Analisis Puisi:
Puisi "Momen" karya Arif Bagus Prasetyo menggambarkan refleksi mendalam tentang kenangan, kehilangan, dan ketidakpastian dalam hubungan manusia. Ada nuansa nostalgia terhadap masa lalu serta perasaan gamang dalam menghadapi waktu yang terus berjalan.
Makna Tersirat
Di balik kata-kata metaforisnya, puisi ini menyiratkan kegelisahan akan perubahan, perpisahan, dan kenangan yang masih membekas. Keberadaan seseorang dalam hidup kita sering kali menjadi bagian dari identitas kita sendiri, sehingga kehilangan mereka dapat menghadirkan kekosongan yang sulit dijelaskan.
Puisi ini berkisah tentang seseorang yang mengenang kembali masa lalu dan hubungan yang pernah ada. Ada gambaran permainan masa kecil yang kini kontras dengan kenyataan kehidupan dewasa yang lebih kompleks. Pembicara dalam puisi ini merasakan kekosongan dan kehampaan, seolah-olah ia berada dalam persimpangan antara merelakan dan tetap menggenggam masa lalu.
Majas
Arif Bagus Prasetyo menggunakan berbagai majas dalam puisinya, di antaranya:
- Majas Metafora: "wajah terbelah", "bayangan gelas pasir menikam kening batarimu" adalah contoh penggunaan metafora untuk menggambarkan perasaan yang terpecah dan kesakitan emosional.
- Majas Personifikasi: "pelupukku tambah parah mengunyahnya" menggambarkan mata yang seakan-akan bisa mengunyah kenangan atau penderitaan.
- Majas Simile: "seperti permainan masa kanak kita" yang membandingkan masa kini dengan masa kecil untuk menyoroti perbedaan dan perubahan yang telah terjadi.
Imaji
Puisi ini juga kaya akan imaji yang membangun suasana dan perasaan pembacanya, seperti:
- Imaji Visual: "Serbuk sore berleleran pada lampu, bangku-bangku," menciptakan gambaran senja yang redup dan sendu.
- Imaji Auditori: "lengking perempuan sial yang mengudap di gaunmu dengan banal" memberikan efek suara yang memperkuat suasana mencekam atau pilu.
- Imaji Taktil: "jemarimu yang gemetar menebar harum sajen" memberi sensasi getaran atau kegelisahan yang bisa dirasakan oleh pembaca.
Puisi "Momen" adalah refleksi mendalam tentang kenangan, kehilangan, dan perubahan dalam kehidupan. Melalui penggunaan majas yang kaya serta imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan perasaan nostalgia dan kekosongan yang timbul saat seseorang menghadapi perpisahan atau kehilangan. Dengan begitu, pembaca diajak untuk merenungkan makna keberadaan dan bagaimana waktu membawa perubahan yang tak terelakkan.