Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Harau (Karya A. Damhoeri)

Puisi "Harau" karya A. Damhoeri menggambarkan keindahan dan daya tarik alam, khususnya di daerah Harau. Melalui bahasa yang indah, penyair ...
Harau

Tahukah tuan dimana Harau?
Tempat air jatuh mendesau,
Di Payakumbuh "kota tembakau",
Di tempat bujang banyak merisau.

Perhatikanlah indah hutan rimbanya,
Dilingkar jalan putih warnanya,
Adalah ular konon layaknya,
Hati yang gundah dilipurkannya.

Permandiannya permai, indah dan jelita,
Diapit ngarai bertebing bata,
Tempat bersuka penduduk kota,
Mandi di kolam bersukacita.

Lembah bergema berkali-kali,
Penaka suara jin yang sakti,
Diam di ngarai di dalam kali,
Hebat bunyinya menakutkan hati.

Jika ditekun dimenungkan,
Laksana peri seorang pujangga,
Pilulah hati melihatkan,
Karena tamasya di tepi telaga.

Kalau sampai tuan ke sana,
Jangan lupakan menjelang dia,
Sebab jika gundah gulana,
Boleh bertukar menjadi ria.

Sumber: Panji Pustaka (4 Oktober 1932)

Analisis Puisi:

Puisi "Harau" karya A. Damhoeri menggambarkan keindahan dan daya tarik alam, khususnya di daerah Harau. Melalui bahasa yang indah, penyair menciptakan gambaran yang memikat tentang alam, budaya, dan pengalaman manusia di tempat ini.

Lokasi dan Keunikan Harau: Penyair mengenalkan Harau sebagai tempat yang memiliki karakteristik khusus. Tempat ini dijelaskan sebagai tempat air jatuh mendesau, terletak di Payakumbuh, yang dikenal sebagai "kota tembakau." Keberadaan Harau memberikan kesan sebagai tempat yang memiliki daya tarik alam dan keunikan budaya.

Gambaran Hutan dan Ngarai: Puisi menciptakan gambaran indah tentang hutan dan ngarai di sekitar Harau. Penggunaan kata-kata seperti "indah," "rimba," dan "putih warnanya" menggambarkan kekayaan alam yang mempesona di sekitar tempat ini. Hutan dan ngarai menjadi elemen alam yang menjadi daya tarik bagi penduduk dan pengunjung.

Ular sebagai Simbol Hati yang Gundah: Penyair menggunakan ular sebagai simbol untuk menggambarkan hati yang gundah. Ular dalam puisi ini diibaratkan mirip dengan hati yang sedang mengalami kegelisahan atau keprihatinan. Ini menciptakan gambaran kuat tentang hubungan antara alam dan perasaan manusia.

Permandian yang Permai dan Kolam Bersukacita: Puisi menggambarkan permandian yang indah dan kolam yang membangkitkan kegembiraan. Lokasi ini menjadi tempat bagi penduduk kota untuk bersuka cita. Deskripsi ini memberikan nuansa positif tentang kehidupan sosial dan rekreasi di Harau, yang kontras dengan gambaran hati yang gundah sebelumnya.

Suara Gema Lembah dan Ngarai: Penyair menciptakan nuansa mistis melalui gambaran suara gema lembah dan ngarai. Suara ini diibaratkan sebagai suara jin yang sakti, menciptakan atmosfer yang menakutkan dan menggetarkan hati. Hal ini menambah dimensi keindahan alam Harau yang diliputi nuansa magis.

Nasehat untuk Pengunjung Harau: Puisi berisi nasehat untuk pengunjung Harau agar tidak lupa "menjelang dia." Pesan ini mungkin menekankan pentingnya merenungi keindahan alam dan menghargai setiap momen di Harau. Pergi ke Harau dengan hati yang gundah dapat berubah menjadi kegembiraan jika dijalani dengan penuh kesadaran dan apresiasi.

Hubungan Antara Alam dan Perasaan Manusia: Puisi ini berhasil menghubungkan alam dengan perasaan manusia. Alam tidak hanya dijadikan latar belakang, tetapi juga menjadi bagian integral dari pengalaman emosional. Simbolisme ular, suara lembah, dan pesan nasehat semuanya merangkul konsep bahwa alam dan perasaan manusia saling terkait.

Dengan bahasa yang indah dan gambaran yang hidup, puisi "Harau" mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan alam dan kehidupan di tempat ini. Puisi ini memberikan kombinasi antara deskripsi alam yang mempesona, nuansa mistis, dan nasehat yang bijak. Melalui kata-kata penyair, Harau menjadi sebuah tempat yang tak hanya dikenal oleh fisiknya, tetapi juga oleh makna dan pengalaman yang menyertainya.

Puisi: Harau
Puisi: Harau
Karya: A. Damhoeri

Biodata A. Damhoeri:
  • A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
  • A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.