Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak (Karya Leon Agusta)

Puisi "Sajak" karya Leon Agusta mengangkat tema pencarian makna hidup, pergulatan batin, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Ada refleksi mendalam ...
Sajak (1)

Telan habis kebencian lantas buangkan
selagi pesta marilah menyanyi

kita sudah terlalu sibuk mengukur dalamnya laut
di hati masing-masing; berlayar di atas ayunan
gelombangnya; berenang dalam keasingan arusnya

kita jengkali ladang-ladang cinta yang tumbuh
sampai ke gunung-gunung yang sepi

kita rancang peta-peta perburuan bagi hewan-hewan
yang akan kita korbankan untuk saling memangsa

kita gunting lipatan-lipatan janji dengan kata-kata berbunga
di bawah bulan, kita mabuk, sampai lupa luka menanti

semuanya sungguh prosais dan melelahkan ...!

"hanya dalam berdoa
kita nikmati istirah yang sempurna"

Sajak (2)

dalam gugur waktu
terdengar beribu bintang turun ke taman-taman
tak berisik, sujud ke Bumi
bunga-bunga menyulam aromanya dengan warna-warni dan,
ketika lagu syukur dikumandangkan
sulamannya sudah jadi sayap bagi rindu yang mekar
kepaknya jadi tari bagi dendam yang mati
mengantar jenazah kesumat sampai ke makamnya

Ya, Tuhan!
kuciptakan Kau dari derita
sebelum aku selesai
pesan-Mu sudah sampai menunjukkan kekeliruanku".

1981

Sumber: Horison (Oktober, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak" karya Leon Agusta mengangkat tema pencarian makna hidup, pergulatan batin, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Ada refleksi mendalam tentang cinta, kebencian, perburuan manusia terhadap dirinya sendiri, serta ketenangan yang hanya ditemukan dalam doa.

Makna Tersirat

Dalam Sajak (1), penyair menggambarkan kehidupan manusia yang dipenuhi konflik, ketidakpastian, dan kelelahan emosional. Ada ajakan untuk melepaskan kebencian, tetapi di sisi lain juga ada kesadaran bahwa manusia terlalu sibuk dengan kegelisahan hati masing-masing.

Sajak (2) lebih berorientasi pada spiritualitas dan pertobatan. Bintang-bintang yang turun secara diam-diam melambangkan ketundukan dan kesadaran manusia terhadap ketidakkekalan hidup. Ada nuansa ketidakberdayaan manusia di hadapan Tuhan, terutama dalam pengakuan: "Ya, Tuhan! kuciptakan Kau dari derita sebelum aku selesai pesan-Mu sudah sampai menunjukkan kekeliruanku."

Secara tersirat, puisi ini menunjukkan perjalanan batin manusia yang berusaha memahami makna hidup, menghadapi kontradiksi emosional, dan akhirnya menyadari keterbatasannya di hadapan Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan emosional dan spiritual manusia. Sajak (1) berfokus pada konflik batin, kebingungan, serta pencarian makna dalam kehidupan sosial. Sementara Sajak (2) menggambarkan proses refleksi, pertobatan, dan akhirnya mencapai ketenangan dalam keimanan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam Sajak (1) terasa gelisah dan melelahkan, mencerminkan kegelisahan batin manusia dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan Sajak (2) memiliki suasana yang lebih tenang, kontemplatif, dan penuh perenungan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa manusia sering terjebak dalam konflik batin dan pencarian yang melelahkan, tetapi pada akhirnya, ketenangan sejati hanya bisa ditemukan dalam doa dan ketundukan kepada Tuhan.

Imaji

Leon Agusta menghadirkan imaji yang kuat, terutama dalam:
  • Imaji visual: “beribu bintang turun ke taman-taman” (membentuk gambaran bintang jatuh dengan keindahan dan ketenangan).
  • Imaji penciuman: “bunga-bunga menyulam aromanya” (menggambarkan keharuman bunga yang menyatu dengan suasana spiritual).
  • Imaji gerak: “kepaknya jadi tari bagi dendam yang mati” (menghidupkan gambaran kelegaan setelah melepas dendam).

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Majas Metafora: “kita rancang peta-peta perburuan bagi hewan-hewan yang akan kita korbankan untuk saling memangsa” menggambarkan kehidupan manusia yang penuh dengan konflik dan perebutan.
  • Majas Personifikasi: “bunga-bunga menyulam aromanya dengan warna-warni” memberikan sifat manusiawi pada bunga yang seolah aktif merangkai aroma.
  • Majas Hiperbola: “kita gunting lipatan-lipatan janji dengan kata-kata berbunga” menekankan bagaimana janji-janji diingkari dengan kata-kata manis yang sebenarnya palsu.
Puisi "Sajak" karya Leon Agusta merupakan refleksi mendalam tentang pergulatan manusia dalam mencari makna hidup. Ia menggambarkan pertentangan antara kebencian dan cinta, penderitaan dan doa, serta pencarian makna yang pada akhirnya bermuara pada kesadaran spiritual.

Leon Agusta
Puisi: Sajak
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.