Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Masih Pagi (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Masih Pagi" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keterkaitan erat antara waktu, penuaan, dan ketidakpastian dalam hidup seseorang.
Masih Pagi

Masih pagi begini kamu mau ke mana?
Kemarin kamu bilang sakit,
sekarang pagi-pagi malah sudah bangun,

dan siap-siap pergi.
Wajahmu tampak pucat,
coba saja lihat di cermin.

Kamu tak takut lagi lihat cermin, bukan?
Cermin tidak pernah bermaksud
menakut-nakuti,

sekedar memberi tahu
bahwa kita sudah sampai
di ruas tertentu.

Ya, ketika galur-galur di wajah kita
tampak tambah tegas.
Apa kamu bilang? Tanda sudah tua?

Tentu saja, tapi apa
hubungannya dengan makam?
Siapa yang berhenti?

Maksudku, siapa yang menyuruhmu
berhenti lekas-lekas?
Dan sekarang kamu malah mau pergi.

Ini kan masih pagi.Benar,
katamu cermin semakin menyakitkan,
suka cerewet dan memberi tahu kita

macam-macam yang sebenarnya
tidak kita pahami benar
tetapi yang membuat kita jengkel

sehingga tidak begitu suka lagi bercermin.
Tapi, apa pula urusannya?
Ini masih pagi, kamu mau ke mana?

Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Masih Pagi" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah refleksi mendalam tentang waktu, penuaan, dan pertanyaan eksistensial tentang arah hidup seseorang.

Tema

  • Waktu dan Penuaan: Puisi ini menggambarkan momen pagi hari yang menghadirkan pertanyaan tentang arah hidup dan perjalanan waktu seseorang. Dialog internal dengan cermin sebagai simbol penuaan dan refleksi diri menjadi sentral dalam pengembangan tema ini.
  • Ketidakpastian dan Pertanyaan Eksistensial: Dengan pertanyaan "Masih pagi begini kamu mau ke mana?", puisi ini menggambarkan kebingungan dan ketidakpastian akan arah yang akan diambil seseorang dalam kehidupannya, terutama ketika dihadapkan pada realitas penuaan.

Bahasa dan Gaya Penulisan

  • Bahasa Sehari-hari yang Padu: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana namun penuh dengan makna. Pemilihan kata-kata yang tepat seperti "cerewet" dan "jengkel" menggambarkan suasana hati yang kompleks dan kontradiktif.
  • Imaji dan Simbolisme: Simbolisme cermin digunakan untuk merefleksikan waktu dan proses penuaan yang tidak bisa dihindari. Cermin di sini bukan hanya objek fisik, tetapi juga simbol dari introspeksi diri dan kejujuran dalam melihat diri sendiri.

Struktur dan Alur Puisi

  • Penggunaan Dialog Internal: Puisi ini menggunakan dialog internal yang kuat antara penyair dan dirinya sendiri, atau mungkin antara penyair dan tokoh yang dihadapinya (cermin). Ini menciptakan keintiman emosional dan mendalam dalam penjelajahan tema penuaan dan ketidakpastian.
  • Pertanyaan Retoris: Puisi ini penuh dengan pertanyaan retoris yang mengundang pembaca untuk ikut merenungkan makna dan implikasi dari setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam kehidupan.

Makna dan Pesan

Puisi "Masih Pagi" oleh Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti waktu, penuaan, dan pentingnya introspeksi diri dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian hidup. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini berhasil menangkap esensi kehidupan yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial.

Puisi "Masih Pagi" merupakan karya yang menggambarkan keterkaitan erat antara waktu, penuaan, dan ketidakpastian dalam hidup seseorang. Dengan penggunaan bahasa yang jujur dan imaji yang kuat, Sapardi Djoko Damono berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya introspeksi diri dan refleksi terhadap arah hidup dalam menghadapi realitas yang tak terhindarkan seperti penuaan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Masih Pagi
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.