Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja (Karya Asep Setiawan)

Puisi "Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja" karya Asep Setiawan menggambarkan seseorang yang berada di Terminal Kampung Rambutan saat senja.
Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja

Selalu saja kita hanya sibuk menghitung
Jadwal-jadwal pemberangkatan yang menempel
Di dinding waktu ruang tunggu
Padahal senja telah turun
Menangkupkan langit jauh
Mengantar arah mata angin ke kota entah

Sering kita alpa, manisku
Pada isyarat lampu yang telah menyala
Pada guratan nasib dan garis takdir
Yang mestinya tak dapat diduga

Kita seperti tak pernah memahami
Hakikat sebuah perjalanan
Datang dan pergi
Berangkat dan berhenti!

Sumber: Yang Paling Manis Itu Kata (Bukupop, 2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja" karya Asep Setiawan mengangkat tema tentang perjalanan dan kehidupan. Penyair menggunakan suasana di terminal sebagai metafora dari perjalanan hidup manusia, yang penuh dengan kedatangan dan kepergian.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan refleksi mendalam tentang hidup yang terus berjalan. Kita sering terlalu sibuk dengan jadwal, rencana, dan tujuan, tetapi lupa untuk memahami esensi perjalanan itu sendiri. Ada kritik terhadap manusia yang sering mengabaikan tanda-tanda kehidupan ("isyarat lampu yang telah menyala", "guratan nasib dan garis takdir"), seolah kita hanya mengikuti alur tanpa benar-benar menyadari maknanya.

Puisi ini menggambarkan seseorang yang berada di Terminal Kampung Rambutan saat senja. Dalam suasana terminal yang penuh dengan jadwal keberangkatan, penyair merenungkan bagaimana manusia sering terjebak dalam kesibukan tanpa memahami arti dari perjalanan yang mereka jalani.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis dan reflektif. Terminal yang digambarkan bukan hanya tempat fisik, tetapi juga simbol perjalanan kehidupan. Senja yang turun memberikan nuansa kontemplatif, seolah mengingatkan akan batas waktu dan perubahan yang tak terelakkan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak hanya terjebak dalam rutinitas dan kesibukan hidup, tetapi juga memahami makna perjalanan itu sendiri. Hidup bukan sekadar tentang datang dan pergi, tetapi tentang bagaimana kita menjalani setiap momen dengan kesadaran.

Imaji

  • Imaji visual: "Jadwal-jadwal pemberangkatan yang menempel di dinding waktu ruang tunggu" memberikan gambaran nyata tentang suasana terminal.
  • Imaji perasaan: "Kita seperti tak pernah memahami hakikat sebuah perjalanan" menciptakan perasaan reflektif dan perenungan tentang arti hidup.

Majas

  • Metafora: Terminal digunakan sebagai metafora kehidupan, di mana manusia terus berangkat dan berhenti dalam perjalanan hidupnya.
  • Personifikasi: "Senja telah turun menangkupkan langit jauh" menggambarkan senja seolah memiliki kesadaran dan tindakan sendiri.
  • Repetisi: "Datang dan pergi, berangkat dan berhenti" menegaskan siklus perjalanan yang terus berulang.
Puisi "Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja" adalah sebuah renungan tentang perjalanan hidup yang diibaratkan seperti perjalanan di terminal. Penyair mengingatkan bahwa kita sering terjebak dalam rutinitas tanpa memahami makna perjalanan itu sendiri. Dengan suasana melankolis dan penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk lebih menyadari setiap langkah dalam hidup mereka.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Di Terminal Kampung Rambutan Suatu Senja
Karya: Asep Setiawan
© Sepenuhnya. All rights reserved.