Lagu Malam Braga
Sunyi yang kusimpan
Dalam tungku perasaan
Kini jadi api. Jalanan menyala
Lampu-lampu menawarkan khuldi
Deru kendaraan yang sesekali
Keloneng becak
Bagai gumam yang dingin. Deretan pintu
Dan barisan tiang listrik yang bisu
Ada yang tak mampu kubeli
Dengan seluruh ketelanjangan
Tapi ada yang harus kudaki, harus kusetubuhi
Hakikat sunyi. Malam lindap di bawah bulan
1984
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)
Analisis Puisi:
Puisi "Lagu Malam Braga" karya Acep Zamzam Noor merupakan salah satu karya sastra yang sarat dengan simbolisme dan perenungan mendalam. Dengan menggunakan diksi yang puitis dan atmosfer yang khas, puisi ini mengajak pembaca untuk meresapi suasana malam di Braga serta makna yang tersembunyi di balik kata-katanya.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kesunyian dan pencarian makna dalam kehidupan. Penyair menggambarkan suasana malam di Braga dengan nuansa yang tenang tetapi penuh refleksi. Ada perasaan keterasingan yang muncul dalam puisi ini, seolah-olah penyair sedang menyelami makna dari kesunyian yang ia alami.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman seseorang yang berjalan di malam hari di kawasan Braga. Jalanan yang menyala dengan lampu-lampu menggambarkan kehidupan malam yang terus berjalan. Namun, di balik hiruk-pikuk tersebut, terdapat perasaan sunyi yang mendalam. Penyair menggambarkan bagaimana ia berusaha memahami hakikat dari kesunyian tersebut, seolah-olah ia harus menaklukkannya untuk menemukan makna hidup.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan perjalanan batin seseorang dalam menghadapi kesepian dan pencarian jati diri. Api dalam tungku perasaan yang menyala menggambarkan gejolak batin yang tidak bisa dipadamkan. Kesunyian bukan sekadar ketiadaan suara, melainkan sebuah kondisi yang harus dihadapi dan diterima. Selain itu, ada kritik terhadap dunia modern yang penuh dengan gemerlap lampu dan hiruk-pikuk kendaraan, tetapi tetap menyisakan kehampaan di hati manusia.
Suasana dalam Puisi
Puisi ini menghadirkan suasana hening, melankolis, dan reflektif. Penyair menggambarkan keheningan malam dengan detail yang tajam, seperti "keloneng becak" yang terdengar sesekali di antara deru kendaraan. Ada kesan keterasingan dalam lanskap kota yang tetap hidup di malam hari.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan bahwa kesunyian bukan sesuatu yang harus dihindari, melainkan sesuatu yang harus diterima dan dipahami. Dalam kesunyian, manusia dapat menemukan hakikat kehidupan dan dirinya sendiri. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa tidak semua hal bisa dibeli atau dimiliki, tetapi ada hal-hal yang harus diperjuangkan dengan kesadaran penuh.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan auditori:
- Imaji visual: "Jalanan menyala", "deretan pintu dan barisan tiang listrik yang bisu" – memberikan gambaran kota di malam hari yang tampak gemerlap tetapi tetap sepi.
- Imaji auditori: "Deru kendaraan", "keloneng becak" – menghadirkan suara khas malam di Braga yang memberikan kesan mendalam pada suasana puisi.
Majas
- Personifikasi: "Jalanan menyala" – seolah-olah jalanan memiliki kehidupan sendiri.
- Metafora: "Sunyi yang kusimpan dalam tungku perasaan kini jadi api" – menggambarkan perasaan yang membara dalam kesunyian.
- Simbolisme: "Lampu-lampu menawarkan khuldi" – khuldi adalah simbol dari godaan dan keinginan, mungkin merujuk pada gemerlap dunia malam yang tampak menggoda tetapi bisa menyesatkan.
Puisi "Lagu Malam Braga" adalah puisi yang tidak hanya menggambarkan suasana malam di Braga, tetapi juga menyelami perasaan manusia yang berusaha memahami kesunyian dan kehidupan. Dengan pilihan kata yang kuat dan simbolisme yang dalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sunyi dan hakikat pencarian dalam hidup.
Biodata Acep Zamzam Noor:
- Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
- Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
