Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Marina Quinta (Karya Em Vebiyanto)

Puisi "Marina Quinta" karya Em Vebiyanto menggambarkan perjalanan batin dan pengalaman manusia dalam menghadapi kehidupan, harapan, serta ...

Marina Quinta (1)


apa yang lebih berisik dari angin laut?
seorang gadis duduk tepat di hadapanku
di matanya rembulan 23
jatuh sempurna
sesempurna kepulan
asap tembakau di bibirnya
tak henti gemetar

apa yang lebih berisik dari angin laut?
tangis bayi laki-laki memekik
di sudut-sudut kapal. pecah
keheningan lautan
seorang ibu muda tampak gelisah
hatinya ingin marah
tapi bukan pada bayinya
ia hanya ingin marah

apa yang lebih berisik dari angin laut?
seorang pemuda menantang di haluan
ia menjerit sekuatnya
berharap suaranya membelah langit dan 

lautan
tapi suaranya hilang
di telan angin laut
yang beku
ia membiru,
seperti menyerah
menangis pasrah

apa yang lebih berisik dari angin laut?
setiap kepala di kursi penumpang
yang dingin. yang sunyi
yang tak beranjak walau badai
walau diterjang gelombang

Marina Quinta (2)


marina quinta
bawa aku ke tepian rindu
timang aku di dadamu
sebagaimana laut
berabad-abad menimangmu

marina quinta
bawa aku ke tepian rindu
puncak pengharapanku
pelabuhan terakhir
meminang takdir-Mu

Marina Quinta (3)


marina quinta,
angin membawaku ke utara
tapi dermaga tak pernah tampak ada
gelombang menggulung peta-peta lama
meninggalkanku di tengah samudra.

marina quinta,
telah kutempuh seribu lautan
mencari tepian yang mungkin tak ada
cakrawala berbisik,
tapi suaranya samar seperti doa
yang tak pernah sampai.

Kuharap kau adalah pulang,
tapi daratan menjauh perlahan,
semakin asing, semakin pudar,
seperti nama yang pernah kusimpan
sebelum ombak menghapuskannya.

marina quinta,
berapa lama lagi aku harus hanyut

sebelum sadar
bahwa beberapa kapal memang diciptakan
tanpa pelabuhan

2024

Analisis Puisi:

Puisi "Marina Quinta" karya Em Vebiyanto merupakan kumpulan puisi yang penuh dengan simbolisme dan nuansa melankolis. Puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing menggambarkan perjalanan batin dan pengalaman manusia dalam menghadapi kehidupan, harapan, serta ketidakpastian.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah perjalanan dan pencarian makna kehidupan. Ada juga nuansa kesedihan, keterasingan, dan kerinduan yang mendalam terhadap sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil untuk dicapai. Laut dan kapal menjadi metafora yang kuat dalam menggambarkan perjalanan manusia yang penuh dengan tantangan.

Makna Tersirat

Puisi ini menggambarkan perasaan manusia yang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Setiap bagian dari puisi memperlihatkan perjuangan, baik itu secara emosional maupun eksistensial. Beberapa makna tersirat yang bisa ditafsirkan dari puisi ini antara lain:
  • Ketidakpastian dalam hidup – Kehidupan sering kali membawa manusia pada perjalanan yang tidak jelas ujungnya, seperti seseorang yang berlayar tanpa mengetahui apakah ia akan menemukan dermaga.
  • Kerinduan yang mendalam – Ada unsur kerinduan terhadap sesuatu yang pernah dimiliki atau sesuatu yang sangat diharapkan tetapi tak kunjung tercapai.
  • Keberanian dan keputusasaan – Puisi ini juga mencerminkan konflik antara keberanian dalam menghadapi hidup dan perasaan menyerah saat dihadapkan pada kenyataan yang tidak sesuai harapan.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan seseorang di tengah lautan yang luas, baik secara fisik maupun metaforis. Di bagian pertama, digambarkan berbagai suara yang lebih "berisik" daripada angin laut, yang mencerminkan kegelisahan dan penderitaan manusia. Bagian kedua memperlihatkan harapan dan permohonan untuk menemukan tujuan atau tempat berlabuh. Sementara bagian ketiga menggambarkan kenyataan pahit bahwa tidak semua perjalanan memiliki tujuan yang pasti, dan beberapa orang mungkin harus terus berlayar tanpa menemukan pelabuhan.

Imaji

Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat, terutama yang berhubungan dengan laut, kapal, dan angin. Contohnya:
  • "Rembulan 23 jatuh sempurna" – Menghadirkan gambaran visual yang puitis dan mendalam.
  • "Angin membawaku ke utara, tapi dermaga tak pernah tampak ada" – Imaji perjalanan yang tidak pasti, menambah nuansa keputusasaan.
  • "Gelombang menggulung peta-peta lama" – Melambangkan hilangnya panduan atau arah dalam hidup.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – Laut, angin, dan kapal digunakan sebagai metafora perjalanan hidup dan ketidakpastian.
  • Personifikasi – "Cakrawala berbisik" dan "ombak menghapus nama" memberikan sifat manusiawi pada alam.
  • Hiperbola – "Telah kutempuh seribu lautan" menggambarkan perjalanan panjang dan melelahkan secara berlebihan untuk menekankan makna.
Puisi "Marina Quinta" adalah puisi yang menggugah perasaan dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna perjalanan hidup. Dengan simbolisme laut dan kapal, puisi ini menggambarkan pencarian, harapan, dan kesedihan yang mendalam. Em Vebiyanto berhasil menciptakan suasana melankolis yang memperkuat pesan tentang ketidakpastian dan takdir yang mungkin tak selalu bisa dikendalikan manusia.

Em Vebiyanto
Puisi: Marina Quinta
Karya: Em Vebiyanto

Biodata Em Vebiyanto:
  • Em Vebiyanto lahir pada tanggal 1 April 1996 di Kota Cimahi. Mulai menulis sejak mengenyam pendidikan menengah di Pondok Pesantren Baitul Arqom, Kabupaten Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.