Pesantrenku
Pesantren, tugasmu belum usai,
Dari rahimmu lahir pencerah-pencerah negeri,
Dari dirimu terpancar sinar-sinar Ilahi,
Dari dirimu kemanusiaan dan ketuhanan, melebur menjadi sosok-sosok panutan,
Kau bak mata air bening yang mengalirkan hidayah dan pencerahan Ilahi yang tak bertepi.
Pesantrenku,
Islam kau Indonesiakan, Indonesia kau pancasilakan, Pancasila kau Islamkan,
Jiwa ragamu merah putih, semangatmu Allahu Akbar,
Kau benar-benar Indonesia.
2022
Analisis Puisi:
Puisi "Pesantrenku" karya Nelis Afifatun N. adalah sebuah penghormatan dan penggambaran yang puitis terhadap pesantren, lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia.
Penghormatan terhadap Pesantren: Penyair menggambarkan pesantren sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam mencetak pencerah dan panutan bagi masyarakat. Pesantren diibaratkan sebagai sumber pencerahan Ilahi yang tak berujung, tempat lahirnya sosok-sosok yang membawa cahaya kebaikan dan ketuhanan bagi negeri.
Pesantren sebagai Pusat Pendidikan dan Pencerahan: Puisi ini menyoroti peran pesantren dalam mendidik para santri untuk menjadi agen perubahan yang membawa pencerahan dan kedamaian bagi masyarakat. Pesantren dianggap sebagai tempat yang memancarkan sinar-sinar Ilahi dan mengalirkan hidayah kepada seluruh umat.
Identitas Nasional dan Keislaman: Penyair menekankan bahwa pesantren bukan hanya tempat pendidikan agama, tetapi juga tempat yang mengajarkan nilai-nilai kebangsaan. Pesantren dianggap sebagai lembaga yang menggabungkan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai Pancasila dan semangat kebangsaan Indonesia, menciptakan generasi yang merah putih dan semangatnya Allahu Akbar.
Integritas dan Kecocokan dengan Identitas Indonesia: Puisi ini menegaskan bahwa pesantren adalah bagian yang integral dari identitas Indonesia, di mana nilai-nilai keislaman dan nasionalisme saling terkait dan menyatu. Pesantren dianggap sebagai wujud nyata dari semangat Indonesia yang beragam dan inklusif.
Puisi "Pesantrenku" adalah sebuah puisi yang memuja dan merayakan peran pesantren dalam mencetak generasi pencerah yang menggabungkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Dengan ungkapan yang puitis dan penuh kebanggaan, puisi ini mengajak pembaca untuk menghormati dan mengakui kontribusi pesantren dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan berbudaya.
