Puisi: Internasionale (Karya Goenawan Mohamad)

Internasionale
Di sebuah perpustakaan di sebuah penderitaan seorang-orang tua resah tersandar ke kaca meja. Ia tak bermahkota dan aku tak mengenalnya, tapi ku beri ia tabik dan kami pun ke jalan-jalan raya.
Lihatlah, Karl, kemerdekaan ini diperjuangkan dengan empat lobang kantong yang pipih kosong dan seorang anak yang menggantung mati kelaparan.
Hari itu kita masih ingat: tulisan cakar-ayam di sebuah buku lusuh yang ditinggalkan orang:
Bersatulah buruh dunia, bersatulah! Kita yang dimiskinkan...
Kita melihat jam besar di dinding pabrik itu gemetar dan buruh-buruh yang pucat penyap tersandar. Kemarin tidak pernah kita rancangkan kehidupan tapi hari ini adalah lain: Dunia telah terlepas dari hambatan yang abadi, terasing dari hukum hari tadi. Daulat telah diserahkan kepada kehidupan dan bumi adalah takhta maha baik yang dimenangkan.
Banyak lagi yang akan dikerjakan setelah sepanjang jalan orang bertempur tanpa pembunuhan Biarlah pasukan ini tersaruk-saruk, dalam lumpur dan menembak. Di sana tak ada Musuh dan Dendam. Tinggal penyaliban. Sebab kita tak akan bikin pahlawan-pahlawan dan prajurit timah dalam impian. Sebab jumlah kita banyak dan kapan saja manusia bangkit tiap hari.
Hari ini terkabar seorang raja turun dari takhta menyebrangi selat, dan memacu kudanya ke angkasa. Hari ini baginya tidak ada lagi remah roti: tinggal perdamaian ditawarkan dari langit ke atas tanah, bumi yang berdandan
Rakyat pun kini bersembahyang di dalam hari sebelum Tuhan kita arcakan. Dan daun-daun alam yang runtuh ke ubun-ubunnya memahkotainya dalam Cinta.
Esok hari mungkin salah seorang dari kita berkhianat dan merancangkan Kiamat lagi. Nanti malam ia akan merangkak ke jendela, membunuh kita. Tapi kita masih punya anak-anak, beribu generasi: hakim-hakim kita yang akan melemparkan kita dalam peti museum Tidak apa. Karena mereka adalah setia, sedang kita tak lagi setia dan tak lagi bisa rindu.
Di dalam mausoleumnya Stalin pun rindu dan menggaritkan kakinya menulis sajak. Di luar kaca ia melihat bumi, bumi yang bersalju: sepi, sepi ... tak beranjak.
Tapi adakah ia mengerti bahwa ia telah terlambat semalam tadi sebab di pagi itu serombongan anak-anak muda datang mengangkat tubuhnya, dari sini: dan sajak di hatinya tak pernah diselesaikan seperti Fir'aun di tengah Laut Merah tak juga selesai: Ilahi, Ilahi, Ilahi ...
Maka marilah bicara dari kesunyian dan kelaparan karena keduanyalah senantiasa milik kita. Sebelum terlambat.
Seperti di pagi ini ketika seseorang membacakan sajak-sajak bagi anak-anak muda di dunia, karena mereka adalah setia, wakil sunyi dan lapar semesta kita.
Demikianlah dahulu ketika aku bertemu dengan seseorang-orang tua yang resah tersandar ke kaca meja, yang tak bermahkota tapi kuberi tabik sebagai sahabatnya.
1964

Analisis Puisi:

Puisi "Internasionale" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah pengamatan tajam tentang kondisi sosial-politik yang penuh dengan penderitaan dan kegelisahan, namun juga dipenuhi dengan harapan akan perubahan yang mendatang. Dalam puisi ini, Goenawan Mohamad menggambarkan gambaran yang kompleks tentang perjuangan kemanusiaan dan keadilan, serta menyoroti konflik dan ketidakpastian yang ada dalam masyarakat.

Tema Utama

Perjuangan Kemanusiaan: Puisi ini menyoroti perjuangan kemanusiaan yang dialami oleh individu-individu yang terpinggirkan dan tertindas dalam masyarakat. Melalui gambaran orang-orang tua yang resah dan anak-anak muda yang lapar, penyair menyampaikan pesan tentang kebutuhan akan solidaritas dan dukungan antar sesama dalam menghadapi penderitaan.
Harapan dan Ketidakpastian: Meskipun penuh dengan gambaran penderitaan dan kegelisahan, puisi ini juga mencerminkan harapan akan perubahan yang lebih baik di masa depan. Ada sentimen optimisme tentang kemungkinan transformasi sosial yang akan membawa perdamaian dan keadilan bagi semua.
Kritik Sosial: Goenawan Mohamad melalui puisinya juga mengkritik ketidakadilan sosial dan politik yang ada dalam masyarakat, terutama dalam hal eksploitasi buruh dan ketidaksetaraan yang meluas. Puisi ini membangkitkan kesadaran akan perlunya perubahan sistemik untuk menciptakan dunia yang lebih adil bagi semua.

Gaya Bahasa

Imajinatif dan Deskriptif: Penyair menggunakan bahasa yang imajinatif dan deskriptif untuk menggambarkan kondisi sosial-politik yang kompleks. Gambaran orang-orang tua yang resah dan anak-anak muda yang lapar memberikan citra yang kuat tentang penderitaan yang dialami oleh berbagai lapisan masyarakat.
Simbolisme: Simbolisme digunakan secara luas dalam puisi ini untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam. Misalnya, jam besar yang gemetar dan buruh-buruh yang pucat menjadi simbol dari ketidakpastian dan penderitaan yang melanda masyarakat.

Puisi "Internasionale" adalah sebuah puisi yang menggugah kesadaran akan penderitaan dan ketidakadilan yang ada dalam masyarakat, namun juga memancarkan harapan akan perubahan yang lebih baik di masa depan. Goenawan Mohamad dengan liriknya yang kuat dan imajinatif mengajak pembaca untuk merenungkan perjuangan kemanusiaan yang tak pernah berakhir, serta pentingnya solidaritas dan dukungan antar sesama dalam menghadapi tantangan sosial-politik yang ada. Puisi ini memberikan gambaran yang mendalam tentang kompleksitas kondisi manusia dan menantang pembaca untuk bertindak demi menciptakan dunia yang lebih adil dan harmonis bagi semua.

Puisi: Internasionale

Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:

Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.