Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Tan Malaka (Karya Ahda Imran)

Puisi "Sajak Tan Malaka" karya Ahda Imran menghormati dan mengenang sosok Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang berperan penting dalam ...
Sajak Tan Malaka
(Kepada Harry A Poeze)

Poeze, waktu itu tak bertubuh tak berkejadian
orang sekaumku telah membunuhnya. Mengubur
mayatnya di bawah bayang gardu tentara. Waktu
yang berbaju merah. Waktu yang menulis revolusi
dengan tangannya yang sakit. Revolusi.

dengan tubuh yang tak utuh

ingatan itu, Poeze, tak berkaki tak berkejadian
orang sekaumku telah menebasnya. Ingatan
yang tak mengenal lagi bau jasad tubuhnya
ingatan yang merangkak-rangkak mencari
sisa jejak kakinya

di ruang kerjamu.

2012

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Tan Malaka" karya Ahda Imran menghormati dan mengenang sosok Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. Tan Malaka dianggap sebagai salah satu pemimpin revolusi yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Imajinasi dan Realitas: Puisi ini menggambarkan kontras antara imajinasi dan realitas. Ada penggambaran figur Tan Malaka dalam imajinasi, di mana dia digambarkan sebagai simbol revolusi dan perlawanan terhadap penindasan. Namun, realitasnya adalah bahwa Tan Malaka telah dibunuh oleh orang sekaumnya, dan jejak-jejaknya di dunia ini telah hilang.

Simbolisme Waktu: Penyair menggunakan konsep waktu sebagai simbolisme yang kuat dalam puisi ini. Waktu digambarkan sebagai entitas yang berkuasa dan merajalela, yang menguburkan sosok Tan Malaka di bawah bayang-bayang gardu tentara. Waktu juga digambarkan sebagai penulis revolusi, yang meski sakit, tetap berjuang untuk perubahan.

Eksplorasi Ingatan dan Jejak: Puisi ini juga mengeksplorasi tema ingatan dan jejak. Penyair merenungkan bagaimana ingatan tentang Tan Malaka masih hidup dalam dirinya dan sekaumnya, meskipun jejak fisiknya telah hilang. Ada upaya untuk mengingat dan mencari sisa-sisa dari apa yang pernah ada.

Kritik Sosial: Puisi ini mencerminkan kritik sosial terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sesama anggota masyarakat terhadap tokoh revolusioner seperti Tan Malaka. Pembunuhan Tan Malaka oleh orang sekaumnya mencerminkan perselisihan internal dan ketidakstabilan politik pada masa itu.

Puisi "Sajak Tan Malaka" adalah sebuah puisi yang menggambarkan penghormatan, kesedihan, dan refleksi atas peran Tan Malaka dalam perjuangan revolusioner Indonesia. Dengan menggunakan imajinasi, simbolisme waktu, dan tema ingatan, puisi ini memberikan penghormatan yang dalam terhadap seorang pemimpin revolusi yang berjasa bagi bangsa Indonesia.

Ahda Imran
Puisi: Sajak Tan Malaka
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.