Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Berduka (Karya Ook Nugroho)

Puisi "Sajak Berduka" karya Ook Nugroho menggambarkan perjalanan melalui kehidupan yang penuh dengan kehilangan, kesepian, dan kebingungan.
Sajak Berduka

Aku tahu sejak semula
Aku akan kembali ke tempat ini
Melangkah sendirian
Menempuh kehilangan demi kehilangan
Lewat kesepian dan keasingan nama-nama
Dan gelak cakap orang-orang yang tak kukenal
Membujukku pulang, pulanglah
Kembali kepada diriku

Selalu ada pilihan dan keterbatasan
Saat-saat senang dan rasa gamang
Sedang aku melintas sunyi di tengahnya
Melayang dalam ketakpastian
Bercakap dengan gelisah
Tentang angin, kabut dan cuaca
Dekat pada keruntuhan
Kehilangan dan kesedihan

Aku tahu, aku akan kembali ke tempat ini
Berhadapan lagi dengan rasa tak berdaya
Kota dan warga yang kehilangan sapa
Monumen-monumen dari baja
Dan jendela-jendela kaca
Memantulkan duka cerita

Aku tahu, kukenal baik tandanya
Tak asing sejak mula
Irama yang tanpa jiwa
Tanah air tak bernama
Musim tanpa warna
Menggugurkan sendiri daun-daunnya

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Berduka" karya Ook Nugroho menggambarkan perjalanan melalui kehidupan yang penuh dengan kehilangan, kesepian, dan kebingungan. Dengan bahasa yang mendalam, puisi ini menyampaikan pengalaman kehidupan yang seringkali sulit dipahami dan dihadapi.

Tema Kehilangan dan Kesedihan: Tema utama yang merajut seluruh puisi adalah kehilangan dan kesedihan. Penyair membuka puisi dengan menyatakan kesadaran akan kembali ke tempat kehilangan dan merenungkan perjalanan hidup yang dipenuhi dengan kerugian. Kehilangan tersebut tidak hanya berupa fisik, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan spiritual.

Perjalanan Kehidupan yang Sendirian: Penyair mengeksplorasi perjalanan hidup sebagai suatu pengembaraan yang dilalui sendirian. Kata-kata "Melangkah sendirian" menyoroti keberanian untuk menghadapi tantangan dan kesepian. Keputusan untuk "menempuh kehilangan demi kehilangan" menciptakan gambaran tentang perjalanan yang penuh cobaan.

Ketidakpastian dan Gelisah: Puisi ini menciptakan suasana ketidakpastian melalui penggambaran "melintas sunyi di tengahnya" dan "melayang dalam ketakpastian." Gelisah dan kebingungan mengenai pilihan dan keterbatasan dalam hidup menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan ini.

Gambaran Kota dan Monumen sebagai Metafora Kehilangan: Penyair menggunakan gambaran kota, warga, monumen dari baja, dan jendela-jendela kaca sebagai metafora untuk menyampaikan kehilangan dan kehampaan. Monumen-monumen baja dapat diartikan sebagai simbol-simbol yang perlahan-lahan hilang atau ditinggalkan, sedangkan jendela-jendela kaca yang memantulkan duka cerita menciptakan kesan kesejajaran antara kehidupan dan kehilangan.

Identifikasi dengan Tanah Air Tanpa Nama: Dengan menyatakan "Tanah air tak bernama," penyair menciptakan gambaran tentang perasaan terasing dan kehilangan identitas. Tanah air yang tak bernama dan musim tanpa warna menjadi lambang kondisi kehidupan yang kehilangan makna dan keindahan.

Iringan Irama yang Tanpa Jiwa: Penyair menyampaikan suasana yang hampa dan tanpa semangat melalui ungkapan "irama yang tanpa jiwa." Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang tidak memiliki getaran emosional atau kegembiraan, menciptakan suasana yang suram dan melankolis.

Pengenalan pada Tanda-Tanda yang Dikenal Baik: Dengan kata-kata "Aku tahu, kukenal baik tandanya," penyair menegaskan bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian, ada tanda-tanda yang dikenal baik dan diantisipasi. Ini menciptakan kesan akan kebijaksanaan yang didapat dari pengalaman hidup.

Puisi "Sajak Berduka" adalah puisi yang menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan penuh kehilangan dan kesedihan. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan metafora yang mendalam, Ook Nugroho berhasil menciptakan karya yang memprovokasi pembaca untuk merenungkan arti dan makna dari perjalanan hidup yang sulit ini.

Ook Nugroho
Puisi: Sajak Berduka
Karya: Ook Nugroho

Biodata Ook Nugroho:
  • Ook Nugroho lahir pada tanggal 7 April 1960 di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.