Puisi: Udara (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Udara" karya Abdul Wachid B. S. adalah refleksi mendalam tentang cinta, kehidupan, dan perjuangan manusia untuk menemukan keseimbangan.
Udara

cinta mengenali dirimu
seirama tarikan napas
ketenangan yang sempurna
udara bersama cahaya
memenuhi jiwa

cinta mengenali dirimu
lewat tarikan napas
gelisah turun-naik paru-paru
udara setengah hati
setengah mati

cinta mengenali dirimu
saatsaat tarikan napas
mulai memanas darah
udara resah dilepas
alamat hasrat

cinta mengenali dirimu
senapas tarian meronta
dalam daging darah
udara nyala fatamorgana
tubuh terkapar

kemana aroma udara kau cium?

Yogyakarta, 4 November 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Udara" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan refleksi mendalam tentang cinta, kehidupan, dan hubungan manusia dengan elemen paling esensial: udara. Dalam setiap baitnya, puisi ini menghubungkan cinta dengan napas, menyoroti dinamika antara ketenangan, kegelisahan, hingga hasrat yang membara. Puisi ini tidak hanya tentang udara sebagai kebutuhan fisik, tetapi juga metafora spiritual dan emosional.

Udara sebagai Lambang Kehidupan dan Cinta

"cinta mengenali dirimu seirama tarikan napas ketenangan yang sempurna udara bersama cahaya memenuhi jiwa"

Bagian ini menggambarkan keselarasan cinta dengan kehidupan. Udara, sebagai sumber kehidupan, dipersonifikasikan bersama cahaya untuk menciptakan ketenangan yang sempurna. Cinta hadir dalam harmoni, seperti napas yang mengalir tanpa hambatan.

Gelisah dan Ketidakseimbangan

"cinta mengenali dirimu lewat tarikan napas gelisah turun-naik paru-paru udara setengah hati setengah mati"

Ketika ketenangan hilang, napas menjadi tidak stabil, mencerminkan gelisah yang dirasakan oleh tubuh dan jiwa. Udara yang sebelumnya memberi kehidupan kini terasa "setengah hati," menjadi simbol ketidakpastian atau cinta yang tidak sepenuhnya utuh.

Hasrat yang Memuncak

"cinta mengenali dirimu saatsaat tarikan napas mulai memanas darah udara resah dilepas alamat hasrat"

Di tahap ini, cinta berubah menjadi hasrat yang intens. Udara yang sebelumnya menenangkan kini memanas, menggambarkan ketegangan emosional dan fisik yang dirasakan seseorang ketika hasrat menguasai dirinya.

Puncak Pertarungan dan Kerapuhan Tubuh

"cinta mengenali dirimu senapas tarian meronta dalam daging darah udara nyala fatamorgana tubuh terkapar"

Hasrat mencapai puncaknya, namun diiringi dengan kehancuran fisik dan emosional. Udara yang sebelumnya menjadi penopang kehidupan kini berubah menjadi "nyala fatamorgana," ilusi yang membakar, meninggalkan tubuh yang "terkapar."

Pencarian Aroma Udara yang Hilang

"kemana aroma udara kau cium?"

Pertanyaan ini menjadi penutup yang menggugah. Udara sebagai elemen vital dan metafora cinta kini menjadi sesuatu yang hilang, menimbulkan pertanyaan tentang arah atau tujuan hidup yang telah tersesat.

Simbolisme dalam Puisi

  1. Udara sebagai Kehidupan dan Cinta: Udara bukan hanya kebutuhan biologis, tetapi juga melambangkan cinta sebagai elemen yang menopang keberadaan manusia. Ketika cinta "berubah," napas yang awalnya tenang menjadi resah, mencerminkan hubungan yang mengalami pasang surut.
  2. Napas sebagai Ritme Emosi: Puisi ini menggunakan napas untuk menggambarkan emosi manusia. Tarikan napas yang tenang melambangkan ketenangan, sementara napas yang tersengal-sengal menunjukkan kegelisahan, hasrat, atau bahkan kehancuran.
  3. Cahaya dan Fatamorgana: Cahaya di awal puisi melambangkan harapan, kejelasan, dan ketenangan. Sebaliknya, fatamorgana di akhir menggambarkan ilusi atau sesuatu yang menyesatkan, menandakan perjalanan cinta yang kehilangan arah.

Pesan yang Tersirat

  1. Kehidupan dan Cinta adalah Siklus: Puisi ini menggambarkan bahwa cinta, seperti napas, memiliki siklus: dari ketenangan menuju gelisah, hasrat, hingga kehancuran. Namun, setiap siklus memiliki arti tersendiri dalam perjalanan manusia.
  2. Keseimbangan dalam Hidup: Udara, seperti cinta, harus berada dalam keseimbangan. Ketika cinta terlalu mendominasi atau berubah menjadi hasrat yang destruktif, kehidupan menjadi tidak stabil.
  3. Pencarian Makna dalam Kehidupan: Pertanyaan terakhir dalam puisi menggugah pembaca untuk merenungkan: di mana mereka mencari makna cinta, kehidupan, atau udara yang "hilang"?

Kaitan dengan Kehidupan Modern

Di tengah dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan fisik dan emosional. Banyak orang kehilangan "aroma udara" mereka karena terlalu fokus pada hal-hal material atau hasrat sesaat, melupakan esensi kehidupan yang lebih mendalam.

Puisi "Udara" karya Abdul Wachid B. S. adalah refleksi mendalam tentang cinta, kehidupan, dan perjuangan manusia untuk menemukan keseimbangan. Dengan menggunakan simbol udara, puisi ini mengajarkan bahwa cinta sejati melibatkan harmoni, bukan hanya hasrat.

Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenungkan bagaimana mereka memahami cinta dan kehidupan, serta bagaimana menjaga ketenangan jiwa di tengah kegelisahan dunia. Abdul Wachid B. S. berhasil menyampaikan pesan yang mendalam melalui bahasa yang puitis namun tetap mudah dicerna. Puisi "Udara" menjadi pengingat bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang mengenali dan memberikan makna, seirama dengan napas kehidupan.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Udara
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.