Sumber: Jendela Jadikan Sajak (2003)
Analisis Puisi:
Puisi "Selamat Jalan I Gusti Nyoman Lempad" karya Frans Nadjira adalah sebuah penghormatan terhadap sosok I Gusti Nyoman Lempad, seorang seniman besar asal Bali yang dikenal dengan karya seni ukir dan lukisnya. Dengan bahasa yang penuh simbolisme dan imaji yang kuat, puisi ini memberikan kesan mendalam tentang perpisahan, penghormatan, dan keberlanjutan karya seni.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kematian dan penghormatan terhadap seorang seniman besar. Ada juga unsur keabadian dalam seni, di mana meskipun seorang seniman telah tiada, karyanya tetap hidup dan dikenang.
Makna Tersirat
Puisi ini menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi bagian dari perjalanan seorang seniman. Kata-kata "Selamat jalan, batu paras yang ditatah dengan kapak" menggambarkan bagaimana Lempad diibaratkan sebagai batu paras (batu yang sering digunakan dalam seni ukir Bali), yang telah dibentuk dengan usaha dan perjuangan keras sepanjang hidupnya.
Selain itu, gambaran "langit pun jatuh, melekat seperti kaki-kaki gurita" memberikan kesan kehilangan yang mendalam, seolah dunia pun merasakan duka atas kepergiannya. Namun, ada juga harapan dan penghormatan, sebagaimana tersirat dalam baris "Kubuatkan ayunan lengkung cahaya di kaki langit."
Puisi ini bercerita tentang perpisahan dengan seorang seniman besar yang telah memberikan warisan seni bagi dunia. Dalam puisi ini, penyair mengungkapkan perasaannya terhadap kepergian I Gusti Nyoman Lempad dengan menggunakan kata-kata yang penuh simbol dan perumpamaan.
Suasana dalam Puisi
Puisi ini memiliki suasana yang melankolis dan penuh penghormatan. Ada kesedihan yang mendalam karena kehilangan seorang seniman besar, tetapi juga ada ketenangan dalam menerima kepergiannya sebagai bagian dari perjalanan kehidupan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa seorang seniman tidak benar-benar mati, karena karyanya akan terus hidup dan dikenang. Selain itu, puisi ini mengajarkan tentang bagaimana seni adalah warisan abadi yang tetap akan berbicara meskipun penciptanya telah tiada.
Imaji
- Imaji visual → "Langit pun jatuh. Melekat seperti kaki-kaki gurita." memberikan gambaran tentang suasana duka yang mendalam.
- Imaji gerak → "Ia membelit, ia melilit." menggambarkan bagaimana suasana kehilangan yang kuat menyelimuti.
- Imaji suara → "Menjangan-menjangan berkumpul di sana, termangu." menciptakan kesan hening dan duka.
Majas
- Metafora → "Selamat jalan, batu paras yang ditatah dengan kapak." mengibaratkan sosok Lempad sebagai batu paras yang telah dibentuk oleh perjalanan hidupnya.
- Personifikasi → "Langit pun jatuh." memberikan kesan bahwa alam pun turut berduka atas kepergian sang seniman.
- Hiperbola → "Dukaku memeluk lengan-lengan menjangan yang bernyanyi perlahan." menggambarkan kesedihan yang mendalam.
Puisi "Selamat Jalan I Gusti Nyoman Lempad" karya Frans Nadjira adalah sebuah puisi penghormatan yang mendalam terhadap seorang seniman besar. Dengan penggunaan simbol dan metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan bagaimana seorang seniman tidak benar-benar mati, karena karyanya tetap hidup. Nuansa kehilangan, penghormatan, dan keabadian seni sangat terasa dalam puisi ini, menjadikannya sebuah karya yang indah dan penuh makna.
Karya: Frans Nadjira
Biodata Frans Nadjira
- Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.