Analisis Puisi:
Puisi "Penyair dan Graffiti" karya Frans Nadjira menggambarkan keresahan sosial melalui kata-kata yang tertulis di tembok, yang merepresentasikan ekspresi perlawanan dan kegelisahan zaman. Penyair dalam puisi ini menjadi saksi sekaligus bagian dari gejolak yang terjadi di sekitarnya.
Tema
Puisi ini bertemakan perlawanan dan keresahan sosial. Kata-kata yang tercetak di tembok mencerminkan ekspresi dari masyarakat yang ingin bersuara, melawan ketidakadilan, dan berjuang melalui seni.
Makna Tersirat
Puisi ini memiliki makna tersirat tentang kekuatan kata-kata dalam melawan ketidakadilan. Penyair tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga terlibat dalam pergolakan sosial yang diungkapkan melalui graffiti dan sajak. Kata-kata dalam puisi ini seolah-olah memiliki kekuatan untuk menggerakkan aksi dan membakar semangat perlawanan.
Puisi ini bercerita tentang seorang penyair yang menyaksikan gejolak sosial melalui kata-kata yang tertulis di tembok, yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan perlawanan. Kata-kata tersebut tidak hanya menjadi bentuk ekspresi, tetapi juga alat perjuangan. Penyair melihat bahwa perubahan harus dicatat dan diungkapkan, bukan hanya diamati.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini dipenuhi dengan ketegangan, keresahan, dan semangat perlawanan. Terdapat deskripsi tentang gemuruh, suara sirene, dan seruan untuk mengumpulkan batu, yang menciptakan kesan adanya pemberontakan atau aksi protes yang sedang terjadi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa seni, khususnya puisi dan graffiti, memiliki peran dalam menyuarakan keresahan sosial. Kata-kata tidak hanya berfungsi sebagai alat ekspresi, tetapi juga sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Penyair diingatkan untuk terlibat dalam realitas yang terjadi, bukan hanya menjadi pengamat pasif.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan auditif. Contohnya:
- Imaji visual: "kata-kata mengepalkan tinjunya", "serpihan jerit dan serapah menyala di angkasa" – menggambarkan kata-kata seolah memiliki wujud dan energi.
- Imaji auditif: "erang sirene di ujung jalan", "suara-suara ganjil berkeliaran di sudut jalan" – menciptakan suasana yang tegang dan penuh dengan kegelisahan.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas, di antaranya:
- Personifikasi: "kata-kata mengepalkan tinjunya" – kata-kata digambarkan seperti manusia yang bisa bertindak melawan.
- Metafora: "serpihan jerit dan serapah menyala di angkasa" – jerit dan serapah diibaratkan seperti percikan api atau letupan yang membara di udara.
- Hiperbola: "malam ini lebih bermakna daripada takut dan lapar" – menggambarkan pentingnya perlawanan yang melebihi rasa takut atau kelaparan.
Puisi "Penyair dan Graffiti" karya Frans Nadjira adalah gambaran tentang bagaimana kata-kata, baik dalam bentuk puisi maupun graffiti, menjadi alat perjuangan dalam menghadapi ketidakadilan sosial. Penyair dalam puisi ini tidak hanya menuliskan sajak, tetapi juga terlibat dalam keresahan yang terjadi. Melalui penggunaan imaji yang kuat dan majas yang memperkaya makna, puisi ini berhasil menghadirkan nuansa perlawanan dan semangat perubahan.
Karya: Frans Nadjira
Biodata Frans Nadjira
- Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.