Berpedomanlah pada Cita-Cita
Ya, kita hidup dalam dunia yang penuh ketakutan
kehidupan manusia sekarang digerogoti
dan dijadikan pahit-getir oleh rasa ketakutan
Ketakutan akan hari depan
ketakutan akan bom hidrogen
ketakutan akan ideologi-ideologi
Mungkin rasa takut itu
pada hakekatnya merupakan bahaya yang
lebih besar daripada bahaya itu sendiri
Sebab rasa takutlah yang
mendorong orang berbuat tolol
berbuat tanpa berpikir
berbuat hal yang membahayakan
Dalam permusyawaratan Tuan-tuan
saya minta, jangan kiranya Tuan-tuan
terpengaruh oleh ketakutan itu
Sebab ketakutan adalah zat asam
yang mencapkan perbuatan manusia
menjadi pola yang aneh-aneh
Berpedomanlah pada harapan
dan ketetapan hati
berpedomanlah pada cita-cita
berpedomanlah pada impian dan angan-angan
Sumber: Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002)
Catatan:
Buku Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002) dihimpun oleh Maman S. Tegeg. Maman merangkai tulisan-tulisan (termasuk pidato) karya Bung Karno (yang dikutip dari berbagai sumber) menjadi bentuk sajak/puisi.
Analisis Puisi:
Puisi "Berpedomanlah pada Cita-Cita" karya Bung Karno merupakan refleksi tentang ketakutan yang menguasai manusia serta pentingnya berpegang teguh pada harapan dan impian.
Tema Puisi
Puisi ini mengangkat beberapa tema utama, yaitu:
- Ketakutan dalam Kehidupan – Bung Karno menggambarkan dunia modern yang dipenuhi rasa takut, mulai dari ketakutan terhadap masa depan hingga ancaman bom dan ideologi.
- Bahaya Rasa Takut yang Berlebihan – Ketakutan tidak hanya muncul sebagai reaksi terhadap ancaman, tetapi juga menjadi ancaman itu sendiri karena bisa mendorong manusia melakukan tindakan yang bodoh dan berbahaya.
- Harapan dan Keteguhan Hati – Bung Karno menegaskan bahwa manusia tidak boleh terjebak dalam rasa takut, tetapi harus berpegang teguh pada cita-cita dan impian.
- Pentingnya Berpikir Rasional – Bung Karno mengingatkan bahwa ketakutan bisa menyebabkan seseorang bertindak tanpa berpikir jernih, sehingga penting untuk tetap berpijak pada pemikiran yang rasional dan tujuan yang jelas.
Makna Puisi
Puisi ini memiliki makna yang mendalam tentang bagaimana manusia harus menghadapi ketakutan dalam hidupnya.
"Ya, kita hidup dalam dunia yang penuh ketakutan / kehidupan manusia sekarang digerogoti / dan dijadikan pahit-getir oleh rasa ketakutan"
Menunjukkan bahwa manusia modern hidup dalam kecemasan yang terus-menerus, yang menyebabkan penderitaan psikologis.
"Ketakutan akan hari depan / ketakutan akan bom hidrogen / ketakutan akan ideologi-ideologi"
Rasa takut muncul dalam berbagai bentuk, baik dalam aspek pribadi (masa depan), sosial-politik (ideologi), maupun global (ancaman bom nuklir).
"Mungkin rasa takut itu / pada hakekatnya merupakan bahaya yang / lebih besar daripada bahaya itu sendiri"
Menegaskan bahwa ketakutan bisa lebih berbahaya daripada ancaman nyata itu sendiri karena dapat menghambat manusia untuk bertindak dengan benar.
"Sebab rasa takutlah yang / mendorong orang berbuat tolol / berbuat tanpa berpikir / berbuat hal yang membahayakan"
Ketakutan yang tidak terkendali bisa membuat seseorang melakukan tindakan yang tidak rasional dan berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang lain.
"Berpedomanlah pada harapan / dan ketetapan hati / berpedomanlah pada cita-cita / berpedomanlah pada impian dan angan-angan"
Bung Karno memberikan solusi untuk menghadapi ketakutan: tetap berpegang teguh pada harapan dan cita-cita agar tidak mudah terombang-ambing oleh ketakutan.
Makna Tersirat
Selain makna eksplisit yang disampaikan dalam puisi, terdapat beberapa makna tersirat yang dapat diinterpretasikan:
- Kritik terhadap Mentalitas Takut yang Menghambat Kemajuan – Bung Karno ingin menekankan bahwa ketakutan yang berlebihan bisa menjadi penghalang bagi kemajuan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam skala bangsa.
- Seruan untuk Berani Menghadapi Tantangan – Alih-alih menyerah pada ketakutan, manusia harus memiliki keberanian untuk berjuang mencapai impian dan menghadapi tantangan hidup.
- Pesan Kepemimpinan dan Keteguhan Prinsip – Dalam konteks politik, puisi ini bisa diartikan sebagai ajakan bagi pemimpin dan rakyat untuk tidak mudah takut menghadapi tekanan atau ancaman dari pihak lain.
- Nasionalisme dan Perjuangan – Bung Karno sering menekankan pentingnya memiliki cita-cita besar untuk bangsa. Puisi ini mengajak rakyat untuk tetap berpegang pada cita-cita perjuangan nasional tanpa terpengaruh oleh ketakutan yang melemahkan semangat.
Puisi ini bercerita tentang bagaimana manusia menghadapi ketakutan dan pentingnya berpegang pada harapan serta impian. Bung Karno mengingatkan bahwa ketakutan bisa menjadi musuh yang lebih besar daripada ancaman nyata. Oleh karena itu, manusia harus tetap teguh dan tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan, serta menjadikan cita-cita dan harapan sebagai pedoman hidup.
Pesan utama dari puisi ini adalah ajakan untuk tetap optimis dan berani menghadapi tantangan hidup. Dengan berpijak pada impian dan cita-cita, manusia dapat melewati berbagai ketakutan yang mencoba menghambat langkah mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Karya: Bung Karno
Biodata Bung Karno/Ir. Soekarno:
- Ir. Soekarno (EYD: Sukarno) merupakan Presiden Indonesia (1945-1967).
- Ir. Soekarno, sering disapa Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Soerabaja, Oost Java, Hindia Belanda.
- Ir. Soekarno meninggal dunia karena gangguan ginjal pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta, Indonesia.