Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tanda Zaman (Karya A.A. Navis)

Puisi "Tanda Zaman" karya A.A. Navis adalah kritik sosial yang tajam dan pedas terhadap kondisi moral masyarakat modern.
Tanda Zaman

Sejak manusia berkarib dengan setan
banyak duka berpulas suka
jujur dan tulus dikutuk edan
adab jadi lambang bencana.

Maka
anak jadi saingan ibu
pemimpin bergundik seribu
agamawan minum tuak
yang bicara yang dungu
yang arif diam membisu.

Kalau berbangkit para nabi ke bumi
Musa akan lemah kodratnya
Isa berteriak panggil ayah
Muhammad meradang marah-marah.

Aku dan kamu bagaimana?

1 Juni 1949

Analisis Puisi:

Tema utama puisi ini adalah kritik sosial terhadap kemunduran moral dan rusaknya tatanan kehidupan di era modern. A.A. Navis dengan tajam menyoroti bagaimana nilai-nilai luhur yang dulu dijunjung tinggi telah digantikan oleh perilaku buruk yang merajalela.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi "Tanda Zaman" adalah gambaran tentang kehancuran moral yang melanda masyarakat akibat manusia lebih memilih bersahabat dengan keburukan, hawa nafsu, dan godaan setan.

Nilai-nilai kejujuran, ketulusan, dan adab yang seharusnya menjadi pedoman hidup justru dipandang gila dan ditinggalkan. Sebaliknya, kemunafikan, kebobrokan pemimpin, hingga perilaku menyimpang malah menjadi hal yang lumrah.

Puisi ini juga menyiratkan kegelisahan eksistensial, mempertanyakan bagaimana manusia biasa seperti "aku dan kamu" harus bersikap di tengah zaman yang begitu rusak ini.

Puisi ini bercerita tentang potret kelam kondisi sosial dan moral di zaman modern. A.A. Navis melukiskan bagaimana manusia tidak lagi menjunjung nilai-nilai luhur, melainkan tenggelam dalam keserakahan, hawa nafsu, dan kebodohan.

Puisi ini juga membayangkan jika para nabi bangkit kembali ke dunia, mereka akan kaget, marah, bahkan kehilangan daya menghadapi kebusukan zaman. Ini menunjukkan betapa jauh manusia telah menyimpang dari ajaran kebaikan yang diwariskan oleh para nabi.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa muram, sinis, dan penuh keprihatinan mendalam. Ada kemarahan sekaligus keputusasaan, yang menyiratkan kekecewaan penyair terhadap kenyataan sosial yang dihadapinya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah peringatan keras agar manusia kembali pada nilai-nilai luhur dan moralitas yang benar.

A.A. Navis mengajak pembaca untuk merenungkan kembali arah hidup, menimbang apakah kita akan terus tenggelam dalam arus kebobrokan atau berani melawan zaman dengan mempertahankan nilai-nilai kebaikan.

Imaji

Puisi ini menghadirkan beberapa imaji kuat:
  • Imaji visual: "anak jadi saingan ibu", menciptakan gambaran konflik antar generasi akibat hilangnya rasa hormat dan kasih sayang.
  • Imaji visual: "pemimpin bergundik seribu", memperlihatkan potret penguasa yang rakus, serakah, dan tak bermoral.
  • Imaji gerak: "Isa berteriak panggil ayah", memperlihatkan kepanikan dan ketidakberdayaan bahkan pada sosok nabi di tengah kerusakan zaman.
  • Imaji rasa: "jujur dan tulus dikutuk edan", menghadirkan rasa getir dan ironi bahwa kebaikan justru dianggap kegilaan.

Majas

Puisi ini juga kaya akan majas, antara lain:
  • Metafora: "manusia berkarib dengan setan" adalah gambaran bagaimana manusia sudah akrab dengan keburukan dan dosa.
  • Hiperbola: "pemimpin bergundik seribu", memperkuat kesan betapa parahnya moral para pemimpin.
  • Paradoks: "jujur dan tulus dikutuk edan", menegaskan ironi bahwa kebenaran malah dianggap kegilaan.
  • Personifikasi: "adab jadi lambang bencana", memberi kesan bahwa nilai-nilai luhur tak lagi dihargai, malah dianggap pembawa masalah.
Puisi "Tanda Zaman" karya A.A. Navis adalah kritik sosial yang tajam dan pedas terhadap kondisi moral masyarakat modern. Melalui simbol-simbol sosial, agama, dan sejarah, A.A. Navis mengajak pembaca untuk merenungkan kembali, apakah kita ingin menjadi bagian dari kerusakan ini, atau berani melawan arus demi menjaga nilai-nilai luhur yang hampir punah.

Puisi ini tidak hanya bernada pesimistis, tetapi juga menyentil kesadaran moral, bahwa masa depan ditentukan oleh keberanian manusia untuk berpihak pada kebenaran, meski harus melawan arus zaman.

A.A. Navis
Puisi: Tanda Zaman
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.