Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Yang Mati Hidup Kembali (Karya D.N. Aidit)

Puisi "Yang Mati Hidup Kembali" bercerita tentang duka mendalam akibat pembunuhan Patrice Lumumba, seorang pemimpin anti-kolonialisme yang dihormati.

Yang Mati Hidup Kembali


Lama nian aku tak menangis.
tidak karena mata sudah
mengering
atau hati membeku dingin,
tapi kali ini dengan tak sadar
hati kepala penuh tak tertahan
butir-butir air mata membasahi
koran pagi
orang hitam berhati putih itu
dibunuh si putih berhati hitam!

Tapi bukankah pembunuh
terbunuh?
Lumumba sendiri hidup selamalamanya
Lumumba mati hidup abadi!
Kini dunia tidak untuk si putih
yang hitam
tapi untuk semua
putih, kuning, sawomatang, hitam...
Kini udara penuh Lumumba
karena Lumumba berarti merdeka.

14-2-1961

Sumber: Gugur Merah (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Yang Mati Hidup Kembali" mengangkat tema perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan. Dalam puisi ini, D.N. Aidit menyoroti kematian Patrice Lumumba, seorang pemimpin kemerdekaan Kongo, yang dibunuh oleh kepentingan kolonialisme dan imperialisme. Namun, puisi ini juga menegaskan bahwa meskipun tokoh revolusioner mati, gagasan dan semangat perjuangannya tetap hidup.

Makna Tersirat

Puisi ini secara tersirat menyampaikan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak berakhir dengan kematian seorang pemimpin. Sebaliknya, semangat perjuangan akan terus menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Kematian Lumumba bukanlah akhir, tetapi menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan rasial dan penjajahan.

Puisi ini bercerita tentang duka mendalam akibat pembunuhan Patrice Lumumba, seorang pemimpin anti-kolonialisme yang dihormati. Pembunuhnya digambarkan sebagai "si putih berhati hitam", yang mencerminkan penjajah dan imperialisme yang menindas. Namun, kematian Lumumba justru menyalakan kembali semangat perjuangan, sehingga ia dianggap "hidup abadi" dalam hati rakyat yang terus memperjuangkan kemerdekaan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini diawali dengan kesedihan yang mendalam, seperti yang tergambar dari baris "lama nian aku tak menangis". Namun, seiring berjalannya puisi, suasana berubah menjadi penuh semangat dan optimisme bahwa perjuangan belum berakhir.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa seorang pejuang sejati tidak benar-benar mati. Meskipun secara fisik telah tiada, gagasan dan semangat perjuangannya akan terus hidup dalam jiwa rakyat yang tertindas. Selain itu, puisi ini juga mengajarkan tentang pentingnya persatuan semua ras dalam melawan ketidakadilan, sebagaimana digambarkan dalam baris "Kini dunia tidak untuk si putih yang hitam, tapi untuk semua...".

Imaji

  • Imaji Visual: "butir-butir air mata membasahi koran pagi" menciptakan gambaran nyata tentang kesedihan yang mendalam saat membaca berita kematian Lumumba.
  • Imaji Gerak: "udara penuh Lumumba" mencerminkan bahwa semangat perjuangan Lumumba menyebar ke seluruh dunia, menginspirasi banyak orang.

Majas

  • Majas Metafora: "orang hitam berhati putih" dan "si putih berhati hitam" menggambarkan kontradiksi antara warna kulit dan sifat manusia. Hitam di sini tidak berarti kejahatan, melainkan ketulusan, sedangkan putih melambangkan penindas yang berhati jahat.
  • Majas Repetisi: Kata "Lumumba" diulang beberapa kali untuk menegaskan bahwa ia tetap hidup dalam perjuangan rakyat.
  • Majas Personifikasi: "Kini udara penuh Lumumba" menggambarkan bahwa nama dan perjuangan Lumumba tetap ada dan tidak bisa dihilangkan.
Puisi "Yang Mati Hidup Kembali" adalah penghormatan terhadap Patrice Lumumba sekaligus seruan bahwa perjuangan kemerdekaan dan keadilan tidak akan padam meskipun tokoh revolusioner gugur. Dengan bahasa yang penuh simbolisme dan semangat perlawanan, puisi ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa keadilan akan terus diperjuangkan oleh mereka yang masih hidup.

D.N. Aidit
Puisi: Yang Mati Hidup Kembali
Karya: D.N. Aidit

Biodata D.N. Aidit / Dipa Nusantara Aidit:
  • D.N. Aidit (nama lahir Achmad Aidit) lahir pada tanggal 30 Juli 1923 di Tanjungpandan, Belitung, Hindia Belanda. 
  • D.N. Aidit meninggal dunia pada tanggal 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.