Sumber: Horison (November, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Pada Sebuah Pantai" mengangkat tema kegagalan cinta, kerapuhan hubungan manusia, serta refleksi eksistensial tentang makna perasaan, kenangan, dan ketidakpastian hidup. Goenawan Mohamad mengajak pembaca merenungkan bagaimana cinta yang pernah hadir kini hanya menjadi jejak samar di tepian waktu, serupa pantai yang perlahan ditinggalkan pasang.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini menyentuh tentang ketiadaan kepastian dalam cinta dan kehidupan. Hubungan yang pernah dijalani berakhir seperti gelombang yang surut, meninggalkan pantai kosong, sepi, dan tawar. Goenawan menyoroti bahwa tidak semua hal bisa dipertahankan, tidak semua bisa ditanyakan maknanya, dan tidak semua kenangan punya harga yang jelas. Namun, manusia tetap saja cenderung menggenggam kenangan, meski tahu itu sia-sia.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh aku yang merenungi hubungan yang telah berlalu di sebuah pantai. Ia mengingat kembali keintiman yang sempat ada, momen-momen penuh gairah, hingga akhirnya menyadari bahwa semua itu kini hanya menjadi sisa memori yang sentimentil. Pantai, ombak, dan pasir menjadi latar refleksi tentang cinta yang gagal dan ketidakpastian tentang makna dari kenangan itu sendiri.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa sendu, melankolis, dan penuh refleksi personal. Ada kesan getir bercampur ketidakberdayaan menghadapi kenyataan bahwa hubungan telah berakhir, dan kenangan hanya menjadi sesuatu yang sia-sia namun tetap menghantui.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa tidak semua yang kita jalani dalam hidup, termasuk cinta, harus selalu punya makna besar atau jawaban yang jelas. Ada kalanya, manusia hanya bersandar pada kemungkinan-kemungkinan yang rapuh, seperti angin yang tidak pernah bisa digenggam. Goenawan juga ingin mengingatkan bahwa perasaan manusia sering kali melampaui logika dan tatanan sosial yang kaku, meski zaman makin praktis dan melarang sentimentalitas.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji visual dan imaji suasana yang kuat, seperti:
- "Pantai, tepi memang tinggal terumbu" menggambarkan pantai yang sepi, ditinggalkan pasang.
- "Asin angin amis" menghadirkan aroma pantai yang nyata.
- "Panas dan pasir yang bersetubuh" menciptakan gambaran sensual dan metaforis tentang alam yang menyatu.
- "Mumbang jatuh seperti nyiur jatuh" menambah nuansa alam yang bergerak dan hidup.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – Pantai dijadikan simbol kenangan dan cinta yang berakhir.
- Personifikasi – "pagi telah mengantar kau kembali" memberi sifat manusia (mengantar) pada waktu.
- Ironi – "DILARANG NANGIS" menjadi bentuk sindiran terhadap budaya yang menolak sentimentalitas.
- Paralelisme – Pengulangan "kita memang bersandar..." mempertegas ketidakpastian yang ingin disampaikan.
- Sarkasme – "biarkan akal yang angker itu mencibir!" seolah mengejek diri sendiri yang masih sentimental.
Puisi "Pada Sebuah Pantai" adalah puisi yang merekam getar kegagalan cinta dan absurditas perasaan manusia. Melalui metafora pantai yang ditinggalkan pasang, Goenawan Mohamad menggambarkan cinta yang memudar, kenangan yang kabur, dan betapa manusia tetap ingin mencari makna dari sesuatu yang mungkin memang sia-sia. Dengan gaya khasnya yang reflektif, subtil, dan penuh ironi, puisi ini mengajak kita semua berdamai dengan ketidakpastian dan ketidaksempurnaan perasaan manusia.
Puisi: Pada Sebuah Pantai
Karya: Goenawan Mohamad
Biodata Goenawan Mohamad:
- Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
- Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.