Puisi: Segalanya (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Segalanya" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan kehadiran yang tak terhapuskan dari seseorang dalam kehidupan orang lain.
Segalanya

Segalanya masih akan bersamamu: awan yang suka
terserak, warna senja yang selalu baru, wajah telaga di
belakang rumah, bahkan angin, yang tak pernah kausapa
tetapi yang suka menyombongkan diri sebagai yang paling
setia selama ini, duduk di pangkuanmu (jangan ganggu!)
setelah capek menempuh samudra, perbukitan, dan kembali
agar bisa didengarnya kata-katamu yang bahkan aku dengan
susah payah bisa memahaminya.

Kalau nanti aku, alhamdulillah, harus pergi semua
masih akan tetap tinggal bersamamu; ketika kau batuk-
batuk dan buru-buru mencari OBH, ketika kau mengecilkan
volume ampli ingat tetangga sebelah sedang sakit,
ketika kau mendengar jerit air mendidih dan buru-buru
menuangkannya ke dalam ember untuk mandi pagi; ya,
semua itu masih akan bersamamu ketika aku tak lagi di
rumah ini.

Kursi kamar tamu yang dicakar-cakar kucing, lukisan
Bali yang miring lagi begitu diluruskan, buku-buku yang
bertebaran (seperti sampah!), meja makan rotan yang sudah
bosan politur, tempat sepatu yang penuh bekas bungkus
plastik, lemari es yang dengan sabar bertahan belasan
tahun, cangkir kopi dan mangkuk untuk sarapan bubur,
jam dinding yang detaknya tak kedengaran, kasur, bantal,
guling, seprei, pesawat telepon di dekat tempat tidur,
telepon selular yang biasanya aku bawa ke mana-mana:
semua masih akan bersamamu, sayang padamu.

Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Segalanya" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang penuh dengan nuansa emosi dan refleksi. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini menggambarkan kehadiran yang tak terhapuskan dari seseorang dalam kehidupan orang lain.

Gaya Bahasa dan Imaji

Sapardi menggunakan bahasa yang sangat visual dan konkret untuk menggambarkan kehadiran dalam hal-hal kecil dan sehari-hari. Ini menciptakan nuansa keakraban dan kedekatan.
  • "awan yang suka terserak, warna senja yang selalu baru, wajah telaga di belakang rumah": Baris ini menggambarkan elemen alam yang terus-menerus hadir dan memberikan kenyamanan.
  • "bahkan angin, yang tak pernah kausapa tetapi yang suka menyombongkan diri sebagai yang paling setia selama ini": Menggambarkan angin sebagai entitas yang setia, menambah nuansa kehadiran yang tidak terlihat namun selalu ada.
  • "Kalau nanti aku, alhamdulillah, harus pergi semua masih akan tetap tinggal bersamamu": Menyiratkan kepastian tentang kepergian, namun dengan keyakinan bahwa kehadiran dalam bentuk kenangan dan benda-benda tetap ada.
  • "Kursi kamar tamu yang dicakar-cakar kucing, lukisan Bali yang miring lagi begitu diluruskan": Menunjukkan aspek kehidupan sehari-hari yang akan tetap mengingatkan pada kehadiran penulis.

Tema dan Makna

  • Kehadiran yang Abadi: Puisi ini menyoroti bagaimana kehadiran seseorang tetap ada dalam bentuk-bentuk kecil dan sehari-hari, bahkan setelah orang tersebut pergi. Benda-benda dan momen-momen kecil tersebut menjadi pengingat akan keberadaan dan cinta yang pernah ada.
  • Kehidupan Sehari-hari sebagai Pengingat: Sapardi menggunakan benda-benda rumah tangga dan rutinitas sehari-hari untuk menunjukkan bahwa kehadiran seseorang tidak hanya dirasakan dalam momen-momen besar, tetapi juga dalam hal-hal kecil yang sering kali tidak kita sadari.
  • Kepergian dan Kenangan: Kepergian adalah tema yang penting dalam puisi ini. Meskipun penulis berbicara tentang kepergian, ia juga menekankan bahwa kenangan dan benda-benda yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari akan tetap ada dan mengingatkan orang yang ditinggalkan.
  • Keterhubungan dengan Alam: Elemen-elemen alam seperti awan, senja, dan angin digambarkan sebagai bagian dari kehidupan yang tetap ada bersama sang kekasih. Ini menekankan bahwa kehadiran seseorang tidak terbatas pada fisik, tetapi juga pada lingkungan sekitar yang menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Emosional

  • Rasa Kehilangan dan Cinta yang Mendalam: Puisi ini menggambarkan rasa kehilangan yang mendalam namun juga dipenuhi dengan cinta. Penulis berbicara tentang kepergian dengan rasa syukur ("alhamdulillah") dan ketenangan, menunjukkan penerimaan terhadap kepergian sambil tetap mempertahankan cinta dan kenangan.
  • Rasa Nyaman dalam Kehadiran yang Familiar: Benda-benda rumah tangga dan elemen-elemen alam yang digambarkan dalam puisi ini memberikan rasa nyaman dan familiar. Ini menunjukkan bagaimana kehadiran seseorang dapat dirasakan melalui hal-hal yang kita lihat dan gunakan setiap hari.
  • Kesetiaan dan Keterikatan: Puisi ini juga menyoroti kesetiaan dan keterikatan antara penulis dan orang yang dicintai. Benda-benda dan momen-momen kecil tersebut menjadi simbol dari kesetiaan dan keterikatan yang tidak akan hilang meskipun fisiknya sudah pergi.
Puisi "Segalanya" karya Sapardi Djoko Damono adalah refleksi mendalam tentang kehadiran, kenangan, dan cinta yang abadi. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, Sapardi berhasil menggambarkan bagaimana kehadiran seseorang tetap hidup dalam bentuk kenangan dan benda-benda sehari-hari. Puisi ini mengajarkan kita untuk menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan dan menyadari bahwa cinta dan kenangan akan selalu bersama kita, bahkan ketika orang yang kita cintai sudah pergi.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Segalanya
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.