Cewek Parangtritis
"Mari, Mazzz! Silakan singgah. Mangga, lho, Mazzz!"
Cewek cantik berdiri kemayu di muka pintu kamarnya
Matanya nakal menawarkan cinta spontan kelas gombal
Busananya seronok, menjajakan sexualita pincuk-an
Badannya menggairahkan pesona, nikmat bergula dusta
Sang Yogawan tersenyum. Berdiri kaku sejurus tertegun
"Ini ada cewek lapar-haus butuhkan sesuatu!" pikirnya
Padahal dia memiliki segala-galanya lebih dari cukup
Tapi dia menolak mesum. Maka singgah sajalah sejurus
Traktir makan-minum. Memberi honor. Menolak ngamar
Rindu apa? Sang cewek rindukan nikmat serba sesaat
Butuh apa? Cewek itu perlu uang untuk hidup pantas
Nikmat sexualita? Bukan tujuan, sudah lama hambar
Sex dan obrolan hanyalah alat memperoleh nafkah
Sang Yogawan ketawa. "Kini kau telah kuberi uang
Minta apalagi, coba?" Sang cewek pun tunduk risau
Merah pipinya menyemburatkan malu, fitrahnya dahulu
Sex atau kemesuman bukanlah nalurinya yang terkudus
Sex bukanlah terpenting. Cewek itu butuh sesuatu lain
Dia punya malu. Punya sesal. Rindu alamiah tanpa nakal
Sang Yogawan mengerti, tiap pribadi punya bakat baik
Manusia terlahir dengan fitrah dan nurani yang suci
Hanya hidup, proses dan lingkungan memberinya kotor
Hidup memberat. Nasib menonjok-nonjok. Nafkah nihil
Kebutuhan melangit. Zaman penuh beban, nafsu seronok
Namun sesekali muncul saat terbaik, enak, serba cocok
Naluri kebaikan muncul. Datang fitrah dan budi luhur
Ada kesadaran manusiawi memancarkan cinta-kasih tulus
Cewek itu pun merindu pengertian dan belaian sayang
Memeluk satu lelaki dengan sexualita suci bukan dagang
Sang Yogawan berlalu, tiada terhanyut kasus mesum
Sang cewek merenung. Tertunduk malu. Dielus rindu
Dia tercebur di jagad mesum, demi nafkah hidup
Dia kumuh dituntut butuh. Betapa dia ingin lelaki itu
Kemunculan Sang Yogawan mustahil dilupakan seumur hidup
Paranggendhog, 1980-1988
Sumber: Salam Penyair (2002)
Analisis Puisi:
Puisi "Cewek Parangtritis" karya Ragil Suwarna Pragolapati menggambarkan konflik batin yang terjadi pada seorang perempuan yang terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan tuntutan dan keserakahan duniawi. Dengan latar belakang kehidupan yang keras dan penuh godaan, puisi ini menceritakan tentang sebuah pencarian akan kebenaran, kemanusiaan, dan pengertian di tengah dunia yang sering kali terperangkap oleh nafsu dan kebutuhan materi.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah perjuangan melawan godaan duniawi dan pencarian akan kemanusiaan sejati. Puisi ini menggambarkan seorang perempuan yang terjebak dalam kehidupan yang mengutamakan keuntungan sesaat, terutama dalam hal seksualitas dan materi. Namun, dalam proses ini, ia mulai menyadari bahwa yang lebih penting adalah kasih sayang, pengertian, dan kesucian hati, yang digambarkan melalui karakter Sang Yogawan. Di sisi lain, puisi ini juga mengeksplorasi tema kemiskinan, penindasan sosial, dan kenyataan pahit hidup yang mengarah pada konflik batin antara apa yang seharusnya dan apa yang dipaksakan oleh kondisi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini mengungkapkan bahwa perempuan dalam puisi tersebut, meskipun terjebak dalam dunia yang penuh dengan godaan materi dan seksual, sebenarnya memiliki fitrah yang lebih murni. Dalam dunia yang penuh dengan tuntutan dan nafsu, perempuan itu ingin mencari kedamaian dan kasih sayang yang tulus, yang lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan fisik. Puisi ini juga menunjukkan konflik batin antara apa yang dia butuhkan untuk bertahan hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih luhur.
Salah satu bagian yang menggambarkan makna tersirat ini adalah ketika sang cewek “tunduk risau” setelah mendapat bantuan uang dari Sang Yogawan. Meskipun uang tersebut sangat dibutuhkannya, dia tetap merasa ada kekosongan yang lebih dalam dalam hidupnya—yaitu keinginan akan kasih sayang yang lebih murni dan pemenuhan batin.
Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang terjebak dalam dunia materi dan seksualitas, berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya melalui jalan yang tidak murni, namun pada saat yang sama, ia merindukan kasih sayang yang tulus dan kesucian dalam hubungan. Interaksi antara perempuan ini dengan Sang Yogawan menjadi inti dari cerita, di mana Sang Yogawan menyadari bahwa meskipun perempuan itu tampak terjebak dalam nafsu dan dunia material, ia sebenarnya ingin lebih dari itu—yaitu sebuah hubungan yang lebih manusiawi dan penuh pengertian.
Puisi ini juga menggambarkan konflik batin antara kebutuhan materi dan spiritualitas, di mana sang cewek, meskipun terhanyut dalam dunia yang serba sesaat, tetap merindukan sesuatu yang lebih mendalam, yaitu kasih sayang yang tulus dan pemahaman yang mendalam dari orang lain.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis dan penuh perenungan, dengan adanya gambaran keraguan dan kesedihan. Sang cewek yang berusaha bertahan hidup di dunia yang keras ini tetap merasa kesepian dan tersesat, meskipun ia hidup dalam dunia yang seolah penuh dengan kenikmatan duniawi. Namun, ada juga rasa harapan dan penyesalan yang muncul, terutama ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan lebih dari sekadar nafkah fisik—yakni cinta yang lebih tulus dan pengertian dari seorang lelaki.
Imaji
Puisi ini menciptakan imaji yang kuat melalui kata-kata dan gambaran visual yang mendalam:
- “Cewek cantik berdiri kemayu di muka pintu kamarnya” menggambarkan seorang perempuan yang menggunakan daya tarik fisiknya untuk menarik perhatian, meskipun ia sebenarnya membutuhkan lebih dari itu.
- “Badannya menggairahkan pesona, nikmat bergula dusta” menunjukkan bagaimana sensualitas perempuan ini hanya menjadi alat untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan, meskipun pada akhirnya ia merasa kosong dan tidak puas.
- “Dia kumuh dituntut butuh” menggambarkan betapa kerasnya kehidupan yang dijalani oleh sang cewek, yang terus-menerus dipaksa memenuhi tuntutan hidup, meskipun ia sebenarnya ingin lebih dari sekadar pemenuhan fisik.
Majas
Puisi ini kaya dengan penggunaan majas yang memberikan kedalaman dan makna lebih dalam:
- Metafora: "Nikmat sexualita pincuk-an" adalah metafora untuk menggambarkan bagaimana seksualitas dijadikan alat untuk mendapatkan keuntungan materi.
- Personifikasi: “Sang cewek tunduk risau” memberikan gambaran tentang perasaan sang cewek yang merasa malu dan bersalah meskipun ia membutuhkan uang.
- Simbolisme: Sang Yogawan bisa dilihat sebagai simbol dari nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan yang lebih tinggi, yang mengerti dan memaafkan kelemahan manusia.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang disampaikan puisi ini adalah pentingnya memahami bahwa manusia, meskipun terjebak dalam keadaan yang sulit dan penuh godaan, tetap memiliki fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan yang harus dijaga. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran kasih sayang, pengertian, dan spiritualitas dalam kehidupan kita, terutama di tengah tantangan hidup yang sering kali membuat kita terjebak dalam dunia material dan sensual.
Melalui puisi "Cewek Parangtritis", Ragil Suwarna Pragolapati berhasil menggambarkan perjuangan batin seorang perempuan yang terjebak dalam dunia yang serba materialistik, tetapi tetap memiliki kerinduan akan kasih sayang yang tulus dan kemanusiaan yang sejati. Puisi ini mendorong pembaca untuk merenung tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup—apakah itu pemenuhan fisik ataukah pemenuhan batin yang lebih mendalam.
Karya: Ragil Suwarna Pragolapati
Biodata Ragil Suwarna Pragolapati:
- Ragil Suwarna Pragolapati lahir di Pati, pada tanggal 22 Januari 1948.
- Ragil Suwarna Pragolapati dinyatakan menghilang di Parangtritis, Yogyakarta, pada tanggal 15 Oktober 1990.
- Ragil Suwarna Pragolapati menghilang saat pergi bersemadi ke Gunung Semar. Dalam perjalanan pulang dari kaki Gunung Semar menuju Gua Langse (beliau berjalan di belakang murid-muridnya) tiba-tiba menghilang. Awalnya murid-muridnya menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa karena orang sakti lumrah bisa menghilang. Namun, setelah tiga hari tiga malam tidak kunjung pulang dan dicari ke mana-mana tidak diketemukan. Tidak jelas keberadaannya sampai sekarang, apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal.
- Dikutip dari Leksikon Susastra Indonesia (2000), pada masa awal Orde Baru, Ragil Suwarna Pragolapati pernah ditahan tanpa proses pengadilan karena melakukan demonstrasi.
- Ragil Suwarna Pragolapati sering terlibat dalam aksi protes. Berikut beberapa aksi yang pernah diikuti: Menggugat Mashuri, S.H., Menteri PK, 1968. Memprotes Pemda Yogya, kasus Judi, 1968. Menggugat manipulasi dan korupsi, 1970-1971. Aksi memprotes Golkarisasi, 1970-1972. Memprotes Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 1971-1972. Aksi menggugat SPP, 1971-1972. Aksi menolak televisi warna, 1971-1973. Aksi menolak komoditas Jepang, 1971-1974. Protes breidel pers 1977-1978.
