Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kepada Guru (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kepada Guru" karya Gunoto Saparie menggambarkan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam terhadap peran seorang guru dalam ...
Kepada Guru

kalau kau tak ada
tentu aku bukanlah apa-apa
kau adalah dian yang terus menyala
mengobarkan harapan dan cita-cita

kalau kau tak mengajar 
tentu aku tak dapat belajar
kau adalah buku yang selalu terbuka
memberi hikmah dan makna

kalau kau tak berbicara
tentu aku gagap menghadapi realita
kau adalah papan tulis itu
memberikan inspirasi baru selalu

kalau kau tak pernah menguji
tentu aku tak tahu sampai di mana
kau adalah bulan, kau adalah matahari
peletak dasar anak-anak cendekia

kalau kau tak ada
entah bagaimana jadinya aku ini
kau adalah langit, kau adalah bumi
setia mengabdi demi anak bangsa

2020

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Guru" karya Gunoto Saparie menggambarkan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam terhadap peran seorang guru dalam kehidupan dan perkembangan seorang murid. Melalui metafora alam dan perbandingan, penyair menggambarkan betapa pentingnya peran seorang guru dalam membentuk dan menginspirasi generasi muda.

Guru sebagai Dian yang Menyala Terus: Penyair menggunakan metafora "kau adalah dian yang terus menyala" untuk menggambarkan guru sebagai sumber cahaya yang terus menerangi dan mengobarkan harapan serta cita-cita. Ini menciptakan gambaran guru sebagai pemandu yang memberikan inspirasi kepada muridnya.

Guru sebagai Buku yang Selalu Terbuka: Penggunaan perbandingan "kau adalah buku yang selalu terbuka" menciptakan gambaran guru sebagai sumber pengetahuan yang selalu siap memberikan hikmah dan makna kepada muridnya. Guru dianggap sebagai jendela ilmu yang memberi wawasan baru.

Guru sebagai Papan Tulis yang Memberikan Inspirasi: Penyair menyebut guru sebagai "papan tulis itu" yang memberikan inspirasi baru selalu. Papan tulis di sini menjadi simbol tempat terjadinya proses pembelajaran, dan guru dianggap sebagai sumber inspirasi yang tak pernah habis.

Guru sebagai Peletak Dasar Anak-Anak Cendekia: Penggunaan perbandingan "kau adalah bulan, kau adalah matahari" menciptakan gambaran guru sebagai elemen-elemen dasar yang membimbing perkembangan murid. Guru disandingkan dengan bulan dan matahari sebagai penunjuk arah dan sumber kehidupan.

Guru sebagai Langit dan Bumi yang Setia Mengabdi: Guru dianggap sebagai langit dan bumi yang setia mengabdi demi anak bangsa. Metafora ini menciptakan citra keberlanjutan, keteguhan, dan dedikasi guru dalam mendidik generasi penerus.

Peran Guru dalam Menentukan Jalan Hidup: Puisi ini menekankan bahwa tanpa keberadaan guru, murid tidak akan dapat belajar dan menghadapi realitas. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pemimpin yang membimbing dan membantu murid menentukan jalan hidupnya.

Puisi "Kepada Guru" karya Gunoto Saparie adalah ungkapan terima kasih dan penghargaan yang mendalam terhadap peran guru. Melalui penggunaan metafora dan perbandingan, penyair berhasil menciptakan gambaran tentang betapa pentingnya guru dalam membimbing, menerangi, dan menginspirasi murid. Puisi ini merayakan dedikasi dan kontribusi guru sebagai pilar pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda.

Gunoto Saparie
Puisi: Kepada Guru
Karya: Gunoto Saparie

Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).

Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.

Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.