Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Carla dan Kunto (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi "Carla dan Kunto" karya Mochtar Pabottingi adalah sebuah narasi puitis yang mengangkat tema cinta, perpisahan, dan pergulatan identitas dalam ..
Carla dan Kunto

A

lni adalah sihir harum poplar
Pada sebuah bandara:

    Pertama sekali adalah mentari pagi
    Di dahan-dahan langit
    Musim panas

    Udara basah. Hutan mendesah. Dan birahi
    Merayap ke mana-mana

    Begitulah tatapan Kunto terkunci
    Pada tatapan Carla
    Maka seluruh bagian tubuhnya pun bergegas
        ke seluruh bagian tubuh Carla
    Seperti burung-burung flamingo bergegas
    menyerbu mata air Sahara

B

Lalu percakapan pun berlangsung
Antara ada dan tiada. Antara jaga dan lena
Dan waktu pasrah

Mereka bicara tentang The Chrysanthemum
And the Sword
    Setelah seluruh desah mereka biarkan remas
    Setelah seluruh beban mereka biarkan hempas
    Jadi runtun rintih
        yang gurih
    Dalam orkestra ragawi
        yang sempurna

C

Kemudian waktu kembali ke ambang:
"Barangkali ini hanya sekadar upacara inisiasi bagimu"
Bisik Carla terbata, sesudahnya

"Sama sekali tidak," tegas Kunto
"Retak-retak peradaban telah menyiksa kita
Dengan gelisah abadi. Dan hanya laku sanggamalah
    pembebasnya."

Lalu bagai bersambut, di pucuk-pucuk poplar
Angin pun rebak

"Kunto," bisik Carla
"Percayakah engkau pada pesan makoto?"
Kunto terhenyak. Baru kemudian dia menjawab
Suaranya menyatu dengan angin: "Mungkin ....
Sebagai orang Jawa. Tapi engkau tahu
    Aku pun tak lagi sepenuhnya Jawa."

Mereka berbaring rapat sekali. Tangan mereka
Bergenggaman. Seperti bersama mendengarkan
    Resah cemara

"Aku tahu ... ini takkan berlanjut," lirih Carla tiba-tiba

"Carla, secepat itukah kesimpulan diperlukan?" tukas
Kunto
Dan Carla menjawabnya hanya dengan tatapan

Dari sepasang matanya yang hijau bening
    melesat puluhan lembing
    dan menancap ke jantung Kunto
    memagutkan empedu pada limpanya

Lalu Carla berbicara seolah pada ketiadaan. Dengan
bergetar
    "Dapatkah kau memperkenankan aku jadi sekadar
    kanca
    Ya, sekadar kanca
    Yang setia mendengarkan setiap tuturmu
        kapan saja

    Dan mengalang setiap dukamu

    Dapatkah? Hanya antara kau dan aku?
    Betapa jauh pun jarak antara kita
        terentang."

Dan Kunto tak kuasa tak jujur
"Duhai! Takkan sanggup aku menjawab permintaanmu
sebab di awal, dahagaku hanya pada lekuk-lekuk tubuhmu."

Kata-kata itu tak pernah dia ucapkan

D

Kalakian! Siapakah pengubah randefu lepas jadi terungku
    sehingga cinta sewaktu merundung kalbu

    Siapakah yang seketika melantunkan kidung
    pada bilik-bilik rindu

    Siapakah yang membuat deretan poplar sepanjang
    telaga
    Merunduk. Di bawah tatapan Carla

  ..............

Ketika Carla mengantar Kunto ke bandara
Duka pun seakan bergayut pada deretan foliaga. Menjelma
Tetes-tetes tembaga

Yang membeku

Dan kini, di kotak telepon, usai mendarat
Pada bandara kedua. Kunto. Jauh. Sendiri
    Luruh dalam sedak

Maka seketika dukanya pun merengkuh duka Carla
Di ujung sana. Melintasi ribuan mil

Dua duka itu berhimpun menggumpal
Seperti lantun Barcarolle. Seperti toreh merkuri
    ke sumsum musim
Seperti lengking kereta-api senja
    lintas gurun
    usai rekuim

2010

Sumber: Konsierto di Kyoto (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Carla dan Kunto" karya Mochtar Pabottingi adalah sebuah narasi puitis yang mengangkat tema cinta, perpisahan, dan pergulatan identitas dalam hubungan manusia. Melalui gaya bahasa yang melankolis dan simbolisme mendalam, puisi ini menggambarkan dinamika hubungan antara dua tokoh, Carla dan Kunto, yang terjalin dalam kebersamaan sesaat namun sarat makna.

A. Pertemuan dan Ketertarikan

Bagian pertama menggambarkan pertemuan Carla dan Kunto di sebuah bandara. Kunto mengalami daya tarik yang begitu kuat terhadap Carla, digambarkan melalui metafora burung flamingo yang bergegas menyerbu mata air Sahara. Ini melambangkan gairah dan ketertarikan yang instan dan tak tertahankan.

B. Percakapan dan Kedekatan

Pada bagian ini, terjadi percakapan antara Carla dan Kunto. Mereka membahas buku The Chrysanthemum and the Sword, yang mengacu pada konsep budaya Jepang tentang kehormatan dan konflik identitas. Simbolisme ini penting dalam memahami pergulatan Kunto dengan identitasnya sendiri. Kedekatan mereka tidak hanya bersifat fisik tetapi juga intelektual dan emosional, seperti yang ditunjukkan dalam frasa orkestra ragawi yang sempurna.

C. Kesadaran dan Perpisahan yang Tak Terhindarkan

Carla menyadari bahwa hubungan mereka mungkin tidak akan berlanjut, sementara Kunto masih berusaha menyangkalnya. Carla mempertanyakan apakah Kunto mempercayai makoto—konsep ketulusan dalam budaya Jepang. Kunto, yang merasa terombang-ambing antara identitas Jawanya dan pengaruh budaya lain, tidak mampu memberikan jawaban pasti. Ini menandakan pergolakan batinnya terhadap cinta, budaya, dan eksistensinya sendiri.

D. Perpisahan dan Duka yang Menyelimuti

Bagian terakhir adalah momen perpisahan yang menyayat hati. Carla dan Kunto berpisah di bandara, dan duka mereka menyatu meski terpisah ribuan mil. Simbol-simbol seperti lantun Barcarolle dan lengking kereta-api senja lintas gurun memperkuat kesedihan yang mendalam.

Tema dan Makna Puisi

Puisi ini menyentuh beberapa tema utama:
  • Cinta dan Perpisahan – Hubungan Carla dan Kunto diwarnai oleh gairah, kedekatan emosional, tetapi juga kesadaran bahwa perpisahan tak terelakkan.
  • Identitas dan Budaya – Kunto mengalami dilema identitas antara menjadi orang Jawa dan terpengaruh oleh budaya lain.
  • Makna Keintiman – Carla ingin mempertahankan hubungan dalam bentuk persahabatan, tetapi Kunto tidak dapat menyangkal bahwa ketertarikannya lebih dari itu.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Mochtar Pabottingi menggunakan banyak metafora dan simbol untuk memperkuat nuansa emosional dalam puisi ini:
  • Burung flamingo menyerbu mata air Sahara – Melambangkan hasrat yang tak terbendung.
  • Deretan poplar merunduk – Menunjukkan kesedihan dan perpisahan.
  • Lantun Barcarolle dan lengking kereta-api senja – Melukiskan duka dan kesepian pasca perpisahan.
Puisi "Carla dan Kunto" adalah puisi yang indah dan penuh makna tentang cinta yang bersemi sesaat tetapi berakhir dalam perpisahan. Mochtar Pabottingi dengan cermat menggambarkan kompleksitas hubungan manusia, pergulatan identitas, dan kedalaman emosi dalam momen kebersamaan yang singkat. Puisi ini tidak hanya bercerita tentang dua individu, tetapi juga menyentuh aspek universal tentang cinta, kehilangan, dan makna keberadaan.

Mochtar Pabottingi
Puisi: Carla dan Kunto
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.