Fragmen Kali Nila
Debur kali yang berlarian dari arah hulu
telah mengantar kedatanganmu
menerjang kesunyian di sepanjang jalan itu,
Dan putaran pedal yang kau upayakan sampai
hanyalah pesan-pesan sumbang pemutus rangkai
Di tanganku kembang-kembang tak berkepentingan
telah kuseret masuk dalam urusan perasaan,
Biar pesanku terlukis pada kelopak warna-warni itu
Biar kau mudah memahami apa yang tak berbunyi,
Biar kau mudah membaca apa yang tersembunyi
Tapi, di bawah senja itu kita menjadi sunyi,
Kembang pada mati dan kata-kata tak lagi banyak berarti,
Hanya pada matamu kubaca tanda tuk menepi
Dari segala fragmen puisi yang berapi-api
Bersama sorot mega yang menyiangi Kali Nila,
Kularung kepergianmu di atas debur yang menyala
Bandung, 16/03/2025
Analisis Puisi:
Puisi "Fragmen Kali Nila" Karya Adhitya Wanda Pratama mengangkat tema perpisahan dan kenangan yang tertinggal. Puisi ini menggambarkan pertemuan yang penuh harapan, namun pada akhirnya berujung pada keheningan dan perpisahan yang tak terhindarkan.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan bahwa tidak semua hal bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan terkadang, keheningan menjadi bahasa paling jujur dalam perpisahan. Kali Nila, sebagai latar dalam puisi, menjadi saksi bisu atas perasaan yang tidak tersampaikan dengan sempurna.
Selain itu, penggunaan kembang sebagai simbol menunjukkan usaha seseorang dalam mengungkapkan perasaan, tetapi pada akhirnya, perasaan itu tidak mendapat balasan yang diharapkan. Senja yang disebut dalam puisi juga menyiratkan akhir dari sesuatu, menggambarkan hubungan atau harapan yang perlahan meredup.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang ingin menyampaikan perasaan kepada orang lain, tetapi akhirnya hanya menemui kesunyian dan perpisahan. Kali Nila menjadi latar perjalanan emosional sang penyair, di mana ia membawa pesan-pesan lewat kembang, berharap perasaan yang ia miliki dapat dipahami. Namun, dalam pertemuan itu, kata-kata kehilangan makna, dan pada akhirnya hanya ada keheningan serta perpisahan yang tak terelakkan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis dan penuh perenungan. Ada rasa harapan yang perlahan memudar, berganti dengan kesadaran bahwa perpisahan adalah kenyataan yang harus diterima.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa tidak semua perasaan bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan tidak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Perpisahan kadang datang tanpa banyak kata, hanya tersirat dalam sorot mata dan suasana yang berubah.
Imaji
- Imaji visual: "Debur kali yang berlarian dari arah hulu" menghadirkan gambaran sungai yang mengalir deras, menciptakan suasana yang dinamis.
- Imaji auditori: "Pesan-pesan sumbang pemutus rangkai" memberikan kesan suara yang terputus-putus, menggambarkan komunikasi yang tidak tersampaikan dengan jelas.
- Imaji taktil: "Kembang pada mati dan kata-kata tak lagi banyak berarti" menggambarkan kehampaan dan keheningan yang menyelimuti perasaan tokoh dalam puisi.
Majas
- Metafora: "Di tanganku kembang-kembang tak berkepentingan" mengibaratkan bunga sebagai pesan atau perasaan yang ingin disampaikan.
- Personifikasi: "Debur kali yang berlarian dari arah hulu" memberi kesan bahwa sungai memiliki kehidupan sendiri, menggambarkan pergerakan dan perubahan waktu.
- Simbolisme: "Senja" melambangkan akhir atau perpisahan, memperkuat makna bahwa harapan yang sebelumnya ada kini mulai redup.
Puisi "Fragmen Kali Nila" karya Adhitya Wanda Pratama menggambarkan perjalanan emosional seseorang yang ingin menyampaikan perasaan, tetapi akhirnya harus menerima kenyataan bahwa tidak semua hal bisa diungkapkan atau diterima. Latar Kali Nila dan senja memperkuat nuansa perpisahan dan kehilangan, sementara kembang menjadi simbol harapan yang perlahan memudar. Dengan gaya bahasa yang melankolis dan penuh simbolisme, puisi ini menyampaikan pesan mendalam tentang keheningan yang lebih berbicara daripada kata-kata dalam momen perpisahan.
Karya: Adhitya Wanda Pratama