Bersatu Bukan Bersama
Dia dan aku
atau aku, dia dan kamu
sama saja.
Kita ini
sama punya mulut untuk bicara
suka sama enak sendiri
sama saja.
Beda antara aku dan dia
juga antara kamu dan dia
pada harkat rumus tertuang
dari zat dalam garis dan ruang.
Dia jadi garang
bila zat bara api banyak tertuang
kau jadi kaku
bila zat batu banyak padamu.
Sedangkan aku
adalah aku
taklah tahu
zat apa yang banyak padaku.
Mungkinkah aku, dia dan kamu
bisa teguh bersatu
atau aku, kamu dan dia
bisa kuat dalam bersama?
25 Juni 1949
Analisis Puisi:
Tema utama puisi ini adalah identitas diri dan kesadaran kolektif dalam kebersamaan. Puisi ini mengangkat persoalan tentang perbedaan karakter, sifat, dan latar belakang individu yang seringkali menghambat terwujudnya persatuan sejati. Navis ingin menekankan bahwa bersama secara fisik bukan berarti bersatu secara hati dan tujuan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap semu dan rapuhnya kebersamaan yang hanya tampak di permukaan. Penyair menyadarkan bahwa setiap individu memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda—ada yang garang, ada yang kaku, dan ada yang bahkan tidak tahu siapa dirinya.
Hal ini menjadi refleksi tentang sulitnya mewujudkan persatuan yang utuh jika masing-masing hanya memikirkan diri sendiri. Bersama secara fisik belum tentu berarti bersatu dalam visi dan semangat.
Puisi ini bercerita tentang kegelisahan seorang aku lirik terhadap relasi sosial antara dirinya, kamu, dan dia. Ketiganya memiliki mulut untuk bicara, sama-sama suka membela kepentingan sendiri, namun masing-masing juga memiliki sifat dan karakter yang bertolak belakang.
Ada yang garang seperti api, ada yang kaku seperti batu, dan ada yang bahkan tidak memahami dirinya sendiri. Aku lirik mempertanyakan, mungkinkah kita benar-benar bersatu dalam perbedaan itu, atau hanya sekadar tampak bersama di permukaan?
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa kritikal dan reflektif. Ada nada skeptis dan cemas tentang kemungkinan sejati dari persatuan yang hakiki. Penyair seakan menelanjangi realitas sosial yang penuh kepalsuan, di mana kebersamaan hanya sebatas fisik, tanpa kesadaran kolektif yang mendalam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan A.A. Navis dalam puisi ini adalah persatuan sejati tidak cukup hanya dengan berkumpul atau hidup bersama dalam satu tempat. Persatuan yang kokoh lahir dari kesadaran memahami perbedaan, saling menerima, dan menyelaraskan tujuan bersama.
Penyair juga menyampaikan pentingnya mengenali diri sendiri sebelum menuntut persatuan dengan orang lain, karena tanpa memahami diri, kita tidak akan mampu memahami orang lain.
Imaji
Beberapa imaji yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Imaji visual: "zat bara api", "zat batu", yang memunculkan gambaran fisik tentang sifat dan karakter manusia.
- Imaji gerak: "mulut untuk bicara", menggambarkan aktivitas komunikasi yang penuh perdebatan atau konflik.
- Imaji rasa: "suka sama enak sendiri", menghadirkan sensasi egois yang akrab dalam keseharian.
Majas
Majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: "zat bara api" untuk menggambarkan sifat keras dan meledak-ledak, serta "zat batu" untuk melukiskan sifat kaku dan sulit berubah.
- Paralelisme: pengulangan struktur "aku, dia dan kamu" yang menekankan bahwa semua sama-sama bermasalah dalam soal kebersamaan.
- Retorik: pertanyaan "mungkinkah aku, dia dan kamu bisa teguh bersatu?" yang sebenarnya adalah kritik tersembunyi.
- Antitesis: kontras antara "bersatu" dan "bersama", dua hal yang tampak serupa namun memiliki makna yang berbeda.
Puisi “Bersatu Bukan Bersama” karya A.A. Navis adalah sebuah refleksi tajam tentang kebersamaan palsu yang kerap terjadi dalam kehidupan sosial. Navis menyampaikan bahwa kebersamaan secara fisik tidak ada artinya jika hati dan pikiran tidak menyatu dalam tujuan yang sama.
Melalui bahasa yang lugas namun penuh makna filosofis, puisi ini mengingatkan bahwa persatuan sejati hanya bisa diraih jika kita mau memahami dan menerima diri sendiri, orang lain, serta merajut visi bersama di atas perbedaan yang ada.
Puisi: Bersatu Bukan Bersama
Karya: A.A. Navis
Biodata A.A. Navis:
- A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
- A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
- A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.
