Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sang Nelayan (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Sang Nelayan" bercerita tentang seorang nelayan yang menjalani kehidupan penuh tantangan di laut, menghadapi berbagai rintangan, baik suka ...
Sang Nelayan


malam dan siang menyobek waktu
tercabutlah pula daun-daun tua
sunyi mengunci daun jendela
terdengar sedumu di balik selimut pekat malam

telah kau reguk tawa ria alam
telah kau telan pedih rintih alam
adakah tercatat laba rugi
peruntungan nasib pergi pulang

kini mabuk cintamu bersimpuh dalam doa
kau berkata mengalirlah arus hidupku
adalah panah-panah ombak melayang ke pantai
namun tak kau bilang tentang buih-buih
hamparan permadani kapas di atas gelombang

pulanglah sang nelayan
tertunduk di depan teduh mata ibu

Jakarta, 1987

Analisis Puisi:

Puisi "Sang Nelayan" karya Aspar Paturusi menggambarkan perjalanan hidup seorang nelayan yang penuh perjuangan, di mana ia menghadapi berbagai tantangan di lautan dan akhirnya kembali kepada keluarganya. Puisi ini sarat dengan simbolisme kehidupan yang menggambarkan pasang surut nasib manusia.

Tema Puisi

Beberapa tema utama dalam puisi ini meliputi:
  1. Perjuangan dan Kehidupan Seorang Nelayan – Puisi ini menceritakan tentang bagaimana seorang nelayan berjuang melawan alam demi mencari nafkah.
  2. Kehidupan dan Takdir – Ada refleksi tentang bagaimana kehidupan seseorang ditentukan oleh perjalanan dan usaha yang dilakukan.
  3. Rasa Lelah dan Kembali ke Rumah – Nelayan yang pulang dengan kelelahan melambangkan manusia yang setelah berjuang akhirnya kembali ke tempat yang aman, yakni keluarga.
  4. Kehidupan Sebagai Sebuah Siklus – Seperti gelombang yang selalu datang dan pergi, kehidupan pun berulang dalam siklus yang sama.

Makna Puisi

Puisi ini memiliki makna yang dalam terkait perjuangan hidup.
  • "Malam dan siang menyobek waktu" → Waktu terus berjalan tanpa henti, kehidupan berlangsung dalam pergantian siang dan malam.
  • "Tercabutlah pula daun-daun tua" → Ada sesuatu yang hilang atau berubah seiring berjalannya waktu. Ini bisa merujuk pada usia, pengalaman, atau perubahan dalam kehidupan.
  • "Telah kau reguk tawa ria alam, telah kau telan pedih rintih alam" → Sang nelayan telah mengalami suka dan duka dalam perjalanan hidupnya, merasakan kebahagiaan dan penderitaan.
  • "Adakah tercatat laba rugi, peruntungan nasib pergi pulang" → Refleksi tentang apakah kehidupan ini membawa keuntungan atau kerugian, seolah mempertanyakan apakah perjuangan selama ini sepadan dengan hasilnya.
  • "Kini mabuk cintamu bersimpuh dalam doa" → Ada kelelahan dan kepasrahan, di mana akhirnya nelayan hanya bisa berharap kepada Tuhan.
  • "Pulanglah sang nelayan, tertunduk di depan teduh mata ibu" → Setelah semua perjuangan, nelayan akhirnya pulang ke rumah, mencari ketenangan dalam dekapan ibu atau keluarga.

Makna Tersirat

Selain makna eksplisit, puisi ini juga menyimpan pesan yang lebih dalam:
  1. Perjuangan dalam Hidup Tidak Selalu Berbuah Manis – Seorang nelayan berusaha keras, tetapi tidak selalu mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Hal ini bisa diartikan sebagai simbol dari kehidupan manusia yang penuh ketidakpastian.
  2. Kembali ke Rumah Adalah Ketenangan Sejati – Setelah mengalami badai kehidupan, tempat terbaik untuk kembali adalah rumah dan keluarga.
  3. Kehidupan Seorang Nelayan Melambangkan Perjalanan Hidup Manusia – Ombak yang naik turun mencerminkan pasang surut kehidupan yang harus dihadapi dengan keberanian.
  4. Ketidakpastian Masa Depan – Ada pertanyaan tentang laba dan rugi dalam kehidupan, yang menunjukkan bahwa manusia tidak pernah tahu bagaimana nasibnya ke depan.
Puisi ini bercerita tentang seorang nelayan yang menjalani kehidupan penuh tantangan di laut, menghadapi berbagai rintangan, baik suka maupun duka. Setelah perjalanan panjang, ia kembali ke rumah dengan segala pengalaman yang ia peroleh, baik itu kebahagiaan maupun kepedihan.

Puisi ini tidak hanya menggambarkan kehidupan seorang nelayan secara harfiah, tetapi juga dapat diartikan sebagai gambaran kehidupan manusia secara umum, di mana kita semua adalah nelayan yang sedang berlayar di lautan kehidupan, menghadapi tantangan dan akhirnya kembali ke tempat di mana kita menemukan ketenangan.

Aspar Paturusi
Puisi: Sang Nelayan
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.