Doa dalam Tahanan
kita sekarang memang tahanan yang sedang gelisah menanti
saat-saat terbaik melepas diri dari jaring kerajaan sepi
sudah sekian lama waktu,
cuma kerlingan dari gairah hidup yang mati
dan hasilnya telah mempesona hayal jauh melewati mimpi
sedang kebebasan murni luput dari tujuan sejati
ketika gemuruh dunia semakin menjadi-jadi
semakin gawat dan menyilau matahari
sampai angin pun menolak membawa suara sanubari
lewat pohon-pohon sunyi di malam hari
sedang sahabat banyak yang sedang gelisah menanti
tak tahu lagi arah mana pintu yang terakhir sekali
mesti ditempuh dengan berani; —
tetapi justru karena suasana begini,
semakin bernafsu lagi kita bertarung dengan sepenuh hati
menghitung-hitung segala bencana: gerak-gerak kejatuhan dalam sunyi
menafsir makna bunyi cecak penghabisan kali
suara-suara jengkrik yang ganjil; pekik burung hantu di ranting jati
isyarat di tikungan kelam seketika bertemu kembali
serta kemungkinan bila pengawal diganti
barangkali satu kompi polisi,
yang lengkap dengan senjata api
debaran hati dalam kita tari, dan cara terbaik buat berkelahi
dalam siang dan malam tambah semalam lagi
dan ingat sekali lagi,
di sini,
perjuangan dalam hidup ini, di tempat semacam ini,
bukan cuma kebetulan untuk nekad dalam mati
merebut kemerdekaan, kebebasan sejati yang abadi
sebab, kita sejak dulu dalam abad demi abad
memang tahanan yang sedang gelisah menanti:
Bukankah kau sendiri telah mengatakan dengan pasti
bahwa maut bengis acapkali di ketiak bersembunyi?
tidakkah siang tadi kau melambai dalam sunyi
akan bahagia yang nikmat atas budi luhur?
tidakkah hidup adalah suatu takdir yang tak lagi bisa dimungkiri
seperti semacam daun-daun gugur dan tumbuh kembali
di bekas mana tahun demi tahun musim datang dan pergi?
dan setiap musim resah sempat pergi lagi
jendela para tahanan semakin kecil tapi berarti sekali
bagi lalu lintas kemauan Besar yang tumbuh bersama bumi sendiri
tumbuh dan meninggi melingkar hari
bagai bara api,
dalam sunyi?
abad-abad terus berlalu; laut masa depan menderu menggila
di hari-hari resah segalanya menanti, Tuhan, menanti
saat-saat pembebasan yang pertama dan nikmat
bagi keselarasan antara hati dan pikiran
ketika gemuruh dunia makin mencengkeram
dimana maut diam-diam
merangkak-rangkak dari tempat ke suatu tempat, mencari
sasaran di antara kita yang terbaring letih
dan tidak lagikah kita
bertemu kembali di tempat ini, Tuhan
dalam waktu-waktu yang begitu sarat dipenuhi keluh?
lalu tiba-tiba dan perlahan bumi memutih
dan kita pun menyerah,
mati, —
Sumber: Horison (Maret, 1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Doa dalam Tahanan" karya Husain Landitjing merupakan refleksi mendalam tentang penderitaan, ketidakpastian, dan harapan seorang tahanan yang gelisah menunggu kebebasan. Dengan bahasa yang puitis dan penuh simbolisme, puisi ini menggambarkan pergulatan batin seseorang yang berada dalam tekanan, baik secara fisik maupun mental.
Lewat puisi ini, Landitjing tidak hanya menyoroti kondisi tahanan secara harfiah tetapi juga menghadirkan makna yang lebih luas tentang perjuangan manusia dalam mencapai kebebasan sejati.
Kegelisahan dan Penantian dalam Tahanan
Puisi dibuka dengan gambaran kegelisahan seorang tahanan yang menunggu kebebasan:
kita sekarang memang tahanan yang sedang gelisah menantisaat-saat terbaik melepas diri dari jaring kerajaan sepi
Frasa tahanan yang sedang gelisah menanti menggambarkan seseorang yang berada dalam ketidakpastian, mungkin akibat ketidakadilan atau tekanan politik. Kata kerajaan sepi menandakan keterasingan dan kehilangan kebebasan yang telah lama dirasakan.
sudah sekian lama waktu, cuma kerlingan dari gairah hidup yang mati
Bagian ini menyoroti betapa waktu terasa panjang dan kehidupan seakan kehilangan makna bagi mereka yang tertahan dalam ketidakpastian.
Dunia yang Makin Gawat dan Hilangnya Harapan
Di bagian berikutnya, penyair menggambarkan dunia yang penuh gejolak:
ketika gemuruh dunia semakin menjadi-jadisemakin gawat dan menyilau matahari
Bagia ini bisa diartikan sebagai gambaran dunia yang semakin kacau, mungkin karena ketidakadilan, perang, atau konflik sosial.
sampai angin pun menolak membawa suara sanubarilewat pohon-pohon sunyi di malam hari
Metafora angin yang menolak membawa suara sanubari menunjukkan betapa suara hati dan harapan manusia sering kali diabaikan oleh dunia yang keras.
Perlawanan dan Keinginan untuk Bebas
Meskipun berada dalam keadaan sulit, penyair tetap menunjukkan semangat perlawanan:
tetapi justru karena suasana begini,semakin bernafsu lagi kita bertarung dengan sepenuh hati
Bagian ini mencerminkan bahwa meskipun hidup dalam penindasan, manusia tetap memiliki semangat juang untuk meraih kebebasan.
perjuangan dalam hidup ini, di tempat semacam ini,bukan cuma kebetulan untuk nekad dalam mati
Bagian ini menegaskan bahwa perjuangan bukan sekadar soal mati atau hidup, melainkan usaha untuk merebut kebebasan yang sejati.
Kepasrahan pada Takdir dan Refleksi Spiritual
Di bagian akhir puisi, penyair menyampaikan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian:
tidakkah hidup adalah suatu takdir yang tak lagi bisa dimungkiriseperti semacam daun-daun gugur dan tumbuh kembali
Bagian ini mencerminkan siklus kehidupan yang tak bisa dihindari, di mana setiap manusia mengalami penderitaan, kejatuhan, dan kebangkitan kembali.
lalu tiba-tiba dan perlahan bumi memutihdan kita pun menyerah, mati
Bagian penutup ini menyiratkan kepasrahan pada takdir, di mana akhirnya manusia harus menghadapi kematian. Namun, ada kesan bahwa kematian ini bukan sekadar akhir, melainkan bagian dari proses menuju kebebasan yang lebih besar.
Pesan Moral dalam Puisi
Puisi "Doa dalam Tahanan" menyampaikan beberapa pesan penting:
- Ketidakadilan dan Penindasan – Banyak orang yang mengalami ketidakadilan dan harus hidup dalam ketidakpastian.
- Harapan akan Kebebasan – Meskipun mengalami penderitaan, manusia tetap memiliki harapan untuk kebebasan.
- Perjuangan Melawan Ketidakadilan – Hidup bukan hanya soal menerima nasib, tetapi juga tentang bagaimana berjuang untuk kebebasan sejati.
- Kepasrahan dan Takdir – Manusia tidak bisa menghindari kematian, tetapi bisa menentukan bagaimana menjalani hidup dengan bermakna.
Puisi "Doa dalam Tahanan" karya Husain Landitjing adalah puisi yang sarat dengan refleksi mendalam tentang kehidupan dalam keterbatasan, perjuangan melawan ketidakadilan, dan kepasrahan terhadap takdir. Dengan gaya bahasa yang penuh simbolisme, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kebebasan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan.
Puisi ini tidak hanya relevan bagi mereka yang mengalami penahanan fisik, tetapi juga bisa dimaknai sebagai refleksi bagi siapa saja yang merasa terbelenggu oleh keadaan dan berusaha mencari kebebasan sejati dalam hidup.
Karya: Husain Landitjing
Biodata Husain Landitjing:
- Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.