Kami Bukan Bangsa yang Pandir
Ada sebabnya aku mengadakan perlawatan ini
aku ingin agar Indonesia dikenal orang
Aku ingin memperlihatkan kepada dunia
bagaimana rupa orang Indonesia
Aku ingin menyampaikan kepada dunia
bahwa kami bukan "Bangsa yang Pandir"
seperti orang Belanda berulang-ulang
mengatakan kepada kami
Bahwa kami bukan lagi
"Inlander goblok hanya baik untuk diludahi"
seperti Belanda mengatakan kepada kami berkali-kali
Bahwa kami bukan lagi
penduduk kelas kambing yang berjalan
menyuruk-nyuruk dengan memakai sarung dan ikat kepala
merangkak-rangkak seperti yang dikehendaki
oleh majikan-majikan kolonial di masa silam
Sumber: Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002)
Catatan:
Buku Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002) dihimpun oleh Maman S. Tegeg. Maman merangkai tulisan-tulisan (termasuk pidato) karya Bung Karno (yang dikutip dari berbagai sumber) menjadi bentuk sajak/puisi.
Analisis Puisi:
Puisi "Kami Bukan Bangsa yang Pandir" sarat dengan semangat nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Tema utama dari puisi ini adalah kebangkitan nasional, harga diri bangsa, dan perlawanan terhadap kolonialisme. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang bodoh atau tidak berdaya seperti yang sering digambarkan oleh penjajah Belanda.
Puisi ini merupakan pernyataan tegas bahwa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Makna Puisi
Puisi ini memiliki makna mendalam tentang perjuangan identitas bangsa. Bung Karno ingin menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang lemah dan tertindas. Sebaliknya, Indonesia adalah bangsa yang memiliki kecerdasan, martabat, dan kemampuan untuk bersaing dengan negara lain.
Puisi ini juga mencerminkan usaha Bung Karno untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia, agar negara-negara lain melihat Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
Makna Tersirat dalam Puisi
Selain makna eksplisit tentang kebanggaan nasional, puisi ini juga mengandung makna tersirat yang lebih dalam, antara lain:
- Kritik terhadap kolonialisme – Bung Karno menyoroti bagaimana Belanda telah merendahkan bangsa Indonesia dengan sebutan "Inlander goblok" dan "bangsa yang pandir." Ini adalah bentuk propaganda kolonial yang bertujuan untuk melemahkan semangat juang rakyat Indonesia.
- Pesan motivasi untuk bangsa Indonesia – Puisi ini juga merupakan seruan kepada rakyat Indonesia untuk tidak lagi merasa rendah diri. Bung Karno mengajak seluruh rakyat untuk bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.
- Semangat diplomasi dan eksistensi Indonesia di dunia internasional – Bung Karno menyadari pentingnya membangun citra Indonesia di mata dunia. Perlawatan yang disebutkan dalam puisi ini merupakan upaya diplomasi agar Indonesia dikenal dan dihormati oleh negara lain.
Puisi ini bercerita tentang perjuangan Bung Karno dalam membangun citra bangsa Indonesia di tingkat internasional. Dengan lantang, ia membantah anggapan negatif yang diberikan oleh Belanda kepada rakyat Indonesia. Puisi ini juga mengisahkan bagaimana Indonesia harus membuktikan bahwa mereka adalah bangsa yang cerdas, berdaulat, dan tidak lagi berada dalam bayang-bayang kolonialisme.
Puisi ini bukan sekadar kumpulan kata, melainkan sebuah manifesto kebangsaan yang menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat. Bung Karno melalui puisinya ingin membangun kepercayaan diri bangsa dan membebaskan Indonesia dari stigma negatif yang diwariskan oleh penjajah. Tema perjuangan, makna kebanggaan nasional, serta pesan tersirat dalam puisi ini menjadikannya sebagai salah satu karya yang tetap relevan hingga saat ini.
Puisi ini mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa rendah diri sebagai bangsa, melainkan terus menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar, bermartabat, dan siap bersaing di kancah internasional.
Karya: Bung Karno
Biodata Bung Karno/Ir. Soekarno:
- Ir. Soekarno (EYD: Sukarno) merupakan Presiden Indonesia (1945-1967).
- Ir. Soekarno, sering disapa Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Soerabaja, Oost Java, Hindia Belanda.
- Ir. Soekarno meninggal dunia karena gangguan ginjal pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta, Indonesia.