Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pelaut Buku (Karya Sam Haidy)

Puisi "Pelaut Buku" karya Sam Haidy menggambarkan perjalanan intelektual dan perjuangan dalam menemukan kebenaran di tengah gempuran zaman.
Pelaut Buku
(- Nazril Ilham)

Di tengah dunia yang tak henti mendera
Kau berlayar mengarungi samudra aksara
Menyandarkan haluan pada angin utara.

Sedang aku sudah lebih dulu terombang-ambing di tengah
Belum dapat menentukan arah.

Sekali waktu kau menyapaku:
"Pergilah ke arah tenggara, ada mutiara bangsa yang
terpendam."
Lalu aku pun bergegas menujunya
Melacak jejak pendahulu yang terkubur kezaliman zaman

Dan badai terus mengayunmu ke kanan dan ke kiri....

Suatu waktu
Saat laut telah tenang
Dan gaduh dunia telah reda
Kau atau aku akan menunggu
Di sebuah reruntuhan tugu.

Dari sana
Kita akan melanjutkan perjalanan
Yang sempat tertunda.

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Pelaut Buku" karya Sam Haidy mengusung tema pencarian ilmu dan perjuangan dalam menghadapi tantangan zaman. Melalui metafora pelayaran, puisi ini menggambarkan perjalanan intelektual seseorang yang mencari pengetahuan, menghadapi badai kehidupan, dan berusaha menemukan kebenaran dalam sejarah serta literasi.

Puisi ini berkisah tentang seseorang yang berlayar di "samudra aksara," sebuah kiasan untuk perjalanan dalam dunia literasi dan ilmu pengetahuan. Narator dalam puisi ini menggambarkan bagaimana dirinya masih terombang-ambing di tengah lautan, belum menemukan arah yang pasti. Kemudian, ada sosok lain yang memberikan petunjuk untuk mencari "mutiara bangsa yang terpendam," yang dapat diartikan sebagai ilmu berharga atau sejarah yang terkubur oleh kezaliman zaman. Namun, perjalanan ini tidak mudah, karena badai kehidupan terus mengayunkan sang pelaut ke kanan dan ke kiri. Pada akhirnya, puisi ini menyiratkan harapan bahwa ketika dunia telah tenang, mereka akan bertemu di sebuah reruntuhan tugu untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

Makna Tersirat

Puisi ini memiliki makna tersirat tentang perjuangan dalam mencari kebenaran dan ilmu pengetahuan. "Samudra aksara" melambangkan dunia literasi yang luas dan penuh tantangan, sementara "badai" bisa diartikan sebagai hambatan dalam memperoleh pemahaman yang mendalam. "Mutiara bangsa yang terpendam" bisa merujuk pada sejarah, pengetahuan, atau nilai-nilai yang harus digali dan dipelajari kembali agar tidak hilang ditelan zaman. Puisi ini juga menyinggung bagaimana zaman penuh kezaliman dapat menutupi jejak kebenaran, sehingga diperlukan usaha untuk menggali dan menemukannya kembali.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana reflektif dan penuh perjuangan. Ada kesan ketidakpastian yang digambarkan melalui "terombang-ambing di tengah" dan "badai terus mengayunmu ke kanan dan ke kiri." Namun, di akhir puisi, ada secercah harapan, yaitu pertemuan kembali setelah dunia menjadi lebih tenang.

Puisi "Pelaut Buku" karya Sam Haidy menggambarkan perjalanan intelektual dan perjuangan dalam menemukan kebenaran di tengah gempuran zaman. Dengan menggunakan metafora pelayaran, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya mencari ilmu, menghadapi tantangan, dan menggali sejarah yang mungkin telah lama terlupakan. Pada akhirnya, ada harapan bahwa pencarian ini tidak akan sia-sia dan akan membawa manfaat bagi generasi mendatang.

Puisi Sam Haidy
Puisi: Pelaut Buku
Karya: Sam Haidy
© Sepenuhnya. All rights reserved.