Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nostalgia (Karya Widjati)

Puisi "Nostalgia" karya Widjati adalah ungkapan kerinduan mendalam terhadap kampung halaman dan kenangan yang pernah ada di sana.
Nostalgia

Rinduku yang setia sayangku
Ketika malam hujan turun
Adalah rindu kampong halaman

Kukecup rintihmu yang kelam
Lalu kau usir bayangan yang gelap
Aduh!
Di sana tertinggal suara serulingku lapat-lapat
Bersama Siti yang memetik tali-tali kecapi.

Margasari-Tegal, 1977

Analisis Puisi:

Puisi "Nostalgia" karya Widjati merupakan sebuah ungkapan rindu yang mendalam terhadap kampung halaman. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan perasaan nostalgia seseorang terhadap tempat asalnya, yang penuh dengan kenangan masa lalu.

Tema

Puisi ini mengangkat tema kerinduan terhadap kampung halaman dan kenangan masa lalu. Penyair menghadirkan gambaran suasana yang membawa kembali ingatan pada masa yang telah berlalu, terutama dalam konteks hubungan emosional dengan tempat dan orang-orang terkasih.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa kampung halaman adalah bagian penting dari kehidupan seseorang, yang meninggalkan jejak mendalam dalam ingatan dan perasaan. Meskipun waktu telah berlalu dan keadaan mungkin telah berubah, kenangan itu tetap melekat dan terasa hidup dalam hati. Beberapa bagian yang menunjukkan makna ini antara lain:
  • "Ketika malam hujan turun, adalah rindu kampong halaman" → Menggambarkan bahwa hujan di malam hari membangkitkan rasa rindu yang kuat terhadap kampung halaman.
  • "Di sana tertinggal suara serulingku lapat-lapat" → Mengisyaratkan bahwa di kampung halaman, ada bagian dari diri penyair yang tertinggal, baik secara fisik maupun emosional.
  • "Bersama Siti yang memetik tali-tali kecapi" → Menunjukkan adanya kenangan indah yang tidak bisa dilupakan, mungkin tentang seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya.
Puisi ini bercerita tentang kerinduan seorang penyair terhadap kampung halamannya yang penuh dengan kenangan indah. Ia mengingat suasana kampung, suara seruling yang samar-samar, dan seseorang bernama Siti yang memainkan kecapi, seolah membawa kembali momen-momen masa lalu yang telah lama ditinggalkan.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menghadirkan suasana melankolis dan penuh kerinduan. Ada nuansa kesepian yang terasa dalam gambaran malam hujan dan ingatan terhadap kampung halaman yang jauh.

Imaji

Puisi ini memiliki beberapa imaji visual dan imaji pendengaran yang memperkuat suasana nostalgia:

1. Imaji visual:

  • "Ketika malam hujan turun" → Menggambarkan suasana malam yang dingin dan sunyi, memperkuat rasa rindu.
  • "Di sana tertinggal suara serulingku lapat-lapat" → Memberikan gambaran samar tentang sebuah tempat yang dipenuhi kenangan.

2. Imaji pendengaran:

  • "Suara serulingku lapat-lapat" → Menghadirkan bunyi lembut seruling yang menggema dari kejauhan.
  • "Siti yang memetik tali-tali kecapi" → Menggambarkan suara kecapi yang dimainkan oleh seseorang di kampung halaman.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Majas personifikasi, seperti "kukecup rintihmu yang kelam" yang memberikan sifat manusiawi pada kegelapan malam.
  • Majas metafora, seperti "rinduku yang setia sayangku" yang menggambarkan rindu sebagai sesuatu yang selalu hadir dan menemani.
  • Majas repetisi, seperti pengulangan kata "rindu" yang mempertegas perasaan mendalam terhadap kampung halaman.
Puisi "Nostalgia" karya Widjati adalah ungkapan kerinduan mendalam terhadap kampung halaman dan kenangan yang pernah ada di sana. Dengan suasana melankolis, imaji yang kuat, serta penggunaan majas yang indah, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebuah tempat yang memiliki ikatan emosional dalam kehidupan, serta bagaimana kenangan masa lalu tetap hidup di dalam hati meskipun waktu terus berjalan.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Nostalgia
Karya: Widjati
© Sepenuhnya. All rights reserved.