Analisis Puisi:
Puisi "Kucari Puing-Puing" karya Gunoto Saparie mengangkat tema pencarian sejarah dan identitas yang hilang. Penyair menggambarkan upayanya menelusuri jejak masa lalu, terutama peninggalan sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura dan tokoh-tokohnya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah keprihatinan terhadap sejarah yang terlupakan atau sulit ditemukan jejaknya. Penyair merasa kehilangan masa lalu yang terus menghilang ("sepotong ingatan raib selalu").
Selain itu, ada kesan bahwa warisan sejarah, baik berupa benda fisik maupun jejak tokoh-tokohnya, semakin sulit dilacak. Hal ini terlihat dari frasa "mengeja aksara kabur di kitab-kitab tua", yang mencerminkan usaha memahami sejarah dari sumber yang mulai pudar.
Puisi ini bercerita tentang pencarian jejak sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura. Penyair berusaha menemukan peninggalannya di berbagai tempat, seperti Masjid Raya, kitab-kitab tua, taman penulis, dan jalan-jalan sepi.
Penyair juga mencari jejak Raja Muda Muhammad Ali di sekitar pelabuhan Pekanbaru, tetapi yang tersisa hanya "lontar-lontar kelabu", yang bisa diartikan sebagai jejak sejarah yang samar atau hampir hilang.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, penuh keprihatinan, dan menggambarkan kelelahan dalam pencarian. Frasa seperti "wajah letih dan kusut masai", serta "terhempas di taman penulis dan jalan-jalan sepi", menunjukkan bahwa pencarian ini melelahkan, baik secara fisik maupun emosional.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas yang memperkuat makna, di antaranya:
- Metafora – "sepotong ingatan raib selalu", menggambarkan ingatan yang terus menghilang seperti sesuatu yang tidak bisa digenggam.
- Personifikasi – "mengeja aksara kabur di kitab-kitab tua", seolah-olah aksara memiliki sifat manusia yang bisa memudar atau kabur.
- Hiperbola – "kucari sampai menyuruk ke gelap malam", yang menggambarkan pencarian yang begitu mendalam hingga larut malam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa sejarah harus dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Penyair ingin mengingatkan bahwa jika sejarah tidak dicari dan dipelajari, maka jejaknya akan semakin samar dan sulit ditemukan oleh generasi berikutnya.
Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk mengenali dan menghargai warisan budaya serta sejarah yang ada, karena masa lalu adalah bagian penting dari identitas suatu bangsa.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, seperti:
- Imaji visual – "lentera-lentera kapal sayup-sayup sampai", yang menggambarkan suasana samar dan redup di laut.
- Imaji perasaan – "wajah letih dan kusut masai", yang mencerminkan kelelahan dalam mencari jejak sejarah.
- Imaji perabaan – "terhempas di taman penulis dan jalan-jalan sepi", yang menciptakan sensasi keterasingan dalam pencarian sejarah.
Puisi "Kucari Puing-Puing" karya Gunoto Saparie adalah sebuah refleksi tentang pencarian sejarah yang semakin memudar dan sulit ditemukan. Dengan suasana yang melankolis dan imaji yang kuat, puisi ini menyampaikan perasaan kehilangan dan kegelisahan atas jejak sejarah yang semakin hilang.
Melalui puisi ini, penyair mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap sejarah dan budaya agar warisan masa lalu tidak hanya menjadi "puing-puing" yang sulit dilacak.
Karya: Gunoto Saparie
BIODATA GUNOTO SAPARIE
Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.