Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Lelaki Tua dan Gerobak (Karya Darius Umari)

Puisi "Lelaki Tua dan Gerobak" karya Darius Umari menggambarkan perjalanan seorang lelaki tua yang penuh dengan pertanyaan dan pencarian makna hidup.
Lelaki Tua dan Gerobak

Pada suatu pagi yang tenang
Seorang lelaki tua terangguk-angguk di atas gerobak
Berderak sepanjang jalanan 'nuju kota
Sarat dan berat
Ia datang dari pedalaman, bertanya
: Jam berapakah sekarang?

Matahari di atasnya
(ketika itu ia hampir sampai di pusat kota)
Angin dan debu mengapung
Seorang anak kecil melintas dengan langkah gugup
Lelaki itu bertanya lagi
: Kemana kau 'nak?

Gerobak itu bergerak terus
Dan lelaki itu terbatuk-batuk
Dan kuda berhenti. Gerobak berhenti
Ia bicara sendiri: Gerobak berhenti
Karena kuda berhenti
Kemudian ia bertanya pula
: Sudah sampaikah aku?

Lelaki itu menoleh keliling
Lalu bicara sendiri:
    Bedakanlah buatku ya, Tuhan
    Antara keyakinan dan cinta
    Ajar daku tentang keyakinan
    Izinkan daku bercinta
    Dan tunjukkan padaku
    Di sudut manakah di kota ini
    Kasih sayang dan keramahan!?
Lelaki itu kemudian terbatuk-batuk
Dan malaikat membawanya
Tanpa gerobak

1969

Sumber: Horison (Januari, 1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Lelaki Tua dan Gerobak" karya Darius Umari menggambarkan perjalanan seorang lelaki tua yang penuh dengan pertanyaan dan pencarian makna hidup. Dengan latar belakang suasana pagi yang tenang, puisi ini tidak hanya menggambarkan perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang menggambarkan kondisi manusia yang sedang mencari kedamaian dan pengertian dalam hidupnya.

Tema Puisi: Perjalanan Hidup dan Pencarian Makna

Tema utama dalam puisi ini adalah perjalanan hidup seorang lelaki tua yang mengandalkan gerobak dan kudanya untuk menempuh perjalanan menuju kota. Namun, perjalanan ini lebih dari sekadar perjalanan fisik. Lelaki tua tersebut digambarkan sedang mencari makna dalam kehidupannya, bertanya-tanya tentang waktu, tempat, dan tujuan hidupnya. Ia mencerminkan perasaan ketidakpastian yang sering dialami oleh banyak orang, terutama mereka yang telah mencapai usia lanjut dan mungkin merasa terasing atau tidak lagi memiliki tempat di dunia modern yang serba cepat.

Makna Tersirat: Pencarian akan Cinta dan Keyakinan

Makna tersirat dalam puisi ini terletak pada pencarian sang lelaki tua akan cinta dan keyakinan. Melalui dialog batinnya, ia bertanya tentang keberadaan kasih sayang dan keramahan di kota yang akan dikunjunginya. Ini menggambarkan keresahan batin yang sering kali tidak terungkap secara langsung. Lelaki tua ini bukan hanya bertanya tentang waktu dan arah, tetapi juga tentang nilai-nilai hidup yang lebih dalam, seperti cinta dan keyakinan yang sering kali sulit dipahami atau dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pencarian ini juga digambarkan dengan cara yang penuh kerendahan hati, ketika lelaki itu meminta kepada Tuhan untuk mengajarinya tentang keyakinan dan izinkan dia merasakan cinta. Dalam konteks ini, gerobak yang ia tumpangi dan perjalanan yang dilalui mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam bahwa hidup ini adalah tentang pencarian dan pengertian diri, bukan hanya tujuan fisik atau material.

Puisi ini bercerita tentang seorang lelaki yang terpinggirkan, yang dalam perjalanan hidupnya menemui banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Dengan setiap pertanyaan yang ia ajukan—"Jam berapakah sekarang?", "Kemana kau 'nak?", dan "Sudah sampaikah aku?"—sang lelaki menunjukkan ketidakpastian tentang arah hidupnya. Ia tampaknya terjebak dalam perjalanan panjang yang tidak memiliki tujuan pasti. Pertanyaan-pertanyaan ini menggambarkan keresahan eksistensial yang sering menghantui setiap individu, terutama ketika usia mulai menua dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi mulai membebani pikiran.

Kehidupan yang dipenuhi oleh gerobak dan kuda ini juga memberi gambaran tentang ketergantungan pada hal-hal fisik, seperti kendaraan dan alat transportasi. Namun, meskipun ia bergantung pada gerobak dan kuda, pencarian batinnya jauh lebih mendalam dan mengarah pada pertanyaan yang lebih penting: Apa arti hidup? Apa yang sebenarnya saya cari di dunia ini?

Amanat yang Tersirat dalam Puisi

Amanat yang tersirat dalam puisi ini mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat perjalanan hidup dari segi fisik atau materi. Perjalanan hidup tidak selalu berakhir di tujuan yang jelas, namun proses pencarian makna itu sendiri adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Lelaki tua tersebut tidak hanya mencari tempat di dunia, tetapi juga mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan itu sendiri. Pesan ini mengingatkan kita bahwa setiap orang, tidak peduli seberapa tua atau muda, memiliki perjalanan batin yang berharga untuk ditempuh.

Puisi ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kasih sayang dan keramahan dalam kehidupan sosial. Dalam kalimat terakhir, lelaki itu bertanya, "Kasih sayang dan keramahan!?" Ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sering kali terjebak dalam rutinitas hidup dan melupakan pentingnya hubungan yang saling mendukung dan penuh kasih.

Kehidupan sebagai Sebuah Pencarian

Dari mata lelaki itu, kita melihat sebuah perjalanan yang penuh dengan pertanyaan tentang makna hidup. Dalam pencarian itu, ada keyakinan, ada harapan, dan ada kerinduan akan sesuatu yang lebih baik dan lebih indah dari kehidupan yang ada.

Puisi ini, melalui gambaran perjalanan lelaki tua dan gerobaknya, mengajak kita untuk merenungkan perjalanan kita sendiri dalam hidup ini. Seperti lelaki tua itu yang bertanya tentang waktu dan tujuan, kita semua juga memiliki momen-momen di mana kita bertanya tentang arah hidup kita. Namun, puisi ini juga mengingatkan kita bahwa dalam pencarian itu, ada nilai-nilai yang lebih dalam yang perlu kita temukan, yaitu cinta, keyakinan, dan keramahan yang sering kali terlupakan dalam dunia yang serba cepat ini.

Puisi Darius Umari
Puisi: Lelaki Tua dan Gerobak
Karya: Darius Umari

Biodata Darius Umari:
  • Darius Umari lahir pada tanggal 5 November 1942 di Talang, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.