Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Depan Bulan di Tepi Saguling (Karya Sutan Iwan Soekri Munaf)

Puisi "Di Depan Bulan di Tepi Saguling" bercerita tentang suasana di tepi Danau Saguling pada malam hari. Alam yang tenang menjadi saksi bisu bagi ...
Di Depan Bulan di Tepi Saguling

Angin bergerak ke daun-daun
mengarak musim bertahun-tahun

Di sini
air menangkap pantul kilat malam hari
sambut sepi yang jatuh ke dalam danau

Ke mari
rasakan kata-kata yang meluncur sendiri
menyibak riak hidup. Semua. Galau!

Embun turun basahi udara

Waktu. Titian tak pernah henti
bagi orang dalam perahu. Dalam topi lebarnya
menunggu. Siapa tahu dapat ikan besar?

Nasib. Semua orang boleh saja gusar
kalau permainan kayuh semakin tidak menentu lagi

Diam.
biarkan air dan angin berkaca di depan bulan
dan kita nikmati dari tepi Saguling

Bandung, 1988

Analisis Puisi:

Puisi "Di Depan Bulan di Tepi Saguling" mengangkat tema perenungan tentang kehidupan dan waktu. Melalui gambaran alam, penyair menggambarkan perjalanan hidup yang terus berjalan, penuh ketidakpastian, harapan, dan kekecewaan.

Makna Tersirat

Puisi ini secara tersirat mencerminkan bagaimana manusia menghadapi kehidupan yang tidak menentu. Ada refleksi tentang waktu yang terus berjalan ("titian tak pernah henti") dan harapan yang terkadang tak terwujud ("Siapa tahu dapat ikan besar?"). Kesabaran dan ketidakpastian menjadi bagian dari kehidupan, dan manusia sering kali hanya bisa menunggu sambil merenungkan nasibnya.

Puisi ini bercerita tentang suasana di tepi Danau Saguling pada malam hari. Alam yang tenang menjadi saksi bisu bagi seseorang yang sedang merenung tentang perjalanan hidup. Ia mengamati pergerakan angin, pantulan cahaya bulan di air, dan seseorang dalam perahu yang berharap mendapat ikan besar. Semua ini melambangkan perjalanan hidup manusia, di mana setiap orang memiliki harapan dan kecemasan akan masa depan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tenang, sepi, dan penuh perenungan. Ada ketenangan alam yang berpadu dengan kegalauan batin sang penyair dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian, dan manusia harus belajar untuk bersabar serta menerima kenyataan. Waktu akan terus berjalan, seperti air yang mengalir, dan kita hanya bisa menikmati perjalanan itu dengan penuh kesadaran.

Imaji

  • Imaji Visual: "air menangkap pantul kilat malam hari", "embun turun basahi udara", dan "biarkan air dan angin berkaca di depan bulan" menciptakan gambaran alam yang tenang namun penuh makna.
  • Imaji Auditori: "angin bergerak ke daun-daun" memberi kesan suara angin yang lembut menyapu dedaunan.
  • Imaji Kinestetik: "permainan kayuh semakin tidak menentu" memberikan sensasi gerakan perahu yang tidak stabil, mencerminkan ketidakpastian dalam hidup.

Majas

  • Majas Personifikasi: "air menangkap pantul kilat malam hari" memberikan sifat manusia pada air yang seolah-olah dapat menangkap cahaya.
  • Majas Metafora: "titian tak pernah henti" menggambarkan waktu yang terus berjalan tanpa henti.
  • Majas Simbolik: "Siapa tahu dapat ikan besar?" bisa dimaknai sebagai harapan manusia dalam hidup, seperti seseorang yang berharap keberuntungan datang.
Puisi "Di Depan Bulan di Tepi Saguling" adalah sebuah refleksi tentang kehidupan yang terus berjalan dalam ketidakpastian. Dengan latar alam yang tenang, penyair menggambarkan bagaimana manusia menghadapi nasib, harapan, dan waktu yang tak bisa dihentikan. Puisi ini mengajarkan kita untuk menerima kehidupan sebagaimana adanya, sambil tetap berusaha dan bersabar dalam perjalanan yang penuh misteri ini.

Puisi: Di Depan Bulan di Tepi Saguling
Puisi: Di Depan Bulan di Tepi Saguling
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf

Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
  • Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.
© Sepenuhnya. All rights reserved.