Aku Meragukanmu Tuhan!
Tuhan, aku meragukan keheningan yang kau ciptakan
Gerimis sore ini menenggelamkan cahaya bagaskara
Ada belalang kuning yang menerobos masuk dari pintu depan
Sedangkan aku hanya duduk melamun sembari menunggu kedatangan sang kirana
Tuhan, aku meragukan rayuan dan nasihat-nasihat darimu
Ajakan untuk membawa harapan agar menuai bersama
Sudah menjadi lakara yang tak pernah bersandar di dermaga tempatnya para tamu
Hanya sehelai harsa-lah yang tergenang dalam dermaga jiwa yang lemah
Tuhan, aku meragukan cinta yang kau titipkan padaku
Raut wajahnya mengetuk hati dan membawa pancaran nandikara
Lembut nada bicara meyakinkan pentingnya asmaraloka
Hingga tak berselang lama; luka dan keraguanlah yang menempati dermaga tempatnya para tamu
Tuhan, aku meragukan kesetiaan yang kau ciptakan
Sang kirana datang menerpa, disana ada setetes embun sederhana yang menawarkan aswara indah
Belalang kuning itu kembali menuju bianglala di tepian jalan
Sedangkan aku malah tertusuk duri dari buana keraguan yang baru saja menggelapkan jiwa dan nirwana
Sekali lagi, aku meragukanmu Tuhan!
2025
Analisis Puisi:
Tema utama dalam puisi ini adalah keraguan spiritual dan pergulatan batin seorang manusia terhadap Tuhan, cinta, dan harapan. Penyair mengangkat konflik batin seorang manusia yang merasa terus-menerus dikecewakan oleh realitas hidup, meski telah berupaya mempercayai ajaran dan janji-janji Tuhan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah kritik personal dan refleksi mendalam tentang keyakinan yang goyah akibat pengalaman pahit dalam hidup. Penyair seolah mempertanyakan, apakah janji-janji Tuhan tentang cinta, harapan, dan kesetiaan benar-benar nyata, atau sekadar ilusi yang disampaikan lewat kata-kata indah?
Puisi ini juga mencerminkan kekecewaan seorang manusia yang merasa dikhianati oleh harapan yang pernah ia genggam. Setiap hal yang diharapkan—cinta, kesetiaan, dan kebahagiaan—justru berujung luka dan kehampaan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang bergulat dengan keraguannya terhadap Tuhan. Ia meragukan segala hal yang datang dari-Nya: keheningan yang Tuhan ciptakan, nasihat-nasihat yang Dia sampaikan, cinta yang Dia titipkan, hingga kesetiaan yang seharusnya menjadi anugerah.
Penyair menggunakan sosok sang kirana (perempuan yang dicintai) sebagai simbol harapan cinta yang berakhir menyakitkan. Di balik keraguan kepada cinta, tersimpan keraguan yang lebih besar: keraguan kepada Tuhan yang dianggap sebagai sumber dari segala pemberian dan takdir.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini sangat murung, gelisah, dan penuh kekecewaan. Ada nuansa pasrah yang getir, seolah sang penyair tak lagi punya pegangan selain keraguannya sendiri. Di sisi lain, puisi ini juga menyiratkan kesedihan yang mendalam karena cinta yang diharapkan justru membawa luka.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa iman dan keyakinan bukanlah sesuatu yang statis dan pasti. Ada kalanya pengalaman hidup yang pahit membuat manusia mempertanyakan segalanya, termasuk Tuhan yang ia sembah.
Puisi ini juga mengajak kita merenungi bahwa cinta, harapan, dan kesetiaan adalah hal-hal rapuh yang tak selalu sejalan dengan doa-doa yang kita panjatkan. Namun, keraguan justru menunjukkan bahwa manusia sedang mencari makna yang lebih dalam tentang hidup dan keyakinannya.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang memperkuat suasana keraguan dan kekecewaan:
- Imaji penglihatan: gerimis, belalang kuning, cahaya bagaskara, bianglala.
- Imaji pendengaran: rayuan dan nasihat, lembut nada bicara.
- Imaji perasaan: tertusuk duri, luka yang menggelapkan jiwa.
Imaji-imaji tersebut menghidupkan konflik batin penyair secara visual dan emosional.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas untuk memperkuat makna dan suasana, di antaranya:
- Metafora: "dermaga tempatnya para tamu" sebagai simbol hati yang menampung harapan dan cinta.
- Personifikasi: "cahaya bagaskara" yang seolah tenggelam oleh gerimis.
- Hiperbola: "aku meragukanmu Tuhan!" diulang berkali-kali sebagai penegasan keraguan yang begitu besar.
- Simbolisme: belalang kuning yang muncul dan menghilang, melambangkan datang dan perginya harapan dan kebahagiaan.
- Ironi: Tuhan yang seharusnya jadi pegangan, justru menjadi sumber keraguan terbesar.
Puisi "Aku Meragukanmu Tuhan!" karya Kristian Ndori adalah refleksi mendalam tentang pergulatan iman yang nyata dalam diri manusia. Melalui bahasa puitis yang kaya simbol dan majas, penyair menyuarakan keresahan spiritual yang universal: bagaimana kita bisa terus percaya pada Tuhan di tengah hidup yang penuh luka dan kekecewaan?
Puisi ini menjadi cermin bagi siapa saja yang pernah merasa dikhianati oleh harapan, sekaligus mengingatkan bahwa keraguan adalah bagian dari perjalanan spiritual yang manusiawi.
Karya: Kristian Ndori
Biodata Kristian Ndori:
- Kristian Ndori lahir di Watuneso, sebuah kelurahan yang ada di Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende. Penulis merupakan mahasiswa aktif Sastra Inggris di Universitas Gajayana Malang. Ia sangat aktif menulis di berbagai portal media, di antaranya Mojok.co dan Semilir.co. Selain itu, penulis juga seorang penikmat buku. Ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Watuneso, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Wolowaru, Sekolah Menengah Atas Karitas Watuneso.