Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Rumah (Karya Amien Wangsitalaja)

Puisi "Rumah" bercerita tentang seseorang yang melintasi gurun kehidupan penuh darah dan fitnah, mencari ketenangan di rumah cinta. Rumah yang ...
Rumah

Kurasakan hangat dadamu
hangat dada fatimah
karena kisahku menyerupai bocah
yang berlumuran darah
melintasi gurun
menyeberangi fitnah

O, sapukan nafasmu
segairah nafas ummil bathul
karena aku tak ingin tersungkur
seperti 'ali, sehabis sahur

Mari bersaksi
akulah syahid
engkau syahidah
tanpa ditikam belati
tanpa luka hati

Dan kita menjadi tuan dan puan
bagi sejarah
melahirkan bocah-bocah
tanpa racun
tanpa tombak tanpa pedang
tanpa segurat lelah.

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi "Rumah" adalah cinta dan perjuangan yang sarat nilai spiritual dan sejarah. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang rumah dalam arti fisik, melainkan rumah sebagai simbol perlindungan, cinta, serta tempat bertemunya sejarah, nilai-nilai agama, dan keteguhan hati.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan perjalanan hidup yang penuh luka dan fitnah, namun dijalani dengan keteguhan hati serta diselimuti cinta yang menguatkan. Rumah dalam puisi ini adalah metafora bagi cinta yang menjadi tempat kembali, tempat berteduh dari kerasnya dunia dan perjuangan hidup.

Ada juga makna religius yang tersirat, di mana penyair menyelipkan nama-nama seperti Fatimah, Ummil Bathul, dan Ali, yang mengacu pada figur-figur suci dalam tradisi Islam. Ini menunjukkan bahwa rumah ideal dalam puisi ini tidak hanya dibangun dengan cinta antarmanusia, tetapi juga cinta yang bersandar pada nilai-nilai ketuhanan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang melintasi gurun kehidupan penuh darah dan fitnah, mencari ketenangan di rumah cinta. Rumah yang dimaksud adalah tempat di mana kehangatan, kasih sayang, dan keteguhan iman menjadi fondasi.

Rumah bukan sekadar bangunan, melainkan ruang batin yang dipenuhi rasa syukur, pengorbanan, serta harapan melahirkan generasi baru yang bebas dari racun kebencian dan kekerasan.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah hangat, penuh cinta, tetapi juga menyimpan bayang-bayang sejarah kelam tentang perjuangan, fitnah, dan darah. Ada kontras antara kekerasan masa lalu dan cita-cita menciptakan rumah yang damai dan suci.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa rumah sejati tidak hanya dibangun dari batu dan semen, tetapi dari cinta, keikhlasan, dan keteguhan iman. Penyair mengajak pembaca untuk menjadikan rumah sebagai tempat suci yang melahirkan generasi penuh kasih, bebas dari dendam dan kebencian sejarah.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji, di antaranya:
  • “berlumuran darah melintasi gurun menyeberangi fitnah” menggambarkan perjalanan hidup yang berat dan penuh cobaan.
  • “sapukan nafasmu segairah nafas ummil bathul” menghadirkan imaji spiritual yang hangat dan penuh ketulusan.
  • “melahirkan bocah-bocah tanpa racun tanpa tombak tanpa pedang” menciptakan gambaran rumah yang damai, melahirkan keturunan tanpa warisan kebencian atau kekerasan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini meliputi:
  • Metafora: rumah sebagai simbol cinta, perlindungan, dan ruang spiritual.
  • Simbolisme: nama-nama seperti Fatimah, Ummil Bathul, dan Ali menjadi simbol kesucian, perjuangan, dan keteladanan.
  • Hiperbola: “melintasi gurun berlumuran darah” memperkuat dramatisasi perjalanan hidup yang penuh penderitaan.
  • Epitet: “syahid” dan “syahidah” digunakan untuk mempertegas kesucian perjuangan cinta yang mereka jalani.

Amien Wangsitalaja
Puisi: Rumah
Karya: Amien Wangsitalaja
© Sepenuhnya. All rights reserved.