oleh kekuatan yang tak terhindarkan, namun perjuangan melawan ketidakadilan ini tetap berlangsung, meski penuh dengan penderitaan.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana cinta dan kekuasaan sering kali bertentangan, dan bagaimana meskipun penderitaan itu datang, perlawanan terhadap ketidakadilan tidak pernah berhenti.

Hasbi Burman
Puisi: Kekuatan Biadab
Karya: Hasbi Burman

Biodata Hasbi Burman:
  • Hasbi Burman (Presiden Rex) lahir pada tanggal 9 Agustus 1955 di Lhok Buya, Aceh Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.