Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kita Lupa (Karya Damiri Mahmud)

Puisi "Kita Lupa" karya Damiri Mahmud bercerita tentang sebuah perjalanan hidup yang diwarnai dengan datangnya dan perginya sesuatu yang indah.
Kita Lupa

burung-burung menembang
berkembangan
dalam cuaca mimpi kita
bulunya yang cantik
menggelitik
adakah engkau di sana

sekali ia singgah
dan membuat rumah
dari lelah benua
bersarang di telaga
kita lupa

curucuitnya yang sepi
di sini
tiada lagi membayang hutan
diri

1982

Sumber: Horison (Juli, 1984)

Analisis Puisi:

Puisi "Kita Lupa" karya Damiri Mahmud mengajak pembaca untuk merenung tentang perasaan lupa, kehilangan, dan keterasingan yang terjadi dalam hidup. Dalam puisi yang penuh dengan gambaran alam dan simbolisme ini, Mahmud menggambarkan sekelompok burung yang datang sebagai simbol kehidupan dan harapan, tetapi kemudian hilang, meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam. Puisi ini memberikan refleksi tentang bagaimana kita seringkali melupakan hal-hal penting dalam hidup, bahkan ketika hal-hal tersebut pernah memberi arti dalam perjalanan kita.

Tema Puisi: Lupa, Kehilangan, dan Keterasingan

Tema utama yang diangkat dalam puisi ini adalah lupa dan kehilangan. Penyair menggambarkan bagaimana burung yang datang dalam kehidupan kita—simbol kehidupan, kebebasan, dan harapan—akhirnya pergi, meninggalkan kekosongan yang mendalam. Kepergian burung-burung tersebut menyimbolkan hilangnya sesuatu yang pernah indah, yang kini terlupakan. Tema lupa yang muncul dalam puisi ini juga mencerminkan bagaimana manusia seringkali tidak menyadari atau melupakan hal-hal penting yang pernah memberi makna dalam hidup mereka.

Makna Tersirat: Proses Lupa dan Keterasingan Emosional

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bagaimana proses lupa terjadi dalam kehidupan kita. Burung yang datang membawa kebahagiaan dan harapan, namun kemudian pergi tanpa jejak, menggambarkan bagaimana perasaan atau kenangan indah bisa hilang begitu saja tanpa kita sadari. "Kita lupa" adalah ungkapan tentang bagaimana kita seringkali melupakan atau mengabaikan hal-hal yang dulunya penting, yang akhirnya menciptakan jarak emosional dan keterasingan. Puisi ini juga mengisyaratkan bahwa kepergian sesuatu yang berharga bisa membuat kita merasa terasing dan kosong.

Puisi ini bercerita tentang sebuah perjalanan hidup yang diwarnai dengan datangnya dan perginya sesuatu yang indah. Burung-burung yang menyanyikan lagu indah di tengah cuaca yang penuh mimpi menggambarkan suatu masa yang penuh harapan dan keindahan. Namun, seiring berjalannya waktu, burung-burung tersebut pergi, meninggalkan rasa hampa dan perasaan terlupakan. "Sekali ia singgah dan membuat rumah" adalah gambaran tentang kedatangan hal-hal yang memberi makna dalam hidup, sementara "kita lupa" menunjukkan bagaimana hal-hal tersebut akhirnya terlupakan dalam kelamnya waktu.

Suasana dalam Puisi: Kesepian dan Kepergian

Puisi ini menyuguhkan suasana yang melankolis dan penuh dengan kesepian. Gambaran tentang burung yang bernyanyi, yang kemudian menghilang, menciptakan perasaan kehampaan dan keterasingan. "Curucuitnya yang sepi" menggambarkan kesepian setelah burung-burung tersebut pergi, sementara "tiada lagi membayang hutan" menggambarkan kehilangan alam atau tempat yang pernah memberikan kehidupan dan keindahan. Suasana dalam puisi ini menunjukkan betapa cepatnya perubahan, dan bagaimana kita seringkali tidak menyadari atau menghargai apa yang ada sampai akhirnya hilang.

Amanat yang Tersirat: Pentingnya Menghargai dan Tidak Melupakan

Amanat yang bisa diambil dari puisi ini adalah pentingnya untuk lebih menghargai dan tidak melupakan hal-hal yang memberikan arti dalam hidup kita. Kehilangan seringkali datang begitu cepat, dan saat itu terjadi, kita menyadari betapa kita telah lupa akan nilai-nilai atau hal-hal yang dulunya memberi kita kebahagiaan. Puisi ini mengingatkan kita untuk lebih hadir dalam setiap momen hidup dan tidak mengabaikan hal-hal kecil yang bisa jadi sangat berarti, sebelum mereka pergi dan menjadi kenangan yang terlupakan.

Refleksi Tentang Waktu dan Kenangan yang Hilang

Puisi "Kita Lupa" karya Damiri Mahmud adalah sebuah karya yang penuh dengan refleksi tentang bagaimana kita sering kali melupakan hal-hal yang berharga dalam hidup kita. Melalui gambaran burung yang datang dan pergi, puisi ini menggambarkan bagaimana waktu membawa perubahan yang cepat, dan bagaimana kita seringkali terjebak dalam kesibukan atau kealpaan, sehingga kita melupakan nilai-nilai yang pernah memberikan makna. Puisi ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai setiap momen yang kita jalani, karena waktu yang kita lewatkan tidak akan pernah kembali, dan kenangan yang hilang bisa meninggalkan kesepian yang mendalam.

Damiri Mahmud
Puisi: Kita Lupa
Karya: Damiri Mahmud

Biodata Damiri Mahmud:
  • Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
  • Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.