Tanah Air Mata
tanah air mata
tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata.
1991
Sumber: Sajak-Sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air (1995)
Analisis Puisi:
Puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan duka dan penderitaan yang dialami oleh tanah air, serta perjuangan untuk menyembunyikan dan mengatasi rasa sakit yang mendalam.
Metafora Tanah dan Air Mata
Puisi ini menggunakan metafora yang kuat antara "tanah air mata" dan "mata air airmata kami". Tanah air tidak hanya dianggap sebagai tempat kelahiran atau kebanggaan, tetapi juga sebagai saksi dari penderitaan dan kesedihan yang dialami. Air mata di sini melambangkan rasa sakit dan kesengsaraan yang dirasakan oleh masyarakat.
Kontras antara Kemegahan dan Penderitaan
Puisi ini menggambarkan kontras antara kemegahan fisik seperti "etalase megah gedung-gedungmu" dengan perasaan dalam yang tersembunyi seperti "perih kami" dan "duka lara". Hal ini mencerminkan realitas bahwa meskipun ada kemajuan dan kemegahan di permukaan, namun penderitaan dan kesakitan tidak dapat sepenuhnya disembunyikan.
Kritik Sosial dan Realitas Kehidupan
Puisi ini juga mengandung unsur kritik sosial terhadap ketimpangan dan penderitaan yang mungkin terjadi di tengah kemajuan sebuah negara. Sutardji Calzoum Bachri menunjukkan bahwa meskipun ada harapan untuk menyembunyikan penderitaan, namun "perih tak bisa sembunyi" dan "merebak kemana-mana".
Keindahan dan Ketegasan Bahasa
Penyair menggunakan bahasa yang indah dan tegas untuk mengekspresikan pesan-pesannya. Penggunaan frasa seperti "bumi memang tak sebatas pandang" dan "udara luas menunggu" memberi kesan universalitas dan keabadian dari penderitaan yang dialami oleh masyarakat.
Pesan Keharusan Penerimaan dan Perubahan
Puisi ini menyerukan kepada pembaca untuk tidak mengabaikan atau menghindari penderitaan yang ada di sekitar mereka, melainkan untuk menerima dan berusaha memahaminya. Penerimaan terhadap kedalaman air mata di sini menjadi simbol untuk menghadapi realitas yang keras namun juga memberi harapan untuk perubahan yang lebih baik.
Dengan demikian, puisi "Tanah Air Mata" adalah sebuah puisi yang menggugah dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjuangan manusia dalam menghadapi penderitaan dan kehidupan. Puisi ini bukan hanya sekadar kritik sosial, tetapi juga sebuah pernyataan tentang kekuatan dan ketahanan manusia di dalam menghadapi tantangan hidup.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.