Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Yang (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Yang" karya Joko Pinurbo bercerita tentang perjalanan hidup penyair yang selalu ditemani kata "yang". Kata tersebut muncul dalam pesan-pesan ..
Yang

Perjalanan nasib saya tak dapat dilepaskan
dari pesan-pesan indah yang dinaungi kata yang.

Pesan ibu: Yang kauperlukan hanya tidur
yang cukup, pikiran yang jernih, dan hati yang pasrah.
Pesan hujan: Yang tumpah akan menjadi berkah.
Pesan jalan: Yang jauh akan tertempuh
asal kau sabar mengikutiku selangkah demi selangkah.

Dalam untung dan malang saya selalu teringat
pada kelembutan kata yang. Dan setiap memandang
kata yang, saya merindukan seorang ibu
yang sabar menuai hujan sepanjang jalan.

Berjalan bersama yang kadang memang
terasa lamban dan membosankan, lebih-lebih
jika hidupmu selalu diburu-buru oleh tujuan.
Kau dapat saja mengatakan, "Yang kauperlukan
hanya tidur cukup, pikiran jernih, dan hati pasrah."

Kali lain, tanpa yang, perjalananmu terasa
garing dan tergesa. Karena itu, kau lebih suka bilang
"Aku berlindung pada matamu yang polos dan bibirmu
yang lugu dari godaan rindu yang menggebu"
ketimbang "Aku berlindung pada mata polos
dan bibir lugumu dari godaan rindu menggebu".

Berjalanlah. Jika hatimu macet parah dan endasmu
mau pecah, berserahlah pada kelembutan kata yang.

Pesan ranjang: Yang dedel-duel dalam perjalanan
akan disembuhkan oleh tidur yang cantik dan ramah.

2016

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Yang" karya Joko Pinurbo mengangkat tema tentang perjalanan hidup dan refleksi makna melalui bahasa, khususnya kata "yang". Kata sederhana ini, yang kerap dianggap remeh, justru diangkat sebagai pusat makna dan filosofi dalam puisi ini. Puisi ini juga berbicara tentang kebijaksanaan hidup yang diwariskan lewat kata-kata sederhana.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa hidup sesungguhnya tersusun dari hal-hal sederhana yang sering kita anggap biasa—termasuk kata-kata kecil seperti "yang". Dalam setiap nasihat, pesan, dan doa yang kita terima, selalu ada kesabaran, kelembutan, dan makna mendalam yang terselip.

Kata "yang" dalam puisi ini bukan sekadar kata sambung, melainkan simbol dari penghubung antara pengalaman, nasihat orang tua, alam, perjalanan, hingga cinta. Melalui "yang", penyair ingin menyampaikan bahwa hidup tidak perlu tergesa-gesa; ada keindahan dalam berjalan perlahan, menikmati proses, dan berserah diri pada kebijaksanaan sederhana yang sering kita abaikan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan hidup penyair yang selalu ditemani kata "yang". Kata tersebut muncul dalam pesan-pesan ibunya, suara hujan, hingga renungan di jalan. Kata "yang" juga mengandung kelembutan dan kebijaksanaan, yang mengingatkan manusia agar tidak tergesa-gesa mengejar tujuan, melainkan menikmati tiap langkah, menemukan makna di antara hal-hal kecil.

Kata "yang" menjadi penjaga spiritual dan emosional, yang membuat perjalanan hidup terasa lebih manusiawi, penuh rasa syukur, dan dekat dengan kelembutan cinta ibu, hujan, jalan, bahkan ranjang.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hangat, reflektif, dan kontemplatif. Ada sentuhan nostalgia, kedamaian, serta kehangatan ibu yang sederhana tapi menenangkan. Di sisi lain, puisi ini juga menyisipkan ironi kehidupan modern yang serba tergesa-gesa, yang justru membuat manusia kehilangan makna dan ketenangan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat dari puisi ini adalah bahwa hidup tidak perlu selalu tergesa-gesa mengejar tujuan besar. Kadang, kebahagiaan dan makna justru tersembunyi di balik hal-hal kecil yang sering kita abaikan—seperti kata "yang".

Kelembutan dalam bahasa mencerminkan kelembutan cara kita menjalani hidup, yaitu dengan tidur cukup, pikiran jernih, hati yang pasrah, dan kesediaan menikmati perjalanan selangkah demi selangkah.

Imaji

Joko Pinurbo menghadirkan beberapa imaji yang kuat dan membekas dalam puisi ini:
  • Pesan ibu yang penuh kelembutan — menciptakan imaji tentang rumah dan kasih sayang.
  • Hujan yang tumpah menjadi berkah — imaji tentang kesederhanaan yang penuh makna.
  • Jalan panjang yang ditempuh selangkah demi selangkah — imaji perjalanan hidup yang reflektif.
  • Ranjang yang menyembuhkan kelelahan — menghadirkan imaji kenyamanan fisik dan batin setelah perjalanan panjang.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Hujan memberi pesan, jalan berbicara tentang kesabaran.
  • Metafora: Ranjang sebagai simbol tempat kembali, refleksi, dan penyembuhan.
  • Repetisi: Kata “yang” yang diulang-ulang sebagai benang merah makna.
  • Simbolisme: Kata "yang" melambangkan jembatan makna antara bahasa dan kehidupan.
Puisi "Yang" adalah contoh cerdas bagaimana Joko Pinurbo memainkan kelucuan sekaligus kedalaman makna dalam satu puisi sederhana. Lewat kata yang sering dianggap remeh, ia menunjukkan bahwa hidup yang indah justru bersembunyi di balik hal-hal kecil yang kita abaikan. Inilah puisi yang mengingatkan kita untuk melambat, merenung, dan menemukan makna dalam setiap detik perjalanan.

"Puisi: Yang (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Yang
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.