Kita Mati
Kita telah mati
saat lembut angin pagi
sudah kita anggap tak suci.
Kita kerangka yang dibunuh
ribuan mimpi
berjalan dan masih bangga diri.
Kita telah mati
meski senyum kadang berseri
dan sedikit nyanyi.
Kita telah mati
saat matahari lelah mengirim
cahaya. Juga bunga-bunga
Kita telah mati.
kerangka yang sombong
hilang nurani. Kita telah mati!
Analisis Puisi:
Puisi "Kita Mati" karya Bambang Darto mengangkat tema tentang kehidupan yang kehilangan makna dan esensinya. Tema ini menggambarkan bagaimana manusia, meskipun masih hidup secara fisik, sebenarnya telah mati dalam pengertian spiritual atau moral. Puisi ini mengeksplorasi kehampaan dan kebanggaan yang dimiliki manusia, yang meskipun masih ada di dunia, kehilangan kesadaran akan hakikat hidup yang sejati.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah kenyataan pahit tentang kematian spiritual manusia. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang kematian fisik, tetapi juga kematian jiwa, nurani, dan perasaan manusia. Meski manusia masih dapat tersenyum, bernyanyi, dan beraktivitas, mereka sesungguhnya telah mati dalam arti yang lebih dalam. Kematian ini terjadi saat mereka kehilangan kepedulian terhadap hal-hal yang dianggap suci atau berarti dalam hidup mereka, dan ketika mereka merasa puas dengan kebanggaan diri tanpa menyadari kerusakan yang ada dalam diri mereka.
Puisi ini bercerita tentang refleksi terhadap kondisi manusia di dunia yang cenderung terjebak dalam rutinitas dan kebanggaan yang kosong. Melalui repetisi kalimat "Kita telah mati", puisi ini menunjukkan bahwa meskipun secara fisik masih hidup, manusia telah kehilangan makna hidup mereka. Angin pagi, cahaya matahari, bunga, dan bahkan senyum dan nyanyian menjadi hal-hal yang tidak lagi suci dan bermakna bagi mereka. Kematian yang digambarkan di sini lebih kepada kematian jiwa dan hati yang terbuai dalam kesombongan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini bisa digambarkan sebagai suasana pesimistis dan suram. Meskipun ada gambaran tentang hal-hal yang masih ada dalam kehidupan, seperti senyum atau nyanyian, suasana yang dibangun lebih banyak bertemakan kehampaan. Kematian yang dimaksud adalah kematian yang tidak terlihat, yaitu kematian dalam hal kesadaran dan moralitas manusia. Atmosfer ini juga dipenuhi dengan ketidakpastian dan ketidakpedulian terhadap hal-hal yang seharusnya diberi makna.
Imaji
- Imaji visual: "saat lembut angin pagi", "matahari lelah mengirim cahaya", dan "bunga-bunga" menciptakan gambaran tentang dunia yang masih terlihat hidup dan indah, namun di balik itu semua, manusia telah kehilangan makna dari segala keindahan tersebut.
- Imaji taktil: "kerangka yang dibunuh ribuan mimpi" memberikan gambaran tentang tubuh manusia yang kosong dan kehilangan makna, seolah telah mati meskipun masih ada secara fisik.
- Imaji auditorik: "sedikit nyanyi", memberikan kesan bahwa meskipun ada suara atau kebahagiaan sesaat, itu semua tidak cukup untuk membangkitkan kehidupan sejati dalam diri manusia.
Majas
- Anafora: Pengulangan frasa "Kita telah mati" mempertegas tema utama puisi, yaitu kematian jiwa atau spiritual. Dengan pengulangan ini, puisi mengingatkan kita pada kenyataan bahwa manusia telah kehilangan arah dan makna, meskipun secara fisik mereka masih hidup.
- Metafora: "Kita kerangka yang dibunuh ribuan mimpi" menggunakan metafora untuk menggambarkan tubuh manusia yang tidak lagi memiliki tujuan atau makna, terperangkap dalam mimpi-mimpi yang tidak membawa kedamaian.
- Kontras: Puisi ini menunjukkan kontras antara kehidupan fisik dan kematian jiwa. Misalnya, "meski senyum kadang berseri" dan "Kita telah mati" menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda kehidupan, manusia sebenarnya sudah kehilangan makna sejati dari hidup mereka.
Puisi "Kita Mati" karya Bambang Darto adalah refleksi kritis terhadap kondisi manusia yang kehilangan makna hidup dan kemanusiaan sejatinya. Dengan menggambarkan manusia sebagai "kerangka yang sombong" dan "hilang nurani", puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan apakah kita benar-benar hidup, atau hanya terjebak dalam rutinitas dan kebanggaan yang kosong. Kematian yang dimaksud dalam puisi ini bukanlah kematian fisik, melainkan kematian jiwa yang terjadi ketika manusia tidak lagi merasakan makna dari kehidupan dan keindahan yang ada di sekeliling mereka.
Puisi: Kita Mati
Karya: Bambang Darto
Biodata Bambang Darto:
- Bambang Darto lahir di Nganjuk, pada tanggal 26 Februari 1950.
- Bambang Darto meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 20 Januari 2018.